Jakarta, CNN Indonesia -- Pertama kali melihat lukisan
Wounded Lion karya Raden Saleh, Joko Anwar terpukau oleh karakter singa yang mendominasi kanvas. Dari jauh, sang raja hutan terlihat perkasa, seperti seharusnya.
"Tapi kalau dilihat dari dekat, mukanya sangat sedih," tutur Joko saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kantornya, beberapa waktu lalu. Ternyata di belakang singa itu tertombak.
Lukisan itu menarik perhatiannya saat berjalan-jalan mengunjungi National Gallery Singapore, galeri seni yang merangkum karya-karya dari Asia di Singapura. Joko merasakan keajaiban seni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langsung terbayang saja, kalau ada karakter manusia yang merasa dirinya sangat perkasa, ketika dia kalah yang terluka bukan cuma fisiknya, tapi juga kebanggaan," ujar Joko melanjutkan.
Bayangan itulah yang kemudian memicu Joko untuk menjadikan lukisan itu sebagai inspirasi film pendek terbarunya. Judulnya disamakan seperti lukisan terkenal itu,
Wounded Lion. Singa Terluka.
Joko terpilih sebagai sutradara dari Indonesia yang diminta National Gallery mencomot satu dari koleksi lukisan dan menjadikannya inspirasi film. Sutradara lainnya dari Thailand (Apichatpong Weerasethakul), Filipina (Brillante Mendoza), Singapura (Eric Khoo), dan Malaysia (Ho Yuhang).
Lima sutradara itu dipilih karena masing-masing punya riwayat penghargaan secara global. Film-film pendek mereka nantinya akan diputar di National Gallery of Singapore, menjelang akhir tahun ini.
"Kolaborasi ini merupakan bagian dari usaha National Gallery untuk merepresentasikan bukan hanya perspektif yang unik tentang kesenian Singapura dan Asia Tenggara, tapi juga membuatnya lebih terakses bagi audiens global," kata Dr Eugene Tan, Direktur National Gallery.
Melalui film, dipercaya kekuatan makna dan seni lukisan bisa tersampaikan lebih luas dan 'renyah.'
Joko menganalogikan singa yang terluka dalam lukisan yang dipilihnya, seperti masyarakat Indonesia. Dilihatnya masyarakat Indonesia sensitif terhadap isu SARA. Banyak orang yang terlalu bangga pada identitas masing-masing. Entah itu agama, suku, atau daerah tempat mereka berada.
"Jadi ketika mereka merasa satu-satunya kebanggaan yang mereka punya itu terusik, mereka bisa bereaksi dengan sangat berlebihan, mereka langsung marah," Joko menjelaskan.
Dengan gagasan yang meliar di kepalanya, sutradara asal Medan itu pun menggarap sebuah film pendek secara 'kilat.' Syutingnya hanya dua hari. Saat ini filmnya sudah rampung. Sayang, Joko tidak mau terlalu membocorkan ceritanya.
Yang jelas, pemainnya bukan artis yang sering dilihat maupun kerap bekerja sama dengan Joko dalam film-filmnya. Sutradara
Janji Joni itu mengatakan, artisnya pemain teater profesional.
Ia pun berusaha memasukkan 'rasa' Raden Saleh dalam film itu. "Kita mencoba menerjemahkan
look dan
feel dari lukisan Raden Saleh yang sangat Indonesia sekali. Di
setting, color pallete yang dipakai sama dengan warna yang ada di lukisan."
Sayang, akses masyarakat Indonesia akan terbatas untuk menontonnya. Sebab pemutaran perdana di Singapura. Di Indonesia mungkin hanya akan tayang di kegiatan-kegiatan komunitas khusus.
"Mungkin mereka [National Gallery] akan membawanya lagi, untuk festival atau apa," ujar sutradara lulusan Institut Teknologi Bandung itu.
(rsa)