Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum Darius Sinathrya dan Emil Heradi membawa
Night Bus, tidak ada film Indonesia yang pernah masuk ke Micro Market. Itu merupakan salah satu bagian dari London Film Festival. Night Bus terpilih lewat program Microschool British Council, 2015.
Darius bercerita pada CNN Indonesia di Jakarta baru-baru ini, ia dan timnya harus menghadapi sekitar 13 perusahaan lokal dan internasional. Ada konsultan, distributor lokal, sampai agensi penjualan internasional. Ia harus presentasi garis besar filmnya dan apa yang dibutuhkan.
"Masing-masing 30 menit," ia menerangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendengar
Night Bus merupakan film dari Indonesia, reaksi ketigabelas perusahaan itu beragam. "Ada yang langsung menyapa, 'Selamat siang.' Ada yang kaget, ada yang mungkin diam saja karena tidak tahu Indonesia itu di mana, haha," tutur Emil.
Pertemuan yang terjadi Oktober lalu itu memang tidak langsung memberikan hasil. Filmnya tidak lantas didanai karena masih butuh beberapa hal, seperti trailer panjang atau cuplikan delapan menit agar para perusahaan mendapat lebih banyak gambaran.
Tapi setidaknya dari sana, Darius dan Emil mendapat pengalaman berharga. "Ini sebuah proses produksi film yang harus dilewati untuk kenalan dan bertemu orang-orang yang sebelumnya kami tidak punya akses," ujar Darius. Ia pun mengalami hal-hal menarik.
Saat berangkat, misalnya. Suami Donna Agnesia itu bercerita, keberangkatannya ke London bersama Emil sangat terburu-buru. Hari itu kami masih syuting di Banjar. Baru selesai sekitar setengah lima sore," ceritanya. Mengebut, ia menumpang mobil ke bandara. Mereka jadi penumpang terakhir yang check in untuk pesawat ke London.
Dalam perjalanan, istirahat mereka seperti tidak tenang. "Saya sih lumayan, tidurnya pulas. Emil, mimpi masih ada di lokasi. Dia masih merasa harus bilang
action dan
cut," kata Darius lalu tertawa.
Dari pengalamannya menghadiri Micro Market, Darius juga jadi mengerti bagaimana menghadapi pebisnis-pebisnis dari negara lain. Bedanya dengan Indonesia, ujar bintang iklan sampo itu, mereka tak malu-malu bicara soal kebutuhan finansial.
"Mereka langsung tanya maunya apa, butuhnya berapa. Ternyata semua
to the point."
Film Darius,
Night Bus dipilih sendiri oleh para pebisnis itu. Mereka disodori proposal berisi calon-calon film yang akan diberi kesempatan presentasi. Dari sekitar 24 film dari seluruh Eropa dan kebanyakan lokal Inggris,
Night Bus termasuk yang terpilih.
Ia satu-satunya perwakilan dari Asia, dan film Indonesia pertama yang masuk pasar itu.
Setelah merampungkan film dan menjalani proses "jual-beli" itu, Darius makin serius menggarap pascaproduksi
Night Bus. "Targetnya ikut sebuah festival besar di Eropa. Itu Maret, jadi harus kelar sebelum itu," katanya tegas. Ia berharap, film pertamanya sebagai produser itu bisa langsung membawanya ke ranah internasional.
(rsa)