Glastonbury Diusik Referendum Brexit sampai Lumpur

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 13:53 WIB
Tahun ini, perhelatan Glastonbury di Inggris, pada 22-26 Juni 2016 diusik isu Brexit serta guyuran hujan yang membuar arena berlumpur.
Sekalipun kaki berlumpur, tapi gaya para penikmat Glastonbury tetapi antiluntur. (Ian Gavan/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada-ada saja peristiwa yang mengusik Glastonbury di Somerset, Inggris, dari tahun ke tahun. Sebelumnya, salah satu festival musik terbesar di dunia ini pernah berbenturan jadwal dengan sejumlah acara penting.

Sebut saja acara olahraga Wimbledon, Piala Eropa, dan bahkan Piala Dunia. Tahun ini, lagi-lagi penyelenggaraan festival ini bentrok dengan salah satu momen terpenting bagi masyarakat Inggris.

Mengutip dari laman Telegraph, acara yang diselenggarakan pada 22-26 Juni 2016 ini, bentrok dengan pemungutan suara Brexit atau British Exit, yaitu keputusan apakah Inggris akan tetap bergabung sebagai bagian dari Uni Eropa atau tidak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemungutan suara tersebut diselenggarakan pada Kamis (23/6), sehari setelah pembukaan Festival Glastonbury, yang dijejali 175 ribu penikmat musik.

Beberapa netizen pun merasa khawatir dengan keadaan tersebut. Sejumlah orang mengungkapkan kekhawatirannya di akun Twitter mereka.

"Saya ingin tahu berapa banyak orang di Glastonbury lupa untuk menyuarakan pilihannya pada referendum," ujar salah seorang netizen.

Namun, ada pula beberapa orang yang justru menganggap benturan jadwal ini adalah hal yang menarik. "Bagian favorit saya dari seluruh referendum ini adalah jika di Glastonbury nanti @ColinGPaterson bertanya kepada Coldplay apa yang mereka pikirkan dari hasil pemilihan itu," kata netizen lainnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri David Cameron telah mengumumkan tanggal pemilihan tersebut pada Februari 2016 lalu. Mendengar pengumuman itu, pihak penyelenggara festival pun langsung memberitahu masyarakat bahwa tidak akan ada situs web pemungutan suara di lokasi Glastonbury.

Sontak beberapa netizen merasa bahwa ini bagian dari sebuah konspirasi. "Jadi pemungutan suara #EUreferendum akan dilakukan ketika saya dan sekitar 175 ribu orang lainnya ada di Festival Glastonbury. Ini sungguh sebuah konspirasi?!" cuit seorang netizen.

Meski begitu, pasangan ayah-anak tuan rumah Glastonbury, Michael dan Emily Eavis, telah mendorong masyarakat untuk tetap mengikuti proses pemungutan suara. Mereka ingin agar masyarakat tidak kehilangan hak suara mereka dalam referendum Uni Eropa.

"Hari dan tanggal dari referendum telah diumumkan, kami sudah mengumumkan agar semua orang yang datang ke festival untuk memilih, baik melalui pos [seperti yang saya lakukan] atau dengan perwakilan orang," ujar Emily pada Maret.

Ia juga menambahkan, "Dan kami akan terus mengumumkan hal itu hingga hari pemungutan suara, termasuk mengirim e-mail ke setiap pemegang tiket dengan informasi tentang cara untuk memilih."

Sejak Februari hingga Mei lalu, pihak Glastonbury masih mengabarkan soal pemungutan suara tersebut. Melalui akun Twitter resmi Glastonbury tertulis, "Tidak mustahil untuk ikut dalam pemungutan suara #EUreferendum di Glastonbury 2016. Anda bisa mendaftarkan diri untuk pemungutan suara via pos."

Emily sendiri telah mengungkapkan dukungannya untuk kampanye Brexit tersebut. Ia menjadi pendukung "in" pada isu ini. Bahkan terdapat instalasi bertuliskan 'IN' di festival tersebut.

Joe Twyman, Kepala Riset Politik dan Sosial dari YouGov, berujar, pada Maret 2016 lalu, bahwa beragam faktor tetap bisa mempengaruhi perbedaan jumlah suara yang tipis antara In dan Out. Meskipun 250 ribu yang hadir di Glastonbury memberikan suaranya, namun itu tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan yang tipis tersebut.

Diterpa Hujan Badai, Arena Glastonbury Becek

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER