Jakarta, CNN Indonesia -- Budaya tandingan dan hippies tahun 1960-an diyakini memiliki peran penting dalam perkembangan dunia seni, khususnya musik.
Untuk menghidupkannya kembali, sebuah pameran yang menggabungkan musik dan visual digelar di Museum Victoria & Albert, London.
"Melalui pameran ini, kami mengeksplor peristiwa penting yang terjadi di akhir era 1960-an, dan dampaknya yang masih terasa hingga hari ini," ujar Victoria Broackes, kurator pameran berjudul
You Say You Want a Revolution? Records and Rebels 1966-1970, yang mulai dibuka Sabtu lalu, seperti dilansir dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rentang waktu antara 1966-1970, sekitar 1.826 hari, tak bisa dipungkiri mmembentuk dunia yang kita tinggali saat ini, dari mulai hak sipil, environmentalisme, konsumerisme, hingga politik neoliberal," ujarnya menambahkan.
Setiap pengunjung yang datang ke pameran akan diberikan
headset di pintu masuk untuk dapat mengikuti penelusuran dari satu tempat ke tempat lainnya.
Di antaranya kawasan pemukiman Haigh-Ashburry di San Francisco, yang menjadi pusat gerakan hippies, hingga Carnaby Street di London, dan Festival Woodstuck di New York.
Pameran ini menempatkan satu ruangan yang didedikasikan khusus untuk Woodstock, lengkap dengan rerumputan palsu dan layar yang menampilkan konser sehingga benar-benar menyuguhkan nuansa hippies.
Tidak hanya itu, pameran juga memberi perhatian pada persoalan serius, seperti oposisi terhadap Perang Vietnam dan gerakan hak sipil AS.
Sembari menikmati pameran, pengunjung juga akan disuguhkan lagu pengiring seperti
My Generation yang dibawakan The Who, dan
Imagine milik John Lennon, yang melengkapi pameran sehingga pengunjung berjarak dari distraksi dunia modern.
"Dulu ketika belum ada ponsel dan media sosial, musik di era 1960-an yang menjadi refleksi lompatan besar, adalah salah satu cara berinteraksi dan membantu terbentuknya komunitas bagi anak-anak muda," ujar Geoffrey Marsh, kurator pameran lainnya.
Namun, secara keseluruhan pameran ini tidak melulu soal musik, tapi juga memberi pengalaman visual, yang terdiri dari 350 objek berupa foto, poster, majalah dan album musik dengan sejumlah lirik "lagu protes" di dinding museum.
Jas yang dikenakan John Lennon dan George Harrison, kostum Mick Jagger dan patahan gitar Jimi Hendrix menambah kesan berontak era 60-an yang ingin disampaikan pameran ini.
Pameran berlangsung dari 10 September 2016 hingga 26 Februari 2017.
(rah/ard)