Jakarta, CNN Indonesia -- Shakespeare, pada masanya, bagaikan produser sukses masa kini yang terus-menerus menghasilkan film laris. Di abad ke-16, seluruh masyarakat, dari kaum bangsawan hingga rakyat jelata, menanti karyanya.
Semua yang dia produksi di teater, jadi buah bibir. Hiburan paling populer.
Tidak hanya di Inggris, tanah kelahirannya. Nama Shakespeare mendunia sebagai penulis literatur Inggris legendaris. Karyanya kekal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh tulisannya, baik berupa komedi, romansa ataupun tragedi, kini bisa dinikmati dalam berbagai wujud dan tampilan. Teater, puisi, film, hingga dongeng pengantar tidur.
Selama 52 tahun hidupnya, Shakespeare menulis 38 naskah teater, 154 soneta dan ribuan puisi. Karyanya diterjemahkan ke dalam 80 bahasa berbeda dan dimainkan di seluruh dunia.
Penulis berbakat itu tutup usia pada 23 April 1616 dan tahun ini, dunia memperingati 400 tahun kematiannya, dengan mengenang kembali karya-karya Shakespeare dan menyelami pengaruhnya di dunia modern.
Kepala Jurusan Studi Literatur dan Penulisan Kreatif Queensland University of Technology Glen Thomas mengatakan tema karya-karya Shakespeare sangatlah versatile. Dengan kata lain, terus sesuai dengan zaman.
“Karyanya mudah diadaptasi dalam produksi modern, bahkan relevan dengan kehidupan sekarang. Itu membuktikan bahwa Shakespeare adalah penulis lintas era,” kata Thomas, dilansir
ABC. “Itu seperti Shakespeare menaiki mesin waktu ke 400 tahun lalu, melihat apa yang terjadi, lalu menulis. Sungguh luar biasa.”
Thomas menambahkan, jika saja Shakespeare masih hidup, bukan tidak mungkin dialah yang akan menulis Game of Thrones.
“Bisa jadi, jika dia masih hidup saat ini, dia akan menulis Game of Thrones atau karya besar lainnya,” ujar Thomas.
Sementara bagi aktris Australia Vanessa O’Neill, karya Shakespeare bukanlah sekedar rangkaian kata-kata indah.
“Ada emosi yang terus hidup di setiap karya Shakespeare. Entah itu tragedi, ketidakadilan, cinta, putus asa, semua saling terkoneksi dan membuat kita semakin dekat dengan Shakespeare,” paparnya.
O’Neill menjelaskan bahwa kekuatan karya Shakespeare terletak pada karekter dasar manusia.
“Itu membuat kita melihat bahwa kita tidaklah berbeda dengan manusia 400 tahun lalu. Saya pikir itu menggambarkan tentang kemanusiaan.”
(les)