Jakarta, CNN Indonesia -- Ada-ada saja peristiwa yang mengusik Glastonbury di Somerset, Inggris, dari tahun ke tahun. Sebelumnya, salah satu festival musik terbesar di dunia ini pernah berbenturan jadwal dengan sejumlah acara penting.
Sebut saja acara olahraga Wimbledon, Piala Eropa, dan bahkan Piala Dunia. Tahun ini, lagi-lagi penyelenggaraan festival ini bentrok dengan salah satu momen terpenting bagi masyarakat Inggris.
Mengutip dari laman Telegraph, acara yang diselenggarakan pada 22-26 Juni 2016 ini, bentrok dengan pemungutan suara Brexit atau British Exit, yaitu keputusan apakah Inggris akan tetap bergabung sebagai bagian dari Uni Eropa atau tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemungutan suara tersebut diselenggarakan pada Kamis (23/6), sehari setelah pembukaan Festival Glastonbury, yang dijejali 175 ribu penikmat musik.
Beberapa
netizen pun merasa khawatir dengan keadaan tersebut. Sejumlah orang mengungkapkan kekhawatirannya di akun Twitter mereka.
"Saya ingin tahu berapa banyak orang di Glastonbury lupa untuk menyuarakan pilihannya pada referendum," ujar salah seorang netizen.
Namun, ada pula beberapa orang yang justru menganggap benturan jadwal ini adalah hal yang menarik. "Bagian favorit saya dari seluruh referendum ini adalah jika di Glastonbury nanti @ColinGPaterson bertanya kepada Coldplay apa yang mereka pikirkan dari hasil pemilihan itu," kata netizen lainnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri David Cameron telah mengumumkan tanggal pemilihan tersebut pada Februari 2016 lalu. Mendengar pengumuman itu, pihak penyelenggara festival pun langsung memberitahu masyarakat bahwa tidak akan ada situs web pemungutan suara di lokasi Glastonbury.
Sontak beberapa netizen merasa bahwa ini bagian dari sebuah konspirasi. "Jadi pemungutan suara #EUreferendum akan dilakukan ketika saya dan sekitar 175 ribu orang lainnya ada di Festival Glastonbury. Ini sungguh sebuah konspirasi?!" cuit seorang netizen.
Meski begitu, pasangan ayah-anak tuan rumah Glastonbury, Michael dan Emily Eavis, telah mendorong masyarakat untuk tetap mengikuti proses pemungutan suara. Mereka ingin agar masyarakat tidak kehilangan hak suara mereka dalam referendum Uni Eropa.
"Hari dan tanggal dari referendum telah diumumkan, kami sudah mengumumkan agar semua orang yang datang ke festival untuk memilih, baik melalui pos [seperti yang saya lakukan] atau dengan perwakilan orang," ujar Emily pada Maret.
Ia juga menambahkan, "Dan kami akan terus mengumumkan hal itu hingga hari pemungutan suara, termasuk mengirim
e-mail ke setiap pemegang tiket dengan informasi tentang cara untuk memilih."
Sejak Februari hingga Mei lalu, pihak Glastonbury masih mengabarkan soal pemungutan suara tersebut. Melalui akun Twitter resmi Glastonbury tertulis, "Tidak mustahil untuk ikut dalam pemungutan suara #EUreferendum di Glastonbury 2016. Anda bisa mendaftarkan diri untuk pemungutan suara via pos."
Emily sendiri telah mengungkapkan dukungannya untuk kampanye Brexit tersebut. Ia menjadi pendukung "in" pada isu ini. Bahkan terdapat instalasi bertuliskan 'IN' di festival tersebut.
Joe Twyman, Kepala Riset Politik dan Sosial dari YouGov, berujar, pada Maret 2016 lalu, bahwa beragam faktor tetap bisa mempengaruhi perbedaan jumlah suara yang tipis antara
In dan Out. Meskipun 250 ribu yang hadir di Glastonbury memberikan suaranya, namun itu tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan yang tipis tersebut.
