Jakarta, CNN Indonesia -- Persoalan mendesak dalam pertumbuhan seni pertunjukan tak bisa dipungkiri bergantung pada generasi muda.
Ungkapan itu disampaikan Hestu Wreda, Dosen Teater Institut Kesenian Jakarta, saat dihubungi
CNNIndonesia.com.
Ia melihat selama dua tahun terakhir, sebetulnya seni pertunjukan tidak bisa dikatakan menurun, tapi tidak juga lebih meriah. Kondisinya, kata dia, lebih pada stagnan atau jalan di tempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sayangnya, generasi muda yang menjadi penerus berikutnya juga kurang tertarik menekuni bidang seni budaya, sehingga sumber dayanya tak berkembang,” ungkapnya.
Hestu menilai masih rendahnya regenerasi juga disebabkan oleh pendidikan seni yang belum merata.
"Mungkin yang di daerah tidak ada wadah pendidikannya, yang membuat mereka punya regenerasi, sehingga yang aktif hanya seniman tua saja," ungkapnya.
Ungkapan ini disampaikan Hestu atas temuannya saat berkunjung ke Kalimantan beberapa waktu lalu. Di sana, Hestu mendapati para pelaku seni rata-rata sudah berusia lanjut. Hampir tak ada anak mudanya.
"Waktu saya telusuri, anak muda di sana kurang tertarik dengan pertunjukan seni tradisi, malah banyak yang lebih memilih pengaruh kesenian dari Barat,” kisahnya. Kondisi tersebut tentu saja menggelisahkan.
Oleh karenanya, Hestu menilai penting adanya pendidikan seni di daerah sehingga juga bertumbuh rasa berkesenian dari generasi mudanya.Pendidikan ini tidak hanya wajib di kampus seni tapi juga merata termasuk perguruan tinggi umum, dengan harapan dapat meningkatkan apresiasi seni di kalangan generasi di masa yang akan datang.
Wadah apresiasi
Bicara tentang potensi generasi muda daerah dan apresiasi seni, Bhakti Budaya Djarum Foundation beberapa waktu lalu merasakan kegelisahan yang sama dan mengusung program khusus yang diberi tajuk Ruang Kreatif.
Program ini mengundang 25 anak muda pegiat seni daerah, lalu memilih sepuluh terbaik untuk tampil memperagakan karya seni kreatifnya.
Ditemui beberapa waktu yang lalu, Renitasari Adrian, Program Director Bhakti Budaya Djarum Foundation, mengatakan program yang dibuat beranjak dari kegelisahannya akan potensi pegiat seni daerah dan sedikitnya masyarakat yang mengapresiasi seni.
“Jika seniman mudanya konsisten berkarya, seni pertunjukan akan bertumbuh,” ujarnya.
Di Ruang Kreatif, para seniman muda dilatih oleh sejumlah pengajar berpengalaman di bidang seni pertunjukan, antara lain Garin Nugroho, Yudi Ahmad Tajudin, Ratna Rintiarno, dan Eko Supriyanto. Mereka juga mendapat konsultasi langsung untuk mewujudkan sebuah karya pementasan.
Sepuluh pemenang workshop seni pertunjukan di Ruang Kreatif tersbeut telah diumumkan beberapa waktu lalu.
Mereka yakni Semarang Magic Community (Jawa Tengah), Logika Rasa (Jakarta Selatan), Kitapoleng (Bali), Solo Dance Studio (Karanganyar), Komunitas Seni Dewari Swari & Sekar (Seniman Karangasem), Otniel Dance COmmunity (Surakarta), Kawung Art Culture Wisdom (Yogyakarta), Regeneration (Jakarta Timur), Komunitas Gayo-Gayo (Yogyakarta) dan Mila Art Dance (Yogyakarta).
Usulan proyek pementasan para pemenang nantinya akan diproses dan dijadwalkan untuk tampil di auditorium Galeri Indonesia Kaya.
(rah/rsa)