Jakarta, CNN Indonesia -- Usia yang tak lagi muda nyatanya tak mengendurkan kualitas dan kapasitas bermusik seorang Steven Patrick Morrissey. Semangat muda Morrissey yang terus membara dalam bermusik dibuktikan kepada pencintanya di Jakarta lewat konser Morrissey Live in Jakarta.
Konser yang digelar di Senayan Golf Driving Range, Jakarta, Rabu (12/10) menjadi kali kedua penampilan Morrissey di Jakarta setelah 2012 silam.
Dua jam sebelum konser dimulai, penggemar Morrissey sudah mengantre di pintu masuk area konser. Mereka tak lagi peduli dengan lokasi konser yang sedikit becek karena guyuran hujan di sore hari. Mereka berlomba-lomba mendapatkan posisi terbaik untuk melihat sang idola beraksi.
Tepat pukul 20:05 WIB Morrissey naik ke atas panggung. Morrissey masih menggunakan gaya busana andalan dan khasnya, kemeja dengan kancing terbuka sampai ke dada.
"Why do you come here?And why do you hang around?I'm so sorryI'm so sorry”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suara khas Morrissey dan musik dengan genre jangle pop dari lagu
Suedehead mulai mengalun. Lewat alunan musiknya, Morrissey mengajak penggemarnya bernostalgia dengan single yang dirilis pada Februari 1988 ini.
Suedehead hanyalah lagu pemanasan. Morrissey makin ‘membakar’ malam dengan deretan lagu-lagu populernya seperti
Alma Matters, Everyday Is Like Sunday dan
Kiss Me A Lot.
 Konser Morrissey Live in Jakarta. (Foto/Dok. kiosPLAY) |
Di pertengahan konsernya, Morrissey membawakan lagu dari tahun 2000-an. Beberapa di antaranya adalah
Let Me Kiss You, World Peace Is None Of Your Bussiness dan
Throwing My Arms Around Paris.Aksi Morrissey di atas panggung membuat penonton larut dalam lagu-lagu yang dibawakannya. Mulai dari lagu yang peduli akan kekerasan sepeti
First Of The Gang To Die dan
The Bullfighter Dies sampai lagu cinta seperti
You're The One For Me. Pengunjung bernyanyi pun seakan tak kenal lelah.
Mereka bernyanyi dan menari tanpa henti hampir di setiap lagu yang dibawakan Morrissey.
Aksi panggungSemakin malam, Morrissey pun beraksi semakin seru. Dengan tiba-tiba, Morrissey membuka kemeja dan melemparkannya ke penonton. Tak ayal, penonton pun saling berebut mendapatkan kemeja Morrissey.
Bukan hanya lewat lagunya, Morrissey selalu bisa menghibur penonton. Ia juga berusaha untuk mencairkan suasana dengan berinteraksi dengan penonton. Morrissey sering melempar canda saat berinteraksi.
"Saya tidak tahu apa arti dari yang kalian katakan. Tapi terdengar sangat bersemangat," kata Morrissey. Ia juga selalu membalas dengan canda pengunjung yang berteriak
'I love you'.
Meski tampil dengan semangat, tapi usia tak bisa bohong. Sesekali Morrissey terlihat menghirup oksigen kaleng yang dibawanya ke panggung. Di sisi lain, oksigen kaleng ini menjadi bukti totalitasnya menyenangkan penggemar, di saat dia merasa lelah sekalipun.
Lewat konser ini Morrissey membuktikan kualitas dan eksistensinya dalam bermusik. Di usia yang sudah tidak muda lagi ia tetap bisa berkarya dan dikenal oleh pecinta musik dari berbagai generasi.
Sayangnya konser ini tidak berakhir seperti yang diharapkan oleh pengunjung. Setelah membawakan lagu
Meat Is Murder ia tak kembali ke panggung untuk
encore. Teriakan 'we want more' dari pengunjung tak digubris oleh Morrissey.
Berdasarkan pantauan
CNNIndonesia.com, pengunjung menunggu kurang lebih selama 15 menit dengan wajah penuh kebingungan. Mereka tak menyangka Morrissey tidak kembali lagi ke panggung.
Beberapa penonton mengaku konser Morrissey Live in Jakarta yang berlangsung selama 1,5 jam ini anti klimaks. Namun tak sedikit pula yang beranggapan kalau kejadian di akhir konser itu karena ia seorang Morrissey, sang legenda musik Inggris.
(chs/chs)