Para penikmat Festival Musik Glastonbury terpaksa mengalami ketidaknyamanan. Cuaca yang tidak mendukung membuat pengunjung harus bangun tidur dari tenda kemah dengan kondisi hujan, bahkan berlumpur.
Seperti yang dikutip dari laman Independent, suhu naik hingga 19 derajat Celcius pada Kamis (23/6) dan Matahari pun akan muncul menembus awan yang tebal. Ahli meteorologi sudah mewanti-wanti pengunjung Glastonbury bahwa mungkin masih akan ada hujan petir susulan, terutama pada hari ini (24/6) hingga esok Sabtu (25/6).
Sedangkan pada Minggu (26/6) lusa, sepertinya akan menjadi hari dengan cuaca terbaik. Hanya saja, pengunjung mungkin akan merasakan gerimis hujan pada sore harinya.
Ramalan cuaca pada akhirnya menjadi andalan bagi ratusan pengunjung yang telah berjuang melewati kemacetan, yang bahkan hingga 12 jam pada Rabu (22/6), saat pembukaan acara.
Meteorologis Liam Dutton juga berujar, bahwa masih banyak ketidakpastian dari ramalan cuaca tersebut. Tentu saja, itu karena cuaca yang terus berubah-ubah dari hari ke hari. Liam Dutton mengunggah prakiraan cuaca tersebut ke akun Twitter miliknya.
Hujan yang terus mengguyur selama seminggu di sekitar lokasi festival tersebut telah membuat 175.000 pemegang tiket festival kesulitan. Selain kemacetan yang panjang, pengunjung juga harus mempersiapkan pakaian antihujan agar nyaman saat menikmati Glastonbury.
Sayangnya, tidak hanya cuaca saja yang mengganggu kenyamanan. Lokasi Glastonbury yang beralaskan rumput dan tanah, juga turut menjadi basah dan berlumpur setelah terguyur hujan selama tujuh hari berturut-turut.
Meski begitu, tampaknya Worthy Farm harus lebih menghindari badai lain yang muncul karena musisi sekelas Muse, Adele, dan Coldplay.
Terlepas dari isu Brexit dan pekat lumpur, Glastonbury masih menyisakan kegembiraan bagi lebih dari 175 ribu penikmat musik yang menjejali arenanya di Somerset, Inggris, sepanjang 22-26 Juni 2016.
Selain menonton aksi ratusan musisi idola, para penikmat musik juga diajak oleh nyonya rumah Glastonbury, Emily Eavis, untuk sejenak menundukkan kepala, memberikan apresiasi bagi beberapa musisi dunia yang telat mangkat.
Dilansir dari laman Guardian, Emily memang sudah berencana untuk membuat acara penghormatan bagi musisi yang meninggal dalam kurun enam bulan belakangan, yaitu David Bowie (10 Januari, akibat kanker), Prince (22 April, akibat overdosis), dan Lemmy 'Motorhead' (28 Desember, akibat kanker). Nantinya akan ada penghormatan untuk ke-tiga musisi tersebut, termasuk penampilan orkestra dan DJ.
Emily sengaja menyiapkan acara ini agar para penikmat musik yang hadir pada festival tersebut memiliki kesempatan untuk berkabung.
"Bakal ada banyak kejutan di festival ini. Kami memiliki sejumlah penghargaan untuk Prince serta beberapa pesta larut malam di Block 9 dan sejumlah tempat lain," ujar Emily.
Sebelumnya, Emily menyatakan bahwa akan membawa kembali nuansa festival pada 1971 di saat Bowie berada di atas panggung. "Ia [Bowie] seperti memiliki hubungan khusus dengan Glastonbury," katanya.
