Tragedi 1965 Indonesia Kembali Berlaga di Oscar

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 15 Jan 2016 10:38 WIB
Film Joshua Oppenheimer, The Look of Silence alias Senyap masuk nominasi Oscar 2016 kategori Dokumenter Panjang. Ini nominasi ke-duanya.
Film Senyap masuk nominasi Oscar 2016. (dok.LPPM Sintesa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah tentang Indonesia kembali mencuri perhatian dunia. Buktinya, The Look of Silence alias Senyap yang masih mengisahkan tragedi 1965 di Indonesia, kembali diunggulkan sebagai nomine Academy Awards.

Senyap, yang disutradarai Joshua Oppenheimer dibantu awak produksi Indonesia, merupakan lanjutan dari The Act of Killing alias Jagal. Jagal jadi nomine Academy Awards ke-86, dua tahun lalu.

Sayang, piala Oscar Jagal "dijegal" oleh 20 Feet from Stardom yang disutradarai Morgan Neville. Tahun ini, Senyap kembali berlaga di kategori yang sama, Dokumenter Panjang. Ia bersaing dengan film Amy, Cartel Land, What Happened, Miss Simone? dan Winter on Fire: Ukraine's Fight for Freedom.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sudah dua kali menjadi nomine, Joshua dalam surat elektroniknya kepada CNNIndonesia.com mengakui Senyap sebagai film Indonesia pertama di ajang Oscar.

"Kami tidak mungkin membuat film ini tanpa awak film anonim asal Indonesia dan tokoh film kami yang lembut, Adi Rukun, yang mempertaruhkan hidupnya untuk berbagi cerita," tulis Joshua dan produser Signe Byrge Sørensen. Adi Rukun, tokoh utamanya.


Dalam Senyap, ia menelusuri satu demi satu "algojo" tragedi 1965 untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kakaknya saat itu. Sang kakak adalah satu dari ribuan orang yang dibunuh karena dicap komunis.

Dari penelusurannya Adi Rukun mendapati ironi betapa para pembunuh kakaknya adalah orang yang selama ini tinggal berdekatan dengannya, dan tidak merasa bersalah.

Dalam film sebelumnya, Jagal, Joshua menggunakan "mata" Anwar Congo. Ia merupakan preman bioskop Medan yang mengaku mendapat "mandat" untuk menghabisi Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia menjadi algojo, membunuh tak berdosa tanpa merasa bersalah.


Pertama muncul, Jagal langsung mengejutkan banyak pihak, termasuk dunia internasional. Senyap pun demikian. Berbagai penghargaan perfilman dibawa pulang oleh film itu.

Melalui Adi Rukun dan Anwar Congo, Joshua memang ingin menyampaikan sesuatu tentang masa kelam genosida di Indonesia. "Sekalipun genosida dimulai puluhan tahun lalu, peristiwa itu belum berakhir bagi para penyintas karena para pelakunya masih berkuasa, dan jutaan orang masih hidup dalam ketakutan," Joshua menyatakan.

Ia berharap filmnya membantu masyarakat Indonesia bertransformasi memperbincangkan masa lalu, yang selama ini masih dianggap tabu. Ia berharap membantu Indonesia menyampaikan kerinduan atas hadirnya kebenaran, keadilan, dan penyembuhan.


"Kami berharap nominasi Oscar dapat membantu mewujudkan mimpi ini," lanjutnya.

Adi Rukun yang sudah bersedia mengungkapkan ceritanya, pun punya harapan yang sama. "Film Senyap kami buat dengan harapan untuk mengingatkan kita semua bahwa ketakutan belum berakhir sampai kekerasan berhenti menjadi bahasa politik," tuturnya.

Film baginya merupakan cara alternatif merawat dan mewariskan ingatan. Jagal dan Senyap, diharapnya bisa membuat masyarakat mempertanyakan secara kritis sejarah dan identitas bangsa, sementara teks pelajaran sejarah nasional Indonesia belum berubah.

Panitia Oscar mengumumkan nominasinya pada Kamis (14/1) malam. Penganugerahan akan diberikan 28 Februari mendatang. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER