Jakarta, CNN Indonesia -- Tidal, layanan streaming musik yang dibeli Jay Z sebesar US$56 juta tahun lalu, berjuang keras untuk meraih untung, bahkan harus merugi lebih besar pada 2015.
Gagasan di balik layanan Tidal sederhana, yakni memberi keuntungan buat musisi untuk mendapat kesempatan pertama menayangkan video musik mereka, dan ekslusif buat publik.
Selain Jay Z, di dalamnya tergabung Beyonce, Rihanna, dan Kanye West, yang juga turut memiliki saham di layanan musik ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Tidal, konten premium juga dijual dengan harga yang cukup besar, misalkan sebesar US$ 19.99 untuk musik dengan kualitas suara tinggi.
Dikutip dari
Vanity Fair, layanan streaming musik Tidal merugi cukup besar, bahkan dua kali lipat pada 2015, sejak Jay Z membelinya dari Aspiro, perusahaan asal Swedia.
Tidal merugi sebesar US$ 28 juta, dua kali lipat dari 2014, sebesar 88,9 juta krono Swedia (atau sekitar US$ 10 juta).
Koran Norwegia Dagens Næringsliv melaporkan, Tidal juga bahkan tak mampu membayar berbagai tagihannya.
Tidal menjadi satu dari beberapa layanan streaming musik yang tidak menghasilkan untung. Spotify, dengan jumlah pengguna 39 juta, (Tidal 4,2 juta orang), merugi sebesar US$ 206 juta tahun lalu.
Spotify menjadi salah satu kompetitor terbesar bagi Tidal.
Apple Music, dengan 17 juta pengguna, juga menggunakan metode Jay Z dengan memberi ekslusif bagi anggotanya (seperti rilis album Frank Ocean baru-baru ini), dan menjadi aplikasi yang terprogram di setiap iPhone.
(rah/rah)