Belum Diputar di Indonesia, Dua Film Masuk Nominasi FFI

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Senin, 16 Nov 2015 18:45 WIB
Film A Copy of My Mind dan Siti,  belum pernah ditayangkan bagi pencinta film Indonesia, berhasil masuk nominasi FFI 2015. Apa alasannya?
Ilustrasi film. (Joshua_Willson/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Festival Film Indonesia (FFI) 2015 tampaknya melakukan "percobaan" baru tahun ini. Dua film yang belum dapat disaksikan di bioskop Indonesia malah masuk ke dalam nominasi film terbaik.

Film garapan Joko Anwar berjudul A Copy of My Mind dan film karya Eddie Cahyono berjudul Siti adalah dua film yang sama sekali belum disaksikan pecinta film Indonesia, namun sudah bertengger di lima besar film terbaik tahun ini.

Ketua FFI 2015 Olga Lydia mengatakan, masuknya dua film itu merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki kualitas festival film terbesar di Tanah Air. Dia mengatakan, pihak penyelenggara FFI 2015 ingin melakukan terobosan baru agar FFI semakin sempurna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita akhirnya membuka kesempatan bagi film yang sudah berjaya di festival internasional atau sudah diputar di festival internasional. Kalau mau ikut diurus sensornya," kata Olga saat ditemui benerapa waktu lalu.

Menurut Olga, hal ini dilakukan agar tidak ada lagi pemikiran kalau film Indonesian yang dihargai di luar negeri tidak bisa ikut FFI hanya karena belum tayang di Indonesia.

"Akhirnya kami perbaiki, saya tidak mengubah platform yang ada, hanya menambah perbaikan. Kita kan kepinginnya yang sempurna, kalau sekarang memang belum tapi kami kerja terus supaya sempurna," ujarnya.

A Copy of My Mind dibintangi oleh Tara Basro sebagai Sari dan Chicco Jerikho sebagai Alek. Film ini berkisah tentang cinta sepasang kekasih yang bermula dari hobi yang sama, menonton film di kamar sempit. Sari berprofesi sebagai pekerja di salon, sedangkan Alek merupakan pembuat teks terjemahan untuk DVD bajakan. Hidup keduanya berubah saat Sari kedapatan mencuri DVD dari kliennya di panti pijat eksklusif.

A Copy of My Mind tayang perdana di Toronto Film Festival, Kanada, bukan di Indonesia. Film tersebut juga diboyong ke Busan International Film Festival (BIFF) di Korea. Dan beberapa waktu lalu, A Copy of My Mind juga dibawa ke Venice International Film Festival ke-72.

Sementara itu, film Siti berkisah tentang perjuangan perempuan 24 tahun yang merupakan ibu muda yang juga mengurusi mertuanya. Ia harus berjuang untuk menghidupi keluarga karena suaminya mengalami kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan. Peran utama Siti diperankan oleh aktris Sekar Sari.

Meski belum bisa disaksikan masyarakat Indonesia, tapi Siti mampu menyabet dua kategori sekaligus dalam ajang Festival Film Internasional Shanghai, yaitu sebagai film dengan sinematografi dan naskah terbaik.

Sebelumnya, Sekar Sari, pemeran Siti juga berhasil mendapatkan Best Performance di Festival Film Internasional Singapura 2015.  

Selain membuka kesempatan bagi sineas yang terlebih dahulu memamerkan filmnya di kancah internasional, penyelenggara FFI 2015 juga membuka peluang buat film yang memiliki kru asing atau tidak berkewarganegaraan Indonesia.

Kendati tahun ini belum ditemukan kasusnya, tapi Olga mengatakan hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga kalau ada film yang nasibnya seperti itu. Seperti The Raid misalnya.

"Kasus tahun lalu, The Raid karena sutradaranya asing, semuanya tidak bisa ikut FFI. Padahal menurut kami kalau benderanya Indonesia, perusahaannya alamatnya di Indonesia, bayar pajaknya di Indonesia, walaupun kerja sama dengan asing mereka harus ikut," kata Olga.

Namun, dengan catatan, pemegang paspor non Indonesia tentu tidak dinilai. Misalnya saja kalau sutradaranya orang asing, semua aspek film dinilai kecuali sang sutradara itu sendiri.

"Padahal sayang, filmnya bagus banget. Kalau aktornya juga bagus banget kayak Java Heat, terus tidak bisa nilai dia semata-mata karena sutradaranya bukan orang Indonesia," ujar Olga. (utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER