Jakarta, CNN Indonesia -- Di kalangan musisi independen, Efek Rumah Kaca (ERK) termasuk band yang sangat punya nama. Kiprahnya bukan hanya di Indonesia, tapi juga sudah keliling beberapa negara. ERK menjadi salah satu band yang membuktikan bahwa musisi indie Indonesia pun bisa dibanggakan.
[Gambas:Video CNN]Tapi memilih bermusik di jalur indie ternyata bukan pilihan ERK sejak awal. Cholil Mahmud, sang vokalis, mengungkap bahwa band-nya juga pernah mengalami ditolak label mainstream.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cholil bercerita, ketika ERK membuat album pertama, seluruh personelnya tidak memiliki jaringan dengan orang-orang penggerak musik indie. Karenanya, mereka mencoba mengirimkan demo musik yang dibuat kepada label-label mainstream yang sudah ada dan terkenal.
Tapi upaya itu selalu berujung penolakan.
"Walaupun sudah ada label-label indie, kami masih mengirim [demo musik] ke major label. Mereka jangkauannya lebih luas, biaya produksi untuk rekaman saat itu juga besar. Ya sudah kami masih mengikuti jalur konvensional. Dan ternyata ditolak," ujar Cholil bercerita.
Saat itu, Cholil mengaku ingin mengikuti jejak beberapa band indie yang sukses setelah bergabung dengan label mainstream, seperti Naif, NTRL, PAS Band, dan lain sebagainya.
Cholil menyebut, beberapa label yang pernah dikiriminya demo termasuk Sony Music Indonesia, Warner Music Indonesia, Arka Music Indonesia (sebelumnya EMI Music Indonesia), Musica Studios, Aquarius Musikindo, dan masih banyak lagi. Tapi nasib baik belum bicara.
“Entah karena musiknya enggak cocok, enggak enak, cover album jelek, enggak lolos screening satpam, atau macam-macam faktor lainnya, akhirnya enggak ada respons,” katanya.
ERK akhirnya berkarier di bidang indie, dan besar. Ia masyhur di kalangan pencinta musik Indonesia berkat lagu-lagunya yang dianggap dekat memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan. Karya-karya yang terkenal termasuk
Jatuh Cinta Itu Biasa Saja, Cinta Melulu, Di Udara, Desember, Pasar Bisa Diciptakan, dan sebagainya.
Sejauh ini, sejak dibentuk pada 2001 band yang sekarang terdiri dari Cholil, Adrian Yunan Faisal, Airil "Poppie" Nur Abadiansyah, dan Akbar Bagus Sudibyo ini telah menelurkan tiga album, yakni
Efek Rumah Kaca (2007),
Kamar Gelap (2008), dan
Sinestesia (2015). Mereka juga tengah menyiapkan album baru, meski belum diketahui kapan itu akan dirilis.
Selain mulanya tidak berniat mencoba jalur indie, band yang terinspirasi The Smashing Pumpkins, R.E.M. dan The Smiths itu juga dulunya bukan bernama ERK. Awal terbentuk berlima, ERK bernama Hush. Pernah juga berganti nama menjadi Superego. Baru pada 2007, tahun yang sama saat menelurkan album pertama, band itu memutuskan bernama pasti ERK.
Album pertama mereka terjual lebih dari 5.000 kopi. Sejak itu, musik yang kadang gamblang, kadang menyindir tapi dengan irama swing, jazz, dan rock itu jadi disukai banyak orang.
Saksikan penampilan ERK di Music at Newsroom, streaming dari CNNIndonesia.com pada Rabu (16/11) mendatang, pukul 14.00-15.00 WIB.
(rsa)