Jakarta, CNN Indonesia -- Sejarah bukan semata kisah kepahlawanan atau aksi heroik. Sekalipun pengorbanan dan jasa pahlawan memang layak dituturkan kepada generasi penerus agar dipahami dan diteladani.
Lebih dari itu, sejarah harus mencakup keberagaman, baik dari segi wilayah maupun tema. Tujuannya, tentu saja agar generasi muda “menelan” sejarah secara utuh, bukan sepotong-sepotong.
Ironisnya, buku-buku sejarah keluaran masa lalu kadung memuat kisah heroik di beberapa wilayah saja. Padahal suatu peristiwa bersejarah juga terjadi di bagian wilayah Indonesia lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian pemaparan yang disampaikan sejarawan Taufik Abdullah dalam
Ceramah Historiografi Indonesia dalam Perspektif Sejarah yang dihelat di Komunitas Salihara, Jakarta, pada Selasa (26/1).
“Kalau dibikin
ranking, berbagai sejarah tentang konflik yang ada di Indonesia ini paling banyak di Jawa, Bali, Aceh, dan Minangkabau. Sedangkan wilayah lain tertinggal,” jelas Taufik.
Untung saja, menurut Taufik, pada abad ke-21, keragaman sudah terjadi di ilmu sejarah. Kini, wilayah lain di Indonesia, khususnya bagian timur, sudah terjamah studi sejarah.
Belakangan ini, sudah ada disertasi tentang masa penjajahan dan revolusi di NTB dan NTT. Boleh dibilang Bima adalah wilayah bagian timur yang paling banyak menghasilkan karya sejarah.
Sejarah yang memuat keberagaman wilayah penting dituturkan agar kita mengenal berbagai daerah di Indonesia. Apalagi, menurut Taufik, daerah-daerah itu merupakan warisan nenek moyang.
“Nenek moyang mewariskan daerah-daerah, sedangkan nama Indonesia, Indonesia Merdeka itu kita [generasi setelah nenek moyang] yang buat,” kata Taufik seraya mewanti-wanti.
Jadi, ditegaskan Taufik, “jangan pernah bilang Indonesia itu warisan nenek moyang.” Terlepas dari soal keragaman wilayah, kini sejarah Indonesia juga memiliki keragaman dari sisi tema.
“Dulu, kita selalu melihat sejarah dari kacamata politik,” kata Taufik. Namun ketika A.B. Lapian menyelesaikan disertasinya tentang sejarah kemaritiman, seolah membuka lembaran baru.
Disertasi sang sejarawan senior Universitas Indonesia yang bertajuk
Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut berandil membuka halaman baru historiografi Indonesia dengan sejarah kemaritiman.
Masih banyak tema sejarah selain maritim. Menurut Taufik, ada pula sejarah Islam di Indonesia, sejarah sosial, dan sejarah pemikiran yang turut mewarnai studi sejarah Indonesia saat ini.
(vga/vga)