'Tiga Dara' Karya Usmar Ismail Direstorasi dan Diputar Lagi

Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 03 Agu 2016 06:55 WIB
Rumah produksi SA Film merestorasi Tiga Dara, film karya Usmar Ismail, dengan biaya sekitar Rp3,4 miliar.
Rumah produksi SA Film merestorasi Tiga Dara, film karya Usmar Ismail, dengan biaya sekitar Rp3,4 miliar. (Ministry of Education)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa tahun setelah merdeka, sineas Indonesia berhasil membuat film dengan kualitas cerita dan gambar yang terbilang baik. Padahal ketika itu, kondisinya serba terbatas, situasinya pun masih genting.

Maka sungguh disayangkan bila karya sinema yang begitu bersejarah tidak dirawat dan dikelola dengan baik. Tanpa ada upaya pelestarian, generasi kini tidak akan pernah menonton dan mengapresiasi film-film yang berjaya di era lampau.

Untuk itu, Alex Sahir bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam rumah produksi SA Film merestorasi Tiga Dara, film karya Usmar Ismail. Menurut Alex, ada sisi lain yang berbeda dari karya sang sineas yang disebut Bapak Perfilman Indonesia.

"Kami pilih film ini karena penting sebagai sejarah Indonesia," kata Alex, saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com di Jakarta, pada Selasa (2/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari segi pendekatan estetika dan gaya bertutur, film ini berbeda. Seorang Usmar yang nasionalis dengan wacana yang besar dalam film bisa juga membuat film pop yang juga berisikan wacana."

Diakui Alex, proses restorasi ini sudah dilakukan sejak 2010. Saat itu, ia dibantu oleh Orlow Seunke, pengamat film Eropa, untuk mendapat dukungan dana dari pemerintah Belanda. Namun semua proses itu gagal karena Eropa dilanda krisis ekonomi.

"Seluloid udah semua kami kirim ke Belanda. Akhirnya barang itu ketahan di I Musseum selama tiga tahun. Lalu, tahun lalu, kami pengin lanjutin project ini dan ambil barang itu," kata Alex.

Dimulai sejak tahun lalu, proses restorasi memakan waktu kurang lebih 15 bulan. Empat bulan perbaikan fisik seluloid di L'Immagine Ritrovata, Italia dan 11 bulan restorasi ke format digital 4k di studio PT Render Indonesia.

SA Film sudah mendapatkan izin dari keluarga Usmar Ismail dan pemain Tiga Dara sehingga proses itu berjalan lancar.

Merestorasi seluloid film bukanlah hal yang mudah. Apalagi seluloid film Tiga Dara sudah berumur lebih dari setengah abad, sejak dibuat pada 1956. Kondisi Seluloid itu sangat parah hingga harus dibersihkan dengan cairan kimia berkali-kali.

"Musuh seluloid itu kerusakan yang namanya vinegar syndrome. Lapisan pelindung seluloid itu rusak dan warnanya memerah. Itu terjadi karena asam yang terbentuk dari lapisan film dan udara yang tidak stabil," kata Alex.

Ketika sampai di studio di Italia, tim L'Immagine Ritrovata membuka gulungan itu dengan sangat hati-hati. Peroses restorasi fisik dimulai dengan memisahkan sambungan seluloid dan membuat sambungan yang baru.

Mereka juga memperbaiki perforasi pinggiran seluloid dan membuatnya bila sudah tidak bisa diperbaiki. Perforasi itu mereka bolongi satu per satu.

Tahap itu dilanjutkan dengan membersihkan seluloid menggunakan cairan kimia. Seluloid film Tiga Dara harus dibersihkan 15 kali karena kerusakan yang sangat parah. Tahap ini akan menghilangkan jamur dan warna kemerahan yang menempel di pelindung seluloid.

Kerusakan pada seluloid itu membuat semua proses restorasi fisik harus dikerjakan manual. Hanya proses penggulungan seluloid yang menggunakan mesin. Itu pun harus menggunakan putaran yang lambat dan dipegang dengan tangan agar seluloid tidak lari ke arah yang tidak beraturan.

"Mereka yang mengerjakan masih muda, jago dan sangat tertarik. Mereka menemukan jamur-jamur baru di seluloid yang berasal dari negara tropis," kata Alex.

Setelahh selesai proses restorasi fisik, seluloid itu diterbangkan kembali ke Tanah Air. Sejarah Indonesia dalam bentuk seluloid itu akan memasuki tahap restorasi digital yang dikerjakan di studio PT Render Indonesia.

Satu per satu frame dari seluloid tersebut diperbaiki dengan teliti. Seperti perbaikan warna, pembersihan jika ada kotoran dan konversi dalam bentuk digital 4k.

Lagi-lagi proses itu sangat lama karena kerusakan yang sangat parah. Sebanyak 150.000 frame mereka kerjakan manual satu per satu.

Alex menyatakan bahwa ia sudah percaya dengan L'Immagine Ritrovata dan PT Render Indonesia untuk urusan restorasi film. L'Immagine Ritrovata sudah sering merestorasi film yang rilis sejak 1950-an. Sedangkan PT Render Indonesia memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk restorasi digital.

"Saya sengaja mau kerjain yang proses di Indonesia, kalau enggak ya orang luar doang yang pinter, kita enggak," kata Alex.

"Waktu itu," Alex menambahkan, "saya pernah restorasi Lewat Djam Malam dan semua di luar [negeri]. Kali ini, kami juga kirim dua orang Indonesia ke sana, Lintang Gitomartoyo dan Lisabona Rahman."

Diakui Alex, Indonesia belum bisa melakukan proses perbaikan fisik di negeri sendiri. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki alat dan metodologi tersebut. Ia berharap pada Lintang dan Lisa untuk membawa metodologi itu ke Indonesia.

Pasca restorasi,  detail-detail dalam frame Tiga Dara terlihat jelas, antara lain tulisan-tulisan yang menandakan suatu lokasi. Saat melihat itu, Alex menyadari betapa Max Tera, sinematografer Tiga Dara, memiliki kemampuan luar biasa.

Alex pun puas dengan hasil restorasi tersebut. Banyak detail yang ia temukan setelah film Tiga Dara direstorasi. Sebelumnya, ia sudah sering menonton Tiga Dara.

Pada hari ini, Rabu (3/8), Tiga Dara hasil restorasi diputar lagi untuk kalangan terbatas di bioskop XXI Plaza Indonesia, Jakarta. Nantinya, publik juga bisa menonton aksi tiga aktris cantik Mieke Widjaya, Chitra Dewi dan Indriati Iskak dalam film musikal legendaris.
 
Tentu saja biaya yang dikeluarkan untuk restorasi ini tidak murah. Kurang lebih total biaya restorasi ini US$260 ribu, atau setara Rp3,4 miliar.

Bagi Alex, itu biaya yang sangat wajar, terlebih untuk kondisi yang terlalu parah. Ia juga merasa itu tidak mahal jika berguna untuk mengembalikan sejarah Indonesia.

Alex menegaskan, "Nilai sejarah film ini gede banget. Enggak bisa dibandingin."





(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER