Jakarta, CNN Indonesia -- Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) berjanji akan semakin bersolek. Lembaga penyelenggara Oscar itu akan mengubah diri menjadi lebih berwarna, menyusul kritik keras bahkan sampai boikot dari kalangan kulit hitam tahun ini.
Namun, butuh perjalanan panjang menuju ke sana. Jumat (22/1), AMPAS baru mengumumkan mereka akan menggandakan anggota perempuan dan kelompok minoritas, pada tahun 2020.
Selama ini, AMPAS beranggotakan lebih dari 6.000 orang dari seluruh dunia. Kebanyakan merupakan para profesional dari industri perfilman. Belakangan mereka dianggap sekelompok "pasukan" rasialis dan tidak peduli pada persamaan gender di Oscar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua tahun berturut-turut, Oscar "miskin" nomine berkulit hitam. Bahkan saat digadang-gadang ada film bagus dengan aktor berkemampuan yang patut diacungi jempol, mereka justru tak masuk kategori Film Terbaik maupun Aktor Terbaik di Oscar.
Kemarahan kaum kulit hitam pun memuncak tahun ini. Jada Pinkett Smith, istri Will Smith menggagas boikot Oscar. Sekelompok selebriti kulit hitam pun mengekor. Tagar #OscarsSoWhite kembali mencuat tahun ini.
AMPAS yang dikepalai Cheryl Boone Isaacs lantas memutuskan membuat perubahan drastis, meski mereka tak bisa tiba-tiba mengubah nominasi yang tahun ini sudah diumumkan. Hanya saja, butuh waktu panjang.
Meski begitu, upaya AMPAS tetap dihargai. "Belum pernah terjadi sebelumnya, Academy membuat perubahan sedrastis ini," kata Tom O'Neil, editor situs pelacak penghargaan, Gold Derby. Menurutnya, kampanye AMPAS itu merupakan sebuah pengumuman yang dramatis.
"Gebrakan yang patut disambut," lanjutnya, seperti dikutip dari kantor berita Reuters.
Perubahan yang dimaksud adalah "Mengidentifikasi dan merekrut anggota yang berkualifikasi dan mewakili keberagaman yang lebih baik." AMPAS juga berencana menggeser anggota tua dari hak suara.
Dengan aturan baru itu, "hak memberi suara sepanjang masa" hanya akan diberikan kepada anggota AMPAS yang aktif di industri perfilman selama lebih dari tiga dekade. Mereka yang pernah menang dan atau dinominasikan Oscar pun boleh memilih.
Hak suara dan keanggotaan akan otomatis hilang dalam jangka 10 tahun, kecuali mereka yang aktif di Academi selama itu.
Diduga, masalah Oscar timbul karena di dalam AMPAS terlalu banyak anggota tua. Daftar nama keanggotaannya memang belum pernah diungkap secara terbuka, namun studi LA Times pada 2012 menemukan anggotanya 94 persen putih dan 77 persen laki-laki.
Meski banyak yang mengapresiasi langkah AMPAS, tidak semua menganggap itu satu-satunya jalan menuju Oscar lebih "pelangi."
"Pasti ada hal lain yang bisa dan harus kita lakukan," kata Kevin Tsujihaya, pemimpin studio Time Warner Inc (TWX.N).
Felix Sanchez, Kepala Bagian Seni National Hispanic Foundation mengatakan, "Penghargaan Oscar hanya kosmetik industri. Infrastruktur lah masalahnya." Itu senada dengan Gil Robertson, Presiden African American Film Critics Association.
Robertson menuturkan, akar masalah perfilman Hollywood sebenarnya terletak pada studio yang tidak menggambarkan realita seperti seharusnya. Mereka pun hanya punya sedikit pekerja kulit hitam.
April Reign, penggagas tagar #OscarsSoWhite bahkan sepakat akan itu. Ia menuturkan dalam wawancara lewat telepon, "Academy hanya mengunggulkan film yang sudah dibuat, jadi tanggung jawab harus diserahkan pada kepala studio Hollywood untuk membuat lebih banyak film yang merepresentasikan keindahan dan keberagaman seluruh Amerika."
(rsa)