Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir setiap sutradara atau produser mengakui bahwa faktanya, dana memegang peran penting dalam mewujudkan sebuah seni pertunjukan.
Maudy Koesnaedi misalnya pernah mengaku rela berkejaran dengan waktu demi mendapatkan sponsor untuk pertunjukan teater Abang None Jakarta. Sutradara teater Faiza Mardzoeki mengakui bahwa bagaimanapun ada dana yang harus dikeluarkan untuk sewa gedung, honorarium pekerja, perlengkapan dan lainnya.
Ali Sukri, koreografer tari yang baru saja mementaskan pertunjukan tari silatnya di beberapa kota di Indonesia, mengungkapkan hal serupa. Bahkan, ia sempat menuturkan dana yang pas-pasan membuatnya harus memberi talangan supaya pertunjukan tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman yang sama dialami Tiara Josodirdjo, produser yang sedang menyiapkan pementasan Musikal Khatulistiwa pada November mendatang.
“Musikal Khatulistiwa bukan proyek komersil, sehingga susah dapat dananya, beda sekali kalau yang disodorkan konser Beyonce misalnya, pasti pada rebutan,” ujar
Tiara saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.
Produser yang sebelumnya pernah menggawangi pementasan Bawang Merah Bawang Putih itu mengaku butuh waktu cukup lama untuk mewujudkan gagasan akan
pentas bermuatan sejarah dan pahlawan nasional itu.
“Sembilan tahun dari awal gagasan, dan setiap kali saya sodorkan ke orang, dipuji tapi tidak didukung sepenuhnya, hanya sebatas pujian saja,” ujarnya.
Tahun ini, Tiara mengaku semesta sepertinya mendukung naskah musikal kolosal yang ia ingin wujudkan. Ia mendapat bantuan dana dari sejumlah perusahaan swasta.
Mendapatkan sponsorPersoalan mendapatkan dana untuk mewujudkan sebuah pementasan juga dialami Jala Adolphus, produser yang menaungi film Setan Jawa milik Garin Nugroho,
dan Keni Soeriaatmadja, dari Bengkel Tari Ayu Bulan.
Demi menjaring sponsor, Jala mengaku menghabiskan banyak waktu untuk melakukan riset dan pemetaan. Menurutnya, setiap proyek membutuhkan pemetaannya sendiri yang berbeda-beda jika dihadapkan pada proyek lain.
"Pemetaan proyek menjadi penting untuk mengetahui di mana posisinya, apakah tingkat lokal, regional atau internasional, setiap proposalnya akan berbeda juga," ujarnya memberi bocoran.
Upayanya dalam mewujudkan pementasan tak hanya mengandalkan pendonor, tapi juga jejaring sosial. Ia menilai ada banyak jejaring yang dapat mendukung terwujudnya satu pertunjukan, dari mulai jejaring sosial, komunitas, ekonomi hingga industri.
"Jika sudah dapat satu sponsor, yang lain akan terbuka, dan jalannya mungkin lebih mudah," ujarnya menambahkan.
Dalam memproduseri Setan Jawa, Jala berhasil menjalin kerja sama dengan Art Centre Melbourne dan Melbourne Symphony Orchestra. Sebagai awalan, film ini sempat ditayangkan di Jakarta beberapa waktu lalu, dan dijadwakan pentas di Melbourne awal tahun depan.
Senada dengan Jala, Keni mengaku upaya mendapatkan dana untuk mewujudkan satu pementasan gampang-gampang susah. Asalkan tahu dari mana sumbernya.
Sebagai Program Director untuk bengkel tari Seni Ayu Bulan yang merupakan grup konservatori legong, Keni menuturkan ada beberapa sumbe pendanaan yang
dapat dijadikan sandaran.
Di antaranya alokasi dana dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, atau lewat Badan Ekoomi Kreatif (Bekraf).
Sebagai catatan, untuk RAPBN 2016, Bekraf mengalokasikan anggaran untuk program pengembangan ekonomi kreatif sebesar Rp 910 miliar. Alokasi tersebut dikabarkan dipangkas pemerintah untuk tahun depan menadi Rp 772 miliar, dan masih dalam tahap pembahasan bersama DPR.
Selain berharap pada pemerintah, Keni juga berupaya mengajukan propsal kerjasama dengan perusahaan swasta. Seperti juga Jala, ia memetakan proposal bujet berdasarkan target audiens apakah akan dipentaskan di tingkat lokal, regional dan atau internasional.
"Sekarang sebenarnya ada banyak sumber pendanaan, hanya saja bagaimana menyiasatinya, dan mau bersusah payah," ujarnya.
Keni lalu membeberkan beberapa triknya dalam mendapatkan dana untuk pertunjukan. Di antaranya, merancang anggaran dengan bijaksana, sebisa mungkin dengan RAB sebesar Rp 0.
Di samping itu, seorang produser juga mesti melihat modal lain seperti jejaring sosial, potensi audiens, melibatkan masyarakat, imej selebriti dan visual branding yang mesti tepat.
Pencarian akan dana, kata dia, semestinya tidak mengalahkan semangat dalam mewujudkan keinginan untuk sebuah seni pertunjukan.
(rah/rsa)