Dalam perayaan Hari Film Nasional (HFN) ke-66 yang digelar di Balai Kota Jakarta pada Kamis (30/3), Badan Perfilman Indonesia (BPI) memberikan penghargaan berupa Piala Antemas untuk sineas yang filmnya paling banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia.
Tidak hanya itu, BPI juga memberikan penghargaan kehormatan bertajuk Apresiasi Sepuh kepada sineas senior.
Penghargaan itu diberikan kepada sepuluh sineas senior yang sudah ditentukan oleh tim seleksi yang beranggotakan Slamet Rahardjo, Niniek L. Karim dan Kemala Atmojo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim seleksi memiliki kriteria untuk penerima Apresiasi Sepuh. Kriteria itu berupa kesetiaan, kontribusi dan lama berbakti pada pekerjaan yang minimal sepuluh tahun. Selain itu, penerima penghargaan juga harus berusia di atas 60 tahun.
Tidak hanya aktor, Apresiasi Sepuh juga diberikan kepada sineas di balik layar. Bahkan, apresiasi ini juga diberikan pada wartawan yang fokus pada perfilman.
Mereka yang menerima Apresiasi Sepuh ialah Usbanda (manajer produksi), Heni Sudaryo (penata rias), Robby Tumewu (aktor), Titi Qadarsih (aktris), Edo Pesta Sirait (sutadara), El Badrun (penata seni), Slamet Widodo (pimpinan proyek), Mbak Karsih (sekretaris KFT), SK Syamri (editor) dan Hardo Sukoyo (wartawan).
Simbol penghargaan yang diberikan berupa kertas berbingkai bertertuliskan nama dan profesi mereka selama ini di dunia film.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, memberikan simbol Apresiasi Sepuh itu secara langsung kepada sepuluh sineas yang namanya disebutkan di atas.
Titi Qadarsih mengaku senang menerima penghargaan Apresiasi Sepuh. Ia juga merasa terkejut dan tidak menyangka akan mendapat penghargaan ini di HFN ke-66.
"Penghargaan seperti ini perlu menjadi trasidi. Tapi sebagai yang tua-tua kita juga tidak bisa diam saja, kita harus menurunkan bakat yang kita miliki pada anak-anak. Yang muda pun juga tidak lupa dengan yang tua," ujar Titi saat diwawancarai oleh CNN Indonesia.com.
Jika Apresiasi Sepuh diterima oleh sepuluh sineas senior, Piala Antemas diberikan untuk tiga film nasional.
Film Surga Yang Tak Dirindukan berhasil menduduki peringkat pertama dengan perolehan 1,5 juta penonton. Peringkat kedua duduki oleh film Single dengan perolehan 1,3 juta penonton dan diikuti film Comic Eight Part 1 dengan perolehan 1,2 juta penonton.
Sutradara film Comic Eight Part 1, Anggy Umbara, mengatakan bahwa penghargaan seperti ini penting untuk stimulasi bagi sineas di Indonesia. Ia juga beranggapan dengan penghargaan ini masyarakat dapat merasakan perannya sebagai penentu layak atau tidaknya sebuah film.
"Film kan ditonton oleh rakyat, ya tentunya film yang meraih penghargaan ini berdasarkan penilaian rakyat. Tidak seperti FFI yang dinilai berdasarkan penilaian juri. Tiga film ini merepresentasikan selera rakyat Indonesia," kata Anggy saat diwawancarai oleh CNN Indonesia.com.
Selain selebrasi dan apresiasi, Anggy juga menambahkan bahwa film Indonesia masih butuh perkembangan yang lebih baik.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan pembelajaran baru pada pembuat film agar bisa beradaptasi dengan jaman. Jika tidak film nasional akan terus dilibas oleh film-film dari luar negeri.