Jakarta, CNN Indonesia -- Meski kehidupannya tampak begitu menyenangkan dan terkadang begitu diagungkan, sejumlah selebriti ternyata mengatakan dirinya kerap mengalami gangguan kecemasan.
Seperti penyanyi Zayn Malik yang mengaku memiliki gejala tersebut setelah menerima popularitas yang didapat secara tiba-tiba saat bergabung dengan boyband One Direction. Pasca memilih solo karier dirinya pun merasa kecemasan itu kerap menghantuinya. Hingga ia pun pernah membatalkan penampilannya karena itu.
Penyanyi Lady Gaga pun pernah mengalami hal serupa. Itu diungkapkannya tak lama menjelang perilisan albumnya 'Joanne'. Karena kecemasan itu dirinya bahkan sempat ingin mundur dari dunia musik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, mengutip
NME, pentolan grup band Panic! At The Disco, Brendon Urie bercerita soal pertempuran dirinya melawan gangguan kecemasan. Begitu menyakitkannya, Urie bahkan mengatakan sampai tak dapat menjelaskan bagaimana ia merasakannya.
Pelantun
Death Of A Bachelor itu mengungkapkan bahwa dirinya kerap merasa gugup ketika hendak berhadapan dengan orang di depan publik.
"Jika saya melihat seseorang yang saya kagumi, saya akan senang untuk berinteraksi dengannya," katanya kepada Kerrang. Tapi kemudian dia mengatakan, "Meski begitu saya tidak pernah melakukannya, karena saya orang yang sangat cemas."
Urie kemudian mencoba memaparkan seperti apa kecemasan yang kerap dirinya alami. Dia coba menggambarkan situasi kala ia berada di sebuah elevator yang penuh dengan orang.
"Saya seperti, 'saya harus segera keluar dari sini!'. Saya tidak pernah bisa memberitahu bagaimana rasanya seperti, tapi itu begitu menyakitkan dan saya tak bisa menjelaskannya," ujar Urie.
Tapi diakui meski merasa cemas di tengah kerumunan orang, itu hanya dirasakannya saat berada dalam ruangan tertutup.
"Saya bisa pergi ke sebuah festival di ruangan terbuka tapi begitu berada di ruangan yang penuh sesak dengan sekelompok orang...ya tuhan," ungkapnya.
Urie kemudian memastikan bahwa ruangan tertutup itulah yang membuatnya kerap semakin merasa gangguan itu 'menghantuinya'. Dia bahkan tak sanggup berada di supermarket lebih dari 15 menit, karena dirinya kerap merasa tersesat di sana.
"Mungkin di sana tidak terlalu banyak [orang] tapi saya tetap merasakan itu. Seperti merasa menjadi anak tersesat di dalam sana dan saya pikir itu adalah sebuah trauma, dan saya tak suka pergi ke supermarket terlalu lama," pungkasnya.