Patung untuk Tiga Musisi
Dengan bantuan pematung terkenal, Joe Rush, Eavis menyiapkan patung Ziggy Stardust raksasa yang diterangi lampu di atas panggung Pyramid, di mana Coldplay, Adele, dan sejumlah grup band ternama akan tampil di sana. Hiasan itu kemudian akan diapit oleh satu set sayap perak raksasa yang membentang, dan akan dihiasi pula dengan mata abu-abu terbuka di tengahnya.
"Penting rasanya untuk menangkap mata Bowie dengan jelas, itu merupakan bagian dari penampilannya," ujar Rush, yang sudah langganan dalam membantu Glastonbury. "Saya juga suka ide jika Bowie melihat keluar dan menonton seluruh festival. Dan jika kami ingin ada sebuah mata di [panggung] piramida, itu sudah seharusnya mata Bowie."
Sedangkan untuk sang vokalis Motorhead, Rush membangun sebuah patung di panggung lainnya. Patung tersebut akan melambangkan tanda perdamaian. Uniknya, itu akan dibuat dari kunci pas, dengan dihiasi lambang sekop alumunium, mesin V-Twin, dan satu set tanduk domba jantan berwarna hitam yang mengilap.
Begitu pun untuk Prince, Rush sudah membuat patung setinggi empat meter di area taman festival. Patung tersebut akan berbentuk sebuah tangan berkilau raksasa yang embawa mahkota berwarna ungu, serta dihiasi burung merpati putih yang sedang beterbangan di atasnya.
"Orang-orang memerlukan tempat-tempat seperti ini untuk didatangi, terlebih lagi bagi seniman yang sangat terpengaruh dengan karya mereka dan ingin memberikan penghormatan," tambah Rush. Menurutnya, penghormatan tersebut sangat lah penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa seniman-seniman ini adalah seorang pahlawan.
Pentas Musik untuk Bowie dan Prince
Tidak sekadar patung, akan ada pentas penghormatan pula untuk para mendiang. Pentas tersebut rencananya akan di gelar di akhir pekan, tepatnya pada Sabtu (25/6) tengah malam. Sebanyak 50 pemain orkestra akan tampil dengan seragam putih. Mereka akan membawakan lagu Symphony No. 4 dari Philip Glass. Lagu tersebut merupakan lagu yang terinspirasi dari album milik Bowie, Heroes.
Ini merupakan pertunjukan klasik pertama kali yang ditampilkan sebagai pentas utama di atas panggung. Pertunjukan orkestra itu akan dihiasi dengan sinar laser yang dibuat oleh Chris Levine.
"Bowie adalah penggemar berat Glass dan dia juga salah satu orang berpengaruh. Jadi ini tampak sempurna," kata Levine. "Jika Anda melihat kembali penampilan Bowie pada 2000, ia pernah menyanyikan Heroes seorang diri. Ada sesuatu yang sangat indah [dalam penampilan ini], tidak hanya mengenang lagu itu saja, tapi juga seluruh albumnya."
Untuk mendiang Prince, satu set peralatan DJ akan dimainkan oleh vokalis Hot Chip, Alexis Taylor. Ia akan bermain di panggung Block 9 pada Jumat (24/6) malam.
"Awalnya saya merasa cukup sulit, ketika Prince pergi dan saya harus mendengarkan lagu-lagunya. Itu karena ketika Anda merasa sedih, Anda pasti ingin mendengarkan lagu yang bernuansa sedih. Tapi, itu tidak terdapat di [lagu] Prince. Tapi [akhirnya] saya rasa set ini cukup layak untuk dijadikan sebuah pesta," ujar Taylor.
Taylor memang merupakan penggemar setia Prince. Beberapa lagu yang akan ia bawakan merupakan lagu top milik Prince, seperti Controversy, Raspberry Beret, Sign of the Times dan Lottle Red Covette.
"Sejumlah lagu Prince yang begitu bersemangat dan penuh energi, rasanya ini cara yang bagus untuk merayakannya. Ini adalah musik yang sangat menggembirakan dan bersemangat," tambahnya.