Sisi 'Mistis' Studio Rekaman di Lokananta

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Apr 2016 11:15 WIB
Mistis adalah kata yang tepat untuk menggambarkan studio rekaman di Lokananta. Bukan karena makhluk halus, melainkan karena kualitas suaranya yang legendaris.
Studio rekaman di Lokananta, Solo, Jawa Tengah, pada Rabu (13/4). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berdiri sejak 60 tahun yang lalu, Lokananta menjadi studio pertama di Indonesia yang bisa memproduksi piringan hitam.

Sejumlah musisi ternama Indonesia pun pernah merasakan rekaman dalam studio itu sejak dibangun pada 1956. Mereka adalah Gesang, Sam Saimun, Waljinah, Buby Chen dan Jack Lesmana.

"Dulu kami memiliki dua studio rekaman, kini yang tersisa hanya satu. Dari dulu sampai sekarang, studio kami sangat sederhana," kata Bembi Ananto, karyawan di bagian mastering yang sejak 2007 menyelamatkan master rekaman Lokananta, ketika diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada Selasa (12/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ibu Waljinah bahkan sampai harus berhenti rekaman jika ada kereta lewat, karena suara keretanya pasti ikut terekam. Juga kalau mau bikin efek gema, ya mau tidak mau harus ambil rekaman dari dalam kamar mandi," lanjutnya sambil tertawa.

Setelah era 80-an berlalu, nama Lokananta sempat terkubur. Bahkan warga Solo mengira kalau Lokananta sudah tutup dan berganti menjadi tempat bermain futsal.

Sungguh miris mengetahui bangunan bersejarah itu tak lagi diketahui banyak orang.

Tahun 2014 bisa dibilang menjadi tahun reinkarnasi Lokananta. Seakan lahir kembali, pada tahun itu sejumlah musisi Indonesia kembali merekam musik di Lokananta dan kembali mengharumkan namanya.

Mereka adalah Glenn Fredly, White Shoes and The Couples Company, Pandai Besi, Shaggydog dan Senyawa.

Pemain bass Pandai Besi, Poppie Airil, mengatakan kalau sesi rekaman di Lokananta adalah pengalaman menyenangkan yang tidak terlupakan.

Disebut Poppie, kualitas akustik dalam studio Lokananta membuat Pandai Besi memutuskan untuk merekam album di sana.

"Sampai di Solo udah malam dan seharusnya istirahat, tapi kami malah datang ke Lokananta. Pas masuk Lokananta kami 'merinding', tidak pernah menyangka kalo akhirnya bisa rekaman di situ," kata Poppie saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com pada Kamis (14/4).

Saat rekaman, Pandai Besi memakai satu ruangan studio yang besar. Studio berukuran 14x31 meter itu terbukti masih sangat mumpuni untuk merekam bebunyian secara langsung.

"Ibu Waljinah bahkan sampai harus berhenti rekaman jika ada kereta lewat, karena suara keretanya pasti ikut terekam. Juga kalau mau bikin efek gema, ya mau tidak mau harus ambil rekaman dari dalam kamar mandi,"Bembi Ananto, karyawan Lokananta.
"Ruangan itu megah dan akustiknya bagus banget. Ruangan itu yang menghasilkan suaranya yang warm dan reverb yang bagus. Itu seperti sisi mistis Lokananta dari segi musik," ujar Poppie.

Sebelum rekaman di sana, Poppie sudah mendengarkan beberapa album piringan hitam produksi Lokananta yang dirasanya memiliki kualitas suara cukup bagus.

Hal itu semakin menguatkan niat Pandai Besi menorehkan sejarah di sana.

Sepandapat dengan Poppie, vokalis Shaggydog, Heru, mengatakan bahwa studio itu masih berfungsi dengan baik.

"Ruangan akustik itu bagus karena dari dulu memang sudah bagus. Sayangnya, warisan negara itu tidak dirawat jadi ada beberapa alat rekaman yang rusak dan hilang," kata Heru.

Heru mengaku senang saat ini Lokananta sudah mendapatkan perhatian. Terutama dari teman-teman musisi yang rekaman di sana dan dapat kembali mengangkat derajat Lokananta.

Riset Sebelum Ke Lokananta

Walau memiliki kualitas akustik yang, banyak alat-alat di Lokananta yang sudah tidak layak pakai bahkan hilang.

Oleh karena itu beberapa musisi yang rekaman di sana harus membawa alat sendiri agar mendapatkan suara seperti yang diinginkan.

Sebelumnya datang ke Lokananta, Pandai Besi sudah riset dan memutuskan untuk menyewa amplifier, monitor dan mixer tambahan dari Yogyakarta. Mereka hanya memakai satu konsol mixer dari Lokananta.

"Konsol mixer yang ada dari dulu di Lokananta itu bagus. Ada yang bilang kalau alat itu hampir mirip dengan yang dimiliki studio Abbey Road di Inggris. Tapi kami tetap membawa alat sendiri untuk berjaga-jaga," ujar Poppie.

Bagian dalam studio rekaman Lokananta. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Hal serupa juga dialami oleh Shaggydog. Heru menjelaskan mereka membawa beberapa alat sendiri dalam satu mobil box.

"Kita bawa alat sendiri karena di sana kosong ruangannya. Bagi teman-teman yang mau rekaman saya sarankan untuk riset. Jadi tahu apa saja alat yang dibawa sendiri," Heru.

Ia juga mengatakan bahwa menyusun peralatan di dalam studio Lokananta sangat memakan waktu, karena semuanya masih dikerjakan secara manual dan analog. Oleh karena itu waktu untuk persiapan juga harus diperhitungkan.

(ard/ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER