Jakarta, CNN Indonesia -- Akhir-akhir ini, industri perfilman Indonesia sedang dibanjiri oleh banyaknya film yang rilis, mulai dari film drama, cinta, hingga sejarah.
Melansir situs
FilmIndonesia.or.id, film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak adalah
London Love Story. Film drama percintaan remaja itu telah ditonton oleh sekitar 935 ribu penonton.
Terjadi ketimpangan jumlah penonton yang lumayan tinggi. Film
Talak 3 telah ditonton oleh sekitar 446 ribu orang, film
A Copy of My Mind sekitar 39 ribu orang, dan
Surat dari Praha sekitar 60 ribu orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data di atas, dapat disimpulkan jika masyarakat Indonesia lebih menggemari film-film bertema cinta dibanding film berlatar belakang sejarah.
Angga Dwimas Sasongko, sutradara film
Surat dari Praha, mengaku tak kecewa jika filmnya yang menceritakan tentang sejarah kelam Indonesia era 1965 itu baru ditonton oleh 60 ribu orang.
Meski jumlah penonton
Surat dari Praha terbilang sedikit, Angga tidak merasa filmnya gagal
. Menurut Angga, jumlah penonton bukan segalanya, karena terdapat hal yang lebih penting dari itu.
"Menurut gue, selera pasar itu tidak bisa disalahkan. Kalau mereka lebih suka
nonton film cinta-cintaan [
London Love Story], dibandingkan film sejarah [
Surat dari Praha], ya memang begitu pasar kita," kata Angga kepada awak pers di Jakarta, pada Jumat (19/2).
"Kita enggak bisa menyalahkan penonton, mereka berhak menikmati film yang mereka mau," lanjutnya.
Meski tetap ingin filmnya ditonton banyak orang, Angga menambahkan, hal yang paling penting adalah pesan dari film
Surat dari Praha bisa tersampaikan.
"Menurut gue, film sangat butuh penonton. Tapi selama film gue mendapatkan respon dan film gue bisa
dinikmatin, itu adalah hal yang penting, dan itu sudah lebih dari cukup," ujar Angga.
"Bohong kalau misalkan gue bilang bahwa gue enggak mau film gue ditonton satu juta orang. Tapi gue enggak bakal melakukan hal yang gue enggak suka untuk mendapatkan satu juta penonton," paparnya, tegas.
Menurutnya, produksi film-film berlatar belakang sejarah seperti
Surat dari Praha perlu diperbanyak. Angga bertekad, kualitas filmnya harus semakin ditingkatkan, agar tidak kalah bersaing dengan film bertema cinta.
Angga mengatakan, ada banyak cara untuk mengajak masyarakat Indonesia mau menonton film sejarah, seperti mengadakan diskusi dan menyambangi kampus-kampus.
Dan berkaitan dengan hal tersebut, ia dan rumah produksinya, Visinema Pictures, akan segera meluncurkan layanan perpustakaan digital yang dapat diakses ketika Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei mendatang.
(ard)