Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Ifa Isfansyah tidak menceletukkan nama Siti saat membaca naskah film Eddie Cahyono, judul film pemenang Film Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) mungkin adalah Dewi. Sejak awal, dengan nama itulah Eddie ingin memberi judul filmnya.
Dalam bayangan Eddie, karakter utama filmnya bernama Dewi. Saat menulis cerita pun, Dewi melayang-layang dalam benaknya. Menurut Eddie, Dewi cocok disematkan sebagai nama karakter utama yang rela berjuang dan berkorban demi keluarganya.
Sebab, Dewi bisa menggambarkan sosok perempuan yang superior. "Dewi itu nama yang umum tapi lebih tinggi ketika
ngomongin di pesisir. Lebih
ngetren," kata Eddie kepada CNNIndonesia.com ketika ditemui usai Nonton Bareng dan Diskusi Film
Siti di CGV Blitz Arthousr Bekasi Cyber Park, Bekasi, Selasa (2/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Siti baru muncul saat Ifa yang merupakan rekan produsernya, membaca naskah yang baru selesai dibuat Eddie. Siti yang merupakan "pendatang baru" mendadak langsung disukai. "Ketika mendengar nama Siti, Dewi menjadi berlebihan," ujar Eddie melanjutkan.
Siti tidak kurang filosofis ketimbang Dewi. "Saya senang Ifa ngasih nama itu karena di Jawa atau Islam, Siti artinya tanah, yang menopang kehidupan. Bagi saya Siti memang menopang keluarganya. Saya sangat suka nama itu," ujar Eddie.
Filosofinya sesuai dengan karakter perempuan pemeran utama di film Eddie. Ia menjadi tulang punggung keluarga, merawat suaminya yang lumpuh karena kecelakaan, membesarkan dan mendidik anaknya, sekaligus menjaga sang ibu mertua.
Siti benar-benar menjadi tumpuan keluarganya. Ia juga harus membayar utang jutaan rupiah untuk mengganti kapal yang hilang ketika suaminya melaut dahulu. Ia bekerja banting tulang, siang sampai malam. Sampai-sampai perempuan itu rela mengorbankan dirinya sendiri.
Di luar itu, bagaimana sebenarnya nama Siti bisa terlontar dari mulut Ifa? Ia ternyata punya ikatan batin yang begitu kuat. Siti adalah nama ibu Ifa sendiri.
Ifa punya kenangan khusus soal nama Siti. Ia bercerita, saat kecil dirinya sangat membenci nama itu. Bahkan ia mengaku malu mempunyai ibu yang bernama Siti. "Menurut saya dulu, nama kok Siti," ujarnya.
Tapi, semakin beranjak dewasa, Ifa seperti mengalami pergeseran arti dari nama Siti. Ia merasa nama itu paling orisinal, paling autentik, paling asli. Kondisi akhirnya berbalik, Ifa jadi suka nama Siti. Ia bahkan ingin membuat film dengan nama itu.
"Karena menurut saya Siti itu nama yang belum kena arus apa pun. Saya pikir, wah suatu saat saya harus punya film judulnya Siti," kata Ifa. Impiannya ternyata kesampaian. Bukan sekadar film biasa, karya berjudul Siti itu diputar di banyak negara dan jadi film terbaik Indonesia.
(rsa)