Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini (30/3), masyarakat Indonesia, terutama kalangan sinema, merayakan Hari Film Nasional (HFN). Hari istimewa ini pertama kali ditetapkan pada 1950, maka kini merupakan perayaan ke-66.
Bagi sutradara Azhar Kinoi Lubis, HFN menjadi titik perenungan pembuat film Indonesia. Merenungkan apa yang bisa dilakukan satu tahun ke depan nanti jika diberikan umur panjang oleh Tuhan.
"HFN seharunya menjadi titik perenungan dan evaluasi pembuat film di Indonesia, bukan hanya hura-hura," kata Kinoi saat diwawancarai oleh CNN Indonesia.com di Jakarta, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, seperti ulang tahun
aja. Kita
mikir udah ulang tahun ke-berapa ini? Lalu, menyadari untuk berkarya lebih baik besok," lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini menambahkan dengan nada serius.
Selain pentingnya evaluasi, Kinoi berpendapat bahwa HFN menjadi nyawa baginya. Hari perayaan ini dianggap dapat menyulut semangatnya untuk terus berkreasi, membuat karya-karya baru.
"Jadi tanggal 30 Maret selalu menjadi semangat baru bagi sineas Indonesia," kata Kinoi. Berbekal semangat, menurutnya, kualitas produksi film di Indonesia harus semakin meningkat.
Penambahan jumlah sineas Indonesia, dalam pandangan Kinoi, harus diikuti peningkatan kualitas. Tetapi dalam kemajuan itu, Kinoi berpikir, masih ada yang harus diperbaiki oleh orang Indonesia.
"PR—pekerjaan rumah—terbesar adalah bagaimana sineas, film
maker, produser, investor sadar untuk membuat film yang dekat dengan masyarakat Indonesia," kata asisten sutradara Opera Jawa (2006).
"Sehingga," Kinoi menambahkan, "film Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan mau kalah dengan industri masyarakat luar yang merebut hati masyarakat kita."
(vga/vga)