Jakarta, CNN Indonesia -- Sineas Indonesia kembali berhasil menembus festival film bergengsi dunia. Film berjudul
Marlina karya Mouly Surya dan film pendek bertajuk
Prenjak karya Wregas Bhanuteja berhasil masuk Cannes Film Festival 2016.
Kedua film karya anak bangsa itu masuk dalam kategori yang berbeda.
Marlina masuk dalam kategori L'Atelier Cinéfondation. Itu merupakan "pasar" tempat sineas negara mana pun bisa mendapat fasilitas dan bekerja sama dengan produser atau sineas Eropa.
Fasilitas yang didapat bisa berupa dana maupun bantuan mendistribusikan film. Namun bagi Mouly, tujuan utamanya bukan mencari bantuan dana. Menurutnya, diskusi dalam festival film Cannes itu lebih penting.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya cari ko-produksi di luar itu lebih untuk distribusi film yang lebih luas. Lalu juga membuka peluang dan pembelajaran," ujar Mouly, saat diwawancarai CNNIndonesia.com usai konferensi pers di Jakarta, Selasa (26/4).
Lagipula, masuknya
Marlina ke Cannes Film Festival tahun ini belum jadi jaminan untuk menang. Ia masih harus bersaing dengan 14 film lain untuk mendapatkan hati sineas Eropa.
Meski begitu, bisa dikatakan peluang Marlina sebenarnya terbuka lebar. Sebelumnya film yang mengisahkan kehidupan wanita Sumba itu sudah masuk seleksi Asian Project Market di Busan Internasional Film Festival 2015. Yang juga berhasil mendapatkan ko-produksi adalah karya Joko Anwar,
A Copy of My Mind.Selain di Busan, film Marlina juga menjadi salah satu penerima Next Masters Support Program dalam ajang Talents Tokyo 2015.
"Kalau yang dari Busan itu sifatnya dukungan distribusi. Tetapi sebelumnya kami dapat bantuan dana dari Tokyo yang mencukupi sampai penulisan skenario selesai," katanya.
Berbeda kategori dengan Mouly, film pendek
Prenjak masuk kategori La Semaine de la Critique. Wregas menjelaskan, saat membuat
Prenjak ia memang ingin mendaftarkan karyanya Cannes Film Festival. Wregas dan Studio Batu bergerak cepat soal produksi.
"Syutingnya dua hari, editing satu minggu. Pas melihat Cannes sudah buka, saya langsung cepat daftar," kata Wregas menjelaskan.
Cannes Film Festival bukan festival internasional pertama bagi Wregas. Karyanya yang bertajuk
Lembusura juga pernah masuk Berlinale Festival Film 2015. Selain itu, karyanya yang bertajuk
Floating Chopin juga masuk dalam Hong Kong Film Festival 2016.
Jauh sebelum itu, Wregas mengaku sebenarnya sudah mengincar Cannes Film Festival sejak masih duduk di bangku kuliah.
"Waktu kuliah saya dan teman-teman cuma lihat di YouTube, bagaimana Cannes Film Festival. Ketika itu saya mikir, harus buat berapa karya dan umur berapa bisa masuk sana. Sekarang saya 23 tahun dan tidak menyangka, ucap Wregas bercerita.
Prenjak bercerita tentang seorang perempuan asal Yogyakarta yang menjual korek api dengan harga per batang sebesar Rp10 ribu. Yang istimewa, setelah menyerahkan uang, pembeli bisa melihat anggota tubuhnya.
(rsa)