Jakarta, CNN Indonesia --
Academy Awards bukan hanya ajang penghargaan tertinggi bagi insan perfilman Hollywood. Ajang itu juga membuka kesempatan bagi film-film dari luar Amerika. Salah satu kesempatan yang terbuka lebar melalui kategori Film Berbahasa Asing.
Setiap tahun Malaysia, Singapura, Vietnam, dan negara-negara lain bahkan Palestina dan Israel mengirimkan satu perwakilan filmnya untuk berlaga di sana.
Tahun ini, Indonesia tak mau ketinggalan. Absen di pagelaran Oscar 2016, Indonesia mencoba bertaruh dalam Academy Awards ke-89 pada 26 Februari 2017 mendatang lewat film karya sutradara Angga Dwimas Sasongko,
Surat dari Praha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan itu disampaikan produser Arnold J Limasnax yang juga salah satu dari 13 anggota komite seleksi di Jakarta, Jumat (23/9).
"Ini hasil kontribusi semua, gotong royong dari semua industri film untuk mengantar seleksi ini ke ajang internasional. Dua hari lalu kami beri tahukan, akan mengirimkan
Surat Dari Praha,” katanya.
Film itu bukan tanpa penghargaan, meski jumlah penontonnya di Indonesia tidak membeludak seperti
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Film
Surat dari Praha telah mendapat Usmar Ismail Award. Film itu juga ditayangkan perdana di Jepang.
Tapi dibukakan pintu menuju Oscar, bagi Angga merupakan beban tersendiri, di samping bangga dan gembira. "Beban untuk terus konsisten memandang film bukan hanya sebagai komoditi, tapi juga nilai seni yang penting untuk peradaban.”
Meski begitu, sutradara
Cahaya dari Timur: Beta Maluku itu tetap berterima kasih kepada komite seleksi yang percaya filmnya bisa mewakili Indonesia di Oscar.
"Penghargaan ini datang berkat buah kerja keras dan kepercayaan seluruh elemen yang terlibat,” katanya. Penggarap Filosofi itu melanjutkan, "Satu hal penting yang saya pelajari dari mereka selama perjalanan ini, ialah kejujuran dalam berkarya."
Pilihan ‘komite 13’Melajunya
Surat dari Praha, film tentang secuil kisah cinta yang menjadi sisi lain peristiwa 1965 itu ke Oscar, adalah berkat pilihan Komite Seleksi Film Berbahasa Asing Terbaik Oscar 2017. Komite itu beranggotakan 13 profesional perfilman.
Mereka adalah Reza Rahadian (aktor), Benni Setiawan (Penulis skenario/ sutradara), Arnold J Limansnax (produser), HM Firman Bintang (produser), Musfar Yasin (penulis skenario), Manoj Punjabi (produser), Roy Lolang (Director of Photography), Sheila Timothy (produser), Thoersi Ageswara (Music Director/Scorer), Yudi Datau (Director of Photography) dan Zairin Zain (produser).
Sheila menjelaskan, ia dan rekan-rekan satu komite berusaha dengan adil memilih film yang sesuai untuk mewakili Indonesia di ajang Oscar 2017 mendatang.
"Kami pertama lihat
history kategori itu di Oscar, menemukan isu kemanusiaan yang paling disukai, bukan hanya sisi lokal tapi juga sisi internasionalnya,” katanya.
Film juga harus tayang minimal tujuh hari berturut-turut di kampung halamannya.
“Film yang diikutsertakan cukup bagus nominasinya. Lalu kenapa pilih ini karena ada hal-hal yang memenuhi persyaratan Oscar yang disebutkan Lala [Sheila], ini juga mewakili Indonesia secara kecil, dan cukup tepat mewakili ke ajang Oscar."
Keikutsertaan Indonesia di Oscar dimulai karena Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) sejak 1987 telah diajak bekerjasama oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), penyelenggara Oscar.
Indonesia pernah mengirimkan
Cau Bau Kan, Alangkah Lucunya Negeri Ini, Nagabonar, sampai terakhir pada 2015,
Soekarno: Indonesia Merdeka.Setiap tahun, AMPAS mengundang negara-negara di luar Amerika untuk mewakilkan film terbaik mereka dalam kompetisi sesuai aturan yang ditentukan. Satu negara hanya boleh mengirimkan satu film, lewat kesepakatan resmi.
 Poster Surat dari Praha. (Dok. Visinema Pictures) |
Artinya, siapa pun film yang terpilih akan mewakili kepentingan satu Indonesia. PPFI kemudian membentuk Komite Seleksi yang melibatkan profesional perfilman Indonesia agar menghasilkan penilaian yang obyektif, adil, dan berwibawa.
Dilepas pemerintahMeski mengatasnamakan Indonesia, sayangnya pemerintah belum sepenuhnya terlibat dalam mendorong majunya film ke Oscar. Padahal untuk mendapat lirikan para komite Academy Awards yang tergabung dalam AMPAS tentu tidak mudah.
Salah satu kendalanya adalah biaya yang tidak sedikit.
Diakui Zairin, saat film
Alangkah Lucunya Negeri Ini lolos ke 65 besar Film Berbahasa Asing Terbaik, ia gagap tak tahu ke mana harus mencari dukungan dana. Saat itu ia membutuhkan biaya promosi US$ 40 ribu atau sekitar Rp520 juta.
"Promosi sangat penting di Amerika, itu yang menjadi fokus. Oleh karenanya, asosiasi berencana membentuk Board of Indonesian Selection Commitee. Nanti diobrolkan dengan pemerintah juga," katanya. Kendala yang sama juga dialami Nia Dinata saat filmnya
Cau Bau Kan, masuk nominasi kategori yang sama.
Tahun ini, yayasan komite yang disebut Zairin sepertinya harus bekerja keras terlebih dahulu. Sebab biaya masih harus didapatkan secara independen.
Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif mengatakan, tahun ini pemerintah belum bisa membantu. Tapi ia berjanji itu akan dimulai tahun depan.
“Ke depannya akan ikut andil, tapi bukan berarti mencampuri dalam hal tema. Sekarang belum, karena kami baru tahu. Kali ini belum dianggarkan, tapi nanti saya carikan. Tidak menjanjikan. Kalau tidak tercapai saya usahakan minimal ada suaranya," ujar ayah penyanyi Sherina Munaf itu menjabarkan keseriusannya.
"Kami harap ke depannya keikutsertaan pemerintah lebih struktural dan jadi proyek nasional yang sudah direncanakan lebih awal,” katanya lagi, menambahkan.
(rsa)