Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
Kedatangan Morrissey untuk kali ke-dua di Jakarta menciptakan nostalgia. Para penggemar The Smiths, band yang menjadi pijakan awal Morrissey, berkumpul—menyanyi dan menari—di Senayan Golf Driving Range, Jakarta, Rabu (12/10).“Morrissey itu awal terkenalnya dari The Smiths. Sangat wajar kalau di konser ini banyak penggemar The Smiths dari pada Morrissey,” kata seorang penggemar.Tapi Morrissey seorang saja sudah bisa membuat mereka bersuka cita. Para penggemar yang sudah menantinya sejak berjam-jam sebelum konser dimulai pun, tak henti menyambut sang musisi asal Inggris dengan histeria dan euforia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Morrissey sendiri seperti tak ingin membuat mereka kecewa. Sang pemilik nama asli Steven Patrick Morrissey itu menghibur dengan lincah dan semangat.Tapi di akhir lagu Throwing My Arms Around Paris ia sempat mengambil napas sejenak. “Oksigen, oksigen,” kata musisi 57 tahun itu. Ia lalu berbalik ke arah drum set, mengambil kaleng oksigen dan menghirupnya layaknya seorang yang kehausan. Terhitung dua kali ia ‘berlindung’ ke kaleng oksigen itu.
Permintaan Morrissey akan oksigen sempat membuat penonton tertawa. Tapi itu bukan lelucon. Morrissey memang sedang tidak sehat. Dua tahun lalu ia membatalkan serangkaian jadwal konser di Amerika dengan alasan kesehatan.Ia seorang pejuang kanker. Beberapa kali Morrissey dirawat di rumah sakit. “Tubuh saya terkena kanker empat kali,” katanya mengakui, dua tahun lalu.Sebelumnya, beberapa penyakit juga pernah ia rasakan. Pendarahan ulkus, pneumonia, sampai infeksi pernapasan. Ia juga pernah dilarikan ke rumah sakit karena mengalami infeksi kantung kemih. Itu pun sampai membatalkan konsernya.Tapi berhenti bermusik tak pernah terlintas di benak Morrissey. Di usia yang tak lagi muda, ia tetap punya semangat bermusik, menghibur para penggemar. Hanya maut yang bisa memisahkan sang musisi dengan jiwa bermusiknya.“Jika saya harus meninggal, maka saya akan meninggal. Saya baru akan beristirahat ketika saya meninggal nanti,” demikian ia pernah berkata.Diberi usia sampai 57 tahun saja ia sudah bersyukur. Banyak musisi yang meninggal di usia muda, katanya. Maka ketika ia masih bisa bermusik sampai melebihi usia kepala lima, dirinya takkan menyia-nyiakan kesempatan itu.Kalau mau berleha-leha, Morrissey bisa saja. Ia bermusik sejak 1980-an. Dunia sudah cukup mendengar suaranya. Cukup terhibur dengan lagu-lagunya. Penghargaan sudah cukup ia dapat. Dolar pun telah banyak ia kantongi.Tapi ia masih semangat. Menyanyikan belasan lagu dari satu negara ke negara lain. Berjingkrak bersama penonton. Di konser semalam, ia bahkan masih bersedia menyapa penonton, melontarkan guyonan dan pujian untuk Indonesia.Morrissey juga melemparkan kemeja yang dikenakannya ke arah penonton. Keberanian yang biasanya hanya mau dilakukan musisi-musisi muda.Mengingat antusiasme di usia yang sudah senja itu, maka maklumi saja jika Morrissey meminta aneh-aneh untuk konsernya. Tak boleh ada daging, tak boleh merokok, hanya permintaan biasa dari seorang musisi tua yang patut dihormati.Morrissey punya prinsip, itu buktinya. Sama seperti prinsipnya untuk terus bermusik. Sama seperti prinsipnya untuk tetap keliling ke banyak negara.Ketika di konser tadi malam mendadak ia menghilang di balik panggung, tanpa perpisahan yang layak, pun maklumi saja. Morrissey berhenti dan menghilang setelah menyanyikan Meat is Murder dan mengucapkan, “Thank you Indonesia.”Morrissey mungkin bukan tak menyadari penonton akan menunggunya dengan wajah kebingungan. Ia juga mungkin bukan tak mendengar teriakan “we want more.”Tapi mungkin Morrissey hanya lelah. Ia butuh oksigen lebih, minum lebih, atau istirahat lebih. Satu setengah jam dirasanya cukup menghibur penonton Indonesia, yang sudah rela merogoh kocek hingga Rp1,5 juta untuk menontonnya.Penonton jangan hanya melihat aksi panggung Morrissey, yang tanpa encore. Setidaknya ia sudah menyapa Indonesia. Dan ia sebenarnya tak sekadar menyapa.Morrissey juga menyampaikan pesan. Konsernya semalam dipenuhi pesan soal menyayangi hewan. Ada selingan video-video yang mengajak lebih peduli hewan, jadilah vegetarian. Ia pun memilih Meat is Murder sebagai lagu terakhir.Ketika mungkin merasa pesannya sudah cukup disampaikan, Morrissey pun pulang.Tapi sekali lagi, maklumi saja. Karena Morrissey juga manusia. (rsa)