Tak Lagi 'Gaptek' di Science Film Festival

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Jumat, 13 Nov 2015 19:57 WIB
Isu sains, teknologi dan lingkungan bisa disimak di festival yang diadakan pada 12-26 November 2015 di 21 kota di Indonesia.
Ilustrasi (Thinkstock/ktsimage)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai media penyampai pesan, film memiliki kelebihan dari segi audio visual. Film mampu membungkus tema yang rumit seperti sains dengan cara edukatif sekaligus menghibur, sehingga bisa dinikmati dan tak membosankan.

Bagi mereka yang tertarik menyimak isu sains, teknologi dan lingkungan melalui medium film bisa berpartisipasi di Science Film Festival yang diadakan pada 12-26 November 2015 di 21 kota di Indonesia, dari Aceh sampai Ambon.

Selengkapnya akan diadakan di Aceh, Ambon, Balikpapan, Bandung, Bogor, Depok, Jakarta, Makassar, Malang, Manado, Mataram, Medan, Nganjuk, Samarinda, Serang, Sidoarjo, Sumbawa, Surabaya, Tangerang, Waingapu dan Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semula, acara ini diprakarsai oleh Goethe-Institut di Thailand pada 2005, selanjutnya diestafet di negara-negara Asia Tenggara, Afrika Utara dan Timur Tengah. Indonesia sendiri telah menyelenggarakan festival ini sebanyak enam kali.

Di Indonesia, Science Film Festival merupakan bagian dari Jerman Fest yang digagas dan dihelat Kementerian Luar Negeri Jerman bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesia, Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia dan EKONID.

Pembukaan festival yang mengusung tema International Year of Light ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada Jumat (13/11).

Anies mengatakan, jika sains dan seni dipadukan melalui media perfilman yang mendidik, maka hal itu akan menjadi suatu tontonan menarik serta dapat "menggoda" anak muda untuk terus mengenyam pendidikan melalui perfilman.

Science Film Festival tahun ini berupaya menarik minat masyarakat, khususnya kaum muda, untuk menemukan peran cahaya dalam kehidupan sehari-hari, juga hal-hal yang mengungkapkan sifat alam semesta.

"Tidak sekadar sains. Namun sains juga harus dipadukan dengan seni, yang kemudian dipresentasikan dengan kreativitas," ujar Anies saat ditemui awak pers di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pada Jumat (13/11).

"Jika sains dan seni dipadukan, mereka akan menjadi kekuatan yang sangat kuat," ia menambahkan.

Salah satu film Indonesia yang diputar di festival ini yaitu Sampah Plastik yang menggambarkan tentang buruknya penanganan sampah plastik di lautan Bali. Selain itu, juga ditayangkan film dari Jerman, Mengukir Kaca.

Anies menegaskan, "Kita harus mengupayakan untuk lebih banyak menampilkan film-film edukatif kepada anak-anak Indonesia."

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER