Jakarta, CNN Indonesia -- "Transit Dubai sembilan jam sebelum lanjut ke #Houston #ShaggydogGoesSXSW." Demikian keterangan foto yang diunggah di akun
Facebook Shaggydog, pada Sabtu malam (12/3).
Tampak wajah-wajah lelah yang menyeringai semringah setelah menempuh perjalanan hampir sembilan jam dari Jakarta ke Dubai, dilanjutkan sekitar 17 jam menuju Houston, Texas, AS.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, grup band beraliran ska asal Yogyakarta ini bakal beraksi di festival musik bertaraf internasional South by Southwest (SXSW) di Texas, beberapa hari lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partisipasi di SXSW, diakui Shaggydog, diawali keisengan belaka. "Jadi, tahun 2015, kami iseng kirim biografi, lagu, serta video kami ke pihak SXSW," ujar Heru (vokal) kepada CNN Indonesia.com, baru-baru ini.
"Kami memang ada kerja sama internasional dengan agen kami, lalu kami ditawarkan untuk main di SXSW. Saat itu, kami tidak ada ekspetasi tinggi. Akhirnya, kabar gembira itu datang di akhir tahuin 2015. Padahal hanya iseng-iseng berhadiah."
Panggung SXSW tak sembarangan bisa dijajaki oleh musisi internasional. Tahun ini saja, Shaggydog harus bersaing dengan delapan ribu grup band dari seluruh dunia untuk bisa menembus SXSW.
Menapaki panggung di luar negeri bukan kali pertama buat Shaggydog. Sebelumnya, mereka pernah manggung di Belanda pada 2004 dan 2006, serta di Australia pada 2009 silam.
Sejak Awal Nge-band Sudah IsengBukan hanya iseng menembus panggung SXSW, ternyata pada awalnya para personel Shaggydog pun iseng membentuk grup band di sebuah kampung di pinggir sungai, 19 tahun lalu.
Kepada CNN Indonesia.com, Heru bercerita, band-nya terbentuk karena pada dasarnya ia dan teman-temannya ingin bermain musik saja, tak ada niatan untuk membuat grup band sama sekali.
"Shaggydog itu band yang tidak direncanakan. Dulu waktu pertama kami mulai, cuma
nge-band yuk,
nge-band. Ternyata sampai sekarang, 19 tahun," kata Heru.
Bergabung dan memiliki sebuah band juga diakui hampir semua personel Shaggydog tidak pernah terbayang di angan-angan. Bahkan, Heru pun tak pernah membayangkan kalau saat dewasa ia akan menjadi vokalis grup band ska.
"Bapakku bilang, besok besar jadi tentara atau jadi pramugara. Dulu itu waktu kecil. Tapi sekarang jadinya anak band," ujar Heru.
Hal yang sama juga dialami Richard. Semula, gitaris Shaggydog itu punya keinginan menjadi petinju.
"Dulu mau jadi petinju. Cuma gagal karena memang enggak kuat
aja. Lari dua kali, masuk angin," kata Richard sambil bercanda.
Yoyo pun ternyata punya cita-cita yang jauh dari kehidupan dunia hiburan. Ia menyebutnya sebagai cita-cita standar, yang banyak diminati anak-anak seusianya dulu.
"Standar sih cita-cita jadi pilot dari kecil. Tahu-tahu malah
nge-band," ujarnya.
Setelah tak sengaja membentuk grup band, proses pembuatan album musik pertama Shaggydog dikatakan Heru juga tanpa disengaja. Mereka yang awalnya hanya menyanyikan ulang lagu musisi lainnya ditodong penggemar mereka untuk membuat album musik.
"Bikin album pertama karena permintaan orang-orang. Dulu
cover-cover aja. Mereka suka, terus bilang, 'Kenapa enggak bikin kaset sih?' Akhirnya album pertama lahir," kata Heru.
Album yang diberi nama
Shaggydog itu pun akhirnya dirilis pada 1999. Di luar dugaan, ternyata album pertama mereka terjual 20 ribu kopi. Jumlah yang cukup besar untuk grup band indie kala itu.
Sejak saat itulah Shaggydog mulai kebanjiran order manggung. Mereka diminta tampil di beberapa daerah di Indonesia sampai harus meninggalkan bangku kuliahnya.
Dua tahun berselang, tepatnya pada 2001, Shaggydog merilis album ke-duanya yang diberi judul
Bersama. Album ini bisa dibilang menjadi album yang penuh perjuangan karena manajer Shaggydog sampai-sampai harus menjual motor demi rekaman.
Proses rekaman yang berlangsung di Bandung juga sempat membuat persediaan uang mereka habis dan akhirnya harus
ngamen di kawasan Dago, Bandung.
Dari waktu ke waktu musik Shaggydog semakin banyak penggemarnya. Pada 2003, mereka sempat manggung di sebuah acara universitas yang dihadiri oleh 20 ribu orang.
Di tahun yang sama mereka juga mendapat tawaran tur ke delapan kota di Indonesia. Mereka juga menelurkan album ke-tiganya yang diberi judul
Hot Dogz.Tak berhenti sampai di situ, masih pada 2003, sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog, berjudul
Second Girl, untuk diikutkan dalam album kompilasi berjudul
Asian Ska Foundation. Album tersebut berisi karya band-band ska se-Asia, namun hanya beredar di Jepang.
Shaggydog masih produktif membuat album sampai 2009. Pada 2006 mereka membuat album bertajuk
Kembali Berdansa dan pada 2009 merilis album berjudul
Bersinar.
Setelah merilis album ke-limanya, Shaggydog seperti hilang begitu saja. Pada 2010, mereka sempat mengeluarkan
single berjudul
Putra Nusantara dan Selamatkan
atau Hilang pada 2011.
Selama masa heningnya itu, Shaggydog mengaku hanya meladeni tawaran manggung
off air saja sembari merampungkan album ke-enam mereka yang kini memasuki tahap
mixing.
(tyo/vga)