Seni Indonesia dalam Desain Hotel No 12

Rahman Indra | CNN Indonesia
Jumat, 16 Sep 2016 18:18 WIB
Sebanyak 12 desainer interior memberi sentuhan khas Indonesia dalam pameran yang diberi tajuk Hotel No 12.
Desain interior Bodhi Relaxation Room motif mega mendung karya Joke Roos pada Pameran The Colours of Indonesia 2016: Hotel No 12 (Photografer CNNIndonesia/RahmanIndra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seperti judul yang diusungnya, pameran Hotel No 12 yang berlangsung di Main Atrium Senayan City, Jakarta didesain sedemikian rupa hingga mirip mock-up hotel dalam ukuran sebenarnya.  

Pengunjung diajak untuk mendapati suasana memasuki hotel mewah dengan perjalanan menyusuri ruang resepsionis, lobi, kafe, butik, kamar tidur, ruang relaksasi, restoran, hingga business lounge.

Setiap desain interior ruang menghadirkan nuansa berbeda, dan di setiapnya terdapat sentuhan Indonesia, entah itu penggunaan motif batik atau kain tradisional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya motif mega mendung yang digunakan desainer Joke Roos, yang mendesain ruang relaksasi. Ditempatkan di bagian dinding dan lantai, motif tersebut tampil mencolok dan memberi nuansa tersendiri yang hangat dan menenangkan.

“Gagasannya sederhana, saya ingin mendesain ruang yang membuat siapapun yang memasukinya terasa lebih rileks, dan bisa digunakan untuk bermeditasi, yoga, atau pilates,” ujarnya saat ditemui di sela-sela pembukaan pameran pada Kamis (15/9).

Pembukaan pameran bertajuk 'The Colours of Indonesia 2016: Hotel No 12' tersebut turut dihadiri Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Veri Y Setiadi, CEO Senayan City, dan Ary Juwono sebagai Ketua pelaksana pameran TCOI:Hotel No 12.

Selain Joke Roos, desainer interior yang turut menyuguhkan karyanya yakni Shirley Gouw dengan desain toko bunga, Prasetio Budi dengan kamar tidur anyaman, Roland Adam dengan kafe tondano, Reza Wahyudi dengan business lounge bernuansa bugis, Yuni Jie dengan ruang resepsionis kawung.

Sammy Hendramianto dengan butik songket, Eko Priharseno dengan toko suvenir, Vivianne Faye dengan kamar mandi bermotif parang, Anita Boentarman dengan kamar tidur sokoguru, Agam Riadi dengan restoran serumpun bambu, dan Ary Juwono dengan lobby lounge jumputan.

Motif Parang

Untuk desain kamar mandi, Vivianne Faye menempatkan motif parang di dinding kiri dan kanan. Penempatan motif ini dikombinasi dengan marmer, dengan pembedaan warna yang kuat untuk laki-laki, dan warna lembut untuk perempuan.

“Desain kamar mandi menjadi menantang karena ukurannya yang kecil, tapi bisa dibuat sedemikian rupa supaya lebih menarik, dalam hal ini saya membuat marmer yang bercerita,” ujarnya.

Desain kamar mandi yang dibuat Vivianne memang menarik dan memanjakan mata. Penggunaan warna hitam dan putih serta desain yang tidak segi empat, tapi segi enam dengan sudut-sudut tertentu membuatnya unik. Desainer yang sudah berkecimpung di dunia desain sejak 1993 itu juga memberi detail mozaik parang buat dinikmati siapa pun pengunjung yang datang ke ruangan desainnya.

“Saya pilih segi enam karena begitulah tren grafis sekarang ini,” ujarnya beralasan.

Desain interior Kafe Tondano yang terinspirasi dari danau di Sulawesi Utara dengan nuansa teduh pinus karya Roland Adam pada Pameran The Colours of Indonesia 2016: Hotel No 12. (CNN Indonesia/ Rahman Indra)

Ini kali kedua buat Vivianne ikut dalam pameran yang diusung ID12. Dua tahun lalu, pada pameran yang pertama ia mendesain untuk residensi, sementara tahun ini katanya lebih menantang karena untuk hotel.

“Mendesain ruang untuk hotel lebih kompleks, karena tidak hanya memenuhi selera saya dan klien saja, tapi juga buat publik sebagai penikmatnya,” ujarnya.

Teknik Anyaman


Berbeda dengan desainer lainnya, Prasetio Budi mencoba menyuguhkan teknik anyaman untuk desain kamar tidur, dengan memanfaatkan berbagai material seperti kayu, metal dan tali. Sekilas teknik anyaman ini tampak kentara di bagian kepala ranjangnya yang cukup besar.

Prasetio mengatakan dirinya bekerjasama dengan desainer Rinaldy Ayunardi dalam membuat kepala ranjang dari besi serta anyaman tersebut.

“Saya ingin menampilkan sesuatu yang beda, dan unik,” ujarnya.

Kamar tidur desain Prasetio juga mencolok berkat aksen wallpaper yang menempel di bagian kepala ranjang. Terbuat dari sutera, wallpaper tersebut sangat mirip lukisan dua pohon di musim semi yang teduh dan menenangkan.

Disampaikan Prasetio, dirinya pada pameran ID12 dua tahun lalu, mendesain kamar mandi. Kali ini, dengan desain kamar, ia merasa lebih tertantang karena berukuran lebih besar, dan dapat menggunakan banyak material di dalamnya.

Desain ruang

Mengelilingi area pameran TCOI: Hotel No 12 tidak akan cukup hanya satu kali. Ketika sampai di pintu keluar, rasanya ingin kembali lagi memulai lagi dari awal. Dari masuk ke bagian lobi yang dihias jumputan, atau butik yang menyuguhkan songket, atau toko souvenir yang mengusung pola Toraja yang diaplikasikan pada lantai dan tekstur dinding.

Hampir setiap desainer memberi perhatian pada detil, dari mulai lantai marmer, penempatan bunga, motif di dinding, penggunaan warna, serta nuansa yang dihadirkan.

Yang menarik dari pameran ini adalah menemukan sentuhan Indonesia di setiap desain ruangnya. Meski ada yang tampak kentara karena ditempatkan berukuran besar misalnya, ada juga yang menempatkannya tersembunyi seperti pola simetris sarung yang justru ditemukan pada lantai marmer tiga warna di desain business lounge karya Reza Wahyudi.

Dengan pengerjaan yang rapi dan detail yang pas, pameran TCOI: Hotel No 12 yang diusung ID12 dapat dikatakan sebagai pameran desain ruang terbaik dari 12 desainer interior Indonesia saat ini. Pameran berlangsung di Main Atrium Senayan City, Jakarta, dari 15 hingga 24 September 2016. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER