Jakarta, CNN Indonesia -- Dua film Reza Rahadian tahun ini masuk dalam jajaran 10 besar
box office Indonesia. Jumlah penonton
My Stupid Boss dan
Rudy Habibie menembus angka satu juta, yang sulit dilampaui film-film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Film itu pun masuk nominasi untuk dipilih mewakili Indonesia di ajang penghargaan perfilman bergengsi Hollywood, Academy Awards ke-89. Ajang yang lebih dikenal dengan nama Oscar itu akan dilangsungkan pada 26 Februari 2017 mendatang.
Tak seperti tahun lalu, kali ini Indonesia membentuk Komite Seleksi untuk mengirim perwakilannya. Reza termasuk di dalamnya, bersama 12 profesional perfilman lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi bintang
3 Srikandi itu justru meminta dua filmnya dikeluarkan dari daftar yang akan dipilih anggota komite. Menurutnya, filmnya tidak sesuai dengan kriteria karya visual yang layak berlaga untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik itu.
Permintaannya tentu tidak langsung diterima. Produser Zairin Zain yang juga anggota komite menjelaskan, "Kami enggak mengenal istilah
take out. Itu otomatis, orang yang terlibat di film, untuk menghindari konflik kepentingan, enggak berhak menilai filmnya. Tapi repot mencari yang tidak terlibat sama sekali.”
Reza pun tetap menilai, dengan kejujuran dan keadilan yang dijaga betul.
“Memang saya bilang cabut, tapi dewan seleksi pun punya hak. Saya jelaskan alasannya. Terlepas dari jumlah penonton, memang secara film itu bukan buat Oscar. Kembali ke tema yang kita sudah punya acuannya,” Reza memaparkan.
Rudy Habibie misalnya, lanjut penerima tiga kali penghargaan Aktor Terbaik Festival Film Indonesia itu, tidak merepresentasikan Oscar. "Saya rasa itu tidak cukup kuat, karena
Rudy Habibie itu personal, sosial kontennya terlalu dihiraukan.”
Pada akhirnya memang film Reza tidak terpilih. Komite Seleksi memutuskan memajukan film karya Angga Dwimas Sasongko,
Surat dari Praha untuk mewakili Indonesia di ajang Oscar tahun depan, bersaing dengan negara-negara lain.
 Reza menganggap Rudy Habibie kurat kuat isu sosialnya. (Dok. MD Pictures) |
Reza mengaku sama sekali tidak merasa kecewa maupun dilema.
"Saya cukup percaya diri, kalau memang layak jadi pertimbangan, dengan besar hati saya sampaikan. Tapi kalau melihat dari film-film yang saya jalani tahun ini, menurut saya memang belum merepresentasikan di ajang tersebut,” ujarnya lagi.
Syarat film yang ingin masuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik bukan sekadar berbahasa sesuai kampung halaman film itu dibuat. Dibandingkan peraih-peraih sebelumnya seperti dari Iran dan Polandia, konten film juga harus kuat akan isu sosial.
Surat dari Praha sendiri berlatar peristiwa 1965, meski berbumbu cinta.
"Isu tentang perang di perbatasan,
humanity, human rights. My Stupid Boss dan
Rudy Habibie jelas enggak sesuai koridornya. Otomatis saya berusaha seobjektif mungkin, minta seluruh dewan untuk film ini tidak diikutsertakan,” ujar Reza.
Ia meyakini, film pilihan
Surat dari Praha bisa melaju ke gerbang Oscar. Harapannya tak muluk-muluk, yang penting ada perwakilan Indonesia.
"Saya tak mau berharap jauh dulu. Terakhir
Alangkah Lucunya Negeri Ini masuk 65 besar, harapan saya konsisten di sana, syukur-syukur masuk nominasi. Saat konsisten, mereka akan lihat keikutsertaan secara aktif dan untuk diperhatikan sehingga lolos minimal 65 besar, amin sampai 5 besar,” tutur Reza lagi.
Suatu saat, tentu ia ingin ikut bermain dalam film yang bisa menjadi wakil Indonesia di ajang sekelas Oscar. Apalagi ia tertarik isu-isu kemanusiaan.
“Itu pesan penting untuk disebarkan ke seluruh dunia. Situasinya kita lihat saat ini, seperti anak kecil dalam perang, itu
all humanity line. Kalau boleh punya keinginan dan cita-cita, saya mau terlibat dalam film itu,” ujar aktor 29 tahun itu melanjutkan.
(rsa)