Tak Ada Indie dan Mainstream dalam Layanan Musik Digital

M. Andika Putra | CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2016 12:12 WIB
Di era yang serba digital ini, membuat dan mendengarkan musik semakin mudah. Begitu juga dengan membajaknya.
Ilustrasi mendengarkan musik. (Ian Waldie/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan teknologi yang semakin maju merambah ke berbagai bidang, salah satunya adalah musik.

Di era yang serba digital ini, membuat dan mendengarkan musik semakin mudah. Begitu juga dengan membajaknya.

Dari dulu hingga sekarang, perkembangan musik mainstream dan independen selalu dibandingkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Musisi indie disebut memiliki kebebasan dalam berkarya tanpa harus diatur oleh label rekaman, berbeda jauh dengan musisi mainstream.

Pada akhirnya, musisi mainstream atau indie tetap berjuang mencari uang.

Sayangnya, penjualan karya dalam bentuk fisik tak lagi diminati. Tempat produksinya pun terancam punah.

Kondisi ini membuat pecinta musik berharap kepada layanan musik digital, legal maupun ilegal.

Tapi mendengarkan musik digital dari layanan yang ilegal tidak lagi diminati.

Selain sudah ditertibkan penegak hukum, layanan musik legal menawarkan lebih banyak keuntungan dari soal kualitas hingga kenyamanan mengakses.

Layanan musik digital seperti Apple Music, Spotify, Joox dan Guvera pun berlomba menjalin kerja sama dengan musisi untuk mendapatkan konten yang lebih eksklusif.

"Kami menjalin kerjasama langsung dengan label mayor, kalau indie kami lewat distributor," kata Onny Robert, Head of Operations & Marketing Guvera, saat diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada Kamis (31/3).

Onny juga menjelaskan bahwa kepopuleran musisi indie dan mainstream dilayanannya sangat fluktiatif.

Data yang mereka miliki menunjukkan bahwa saat ini musik mainstream lebih banyak diputar.

Tetapi tahun lalu Raisa dan Tulus menjadi raja dan ratu dalam aplikasi mereka.

"Saya rasa di era digital seperti ini susah membedakan mana yang indie dan mana yang mainstream. Balik lagi ke musisi itu. Kalau mereka pintar mengemas karya, karya itu akan laku apa pun labelnya atau apa pun platformnya," lanjut Onny.

Selain pecinta musik, layanan musik digital juga menguntungkan bagi musisinya.

Dari banyaknya lagu yang diputar, musisi mendapatkan royalti dari perusahaan layanan musik digital.

"Pedapatan Guvera akan dikumpulkan dan dibagikan ke label sesuai persentase, nantinya label akan membagikan royalti kepada musisi," kata Onny.

"Setidaknya layanan seperti ini dapat membuat masyarakat sadar untuk mendengarkan musik secara legal tanpa merugikan musisi," lanjunya.

(ard/ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER