Menikmati Ragam Film Dokumenter di 'ScreenDocs Expanded'

CNN Indonesia
Jumat, 25 Nov 2016 00:56 WIB
Untuk kali pertamanya sejak 14 tahun digelar, In-docs memperluas program ScreenDocs dengan tak lagi hanya pemutaran film, tapi juga workshop.
'That Sugar Film' menjadi satu dari 20 film dokumenter yang diputar dalam ScreenDocs Expanded 2016. (Foto: Dok.ScreenDosExpanded)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang Hari Hak Asasi Manusia yang jatuh setiap 10 Desember, In-docs, yayasan non-profit pengembangan film dokumenter menggelar kegiatan ScreenDocs Expanded. Kegiatan itu berupa pemutaran film dokumenter yang akan dilaksanakan pada 1-4 Desember 2016 di Eramus Huis dan Institut Francais d'Indonesie (IFI) Jakarta.

Bertemakan 'Human Rights', Screendocs Expanded akan menghadirkan lebih dari 20 judul film dokumenter karya sutradara dalam negeri dan internasional yang mengangkat topik-topik sosial di sekitar lingkungan, termasuk kesehatan, kesetaraan gender, reklamasi teluk, gaya hidup hingga sisi agama.

Amelia Hapsari selaku Program Director In-Docs yang ditemui di Jakarta, Kamis (24/11) mengungkapkan bahwa acara itu pertama kali dilakukan In-Docs setelah 14 tahun berdiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini pertama kalinya In-Docs menghadirkan ScreenDocs Expanded yang juga bertujuan untuk memberikan kemudahan akses bagi penikmat film dokumenter untuk menyaksikan hasil karya film dokumenter unggulan dari dalam dan luar negeri," kata Amelia.

Amelia turut menyampaikan bahwa pada kegiatan ScreenDocs Expanded itu, tak hanya berupa kegiatan pemutaran film tetapi juga turut menghadirkan kegiatan lainnya sebagai bentuk kontribusi terhadap perkembangan rangkaian film dokumenter.

"Salah satu upaya ScreenDocs Expanded untuk mengembangkan karya dokumenter adalah dengan menghadirkan sebuah kegiatan bertajuk Impact Workshop," ujar Amelia.

Dijelaskannya, Impact Workshop adalah bagian program Good Pitch Southeast Asia, yang akan diselenggarakan pertama kalinya di Asia Tenggara pada Mei 2017.

Ajang itu merupakan platform yang menghubungkan film-film dokumenter terpilih dengan partner-partner strategis dari segala penjuru spektrum masyarakat yang akan membuka sumber pendanaan baru memperluas jangkauan dan dampak sosial dari film-film dokumenter.

Sebagai sesi pertama dan lokakarya Impact Workshop itu, disebutkan berupa kuliah terbuka yang berjudul The Art of Impact and the Impact of Art. Sebuah kuliah terbuka tentang bagaimana merancang strategi agar film dokumenter membawa dampak nyata di masyarakat.

Selain dari sesi kuliah yang terbuka untuk umum ini, Impact Workshop menggelar lokakarya tertutup yang mendiskusikan dan merancang strategi masing-masing proyek film peserta.

"Lima peserta Impact Workshop adalah lima proyek dokumenter dari Asia Tenggara yang memiliki tujuan perubahan sosial, di mana dua di antaranya adalah dari Indonesia," ungkap Amelia.

Menurutnya, film-film terpilih mengangkat tema pendidikan, buruh migran, disabilitas, dan hak asasi manusia.

Menikmati Ragam Film Dokumenter di 'ScreenDocs Expanded' Borneo Case, salah satu film dokumenter yang turut diputar di ScreenDocs Expanded tahun ini. (Foto: Dok.ScreenDosExpanded)
Selain Impact Workshop, ScreenDocs Expanded turut mengundang sineas terkemuka dari Belanda John Appel, untuk menyampaikan kuliah terbuka Creating Documentaries for Cinema and Television Award dan mempresentasikan filmnya The Player yang meraih Audience Award di International Documentary Film Festival Amsterdam.

Dengan membawa beragam film-film dokumenter, In-Docs berharap ScreenDocs Expanded dapat memberikan kontribusi untuk membangun minat penonton Indonesia akan film dokumenter.

"Itu strategi yang sangat penting dalam membangun infrastruktur untuk film dokumenter di Indonesia," kata Amelia.

Dia pun menambahkan, "pertukaran antara pembuat film, ahli film dokumenter, dan penonton yang terjadi di Screendocs Expanded dapat memperkuat pemahaman dan pendidikan literasi bagi penonton Indonesia."

Lima film dokumenter rekomendasi dalam Screendocs Expanded:

That Sugar Film (2 Desember 2016 pukul 19.30 di Erasmus Huis dan 3 Desember 2016 pukul 16.00 di IFI Jakarta)

Diabetes merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, tetapi meskipun demikian, kesadaran akan pencegahan penyakit ini melalui pola makan dan pola hidup belum meluas di kalangan masyarakat.

Terinspirasi dari hal tersebut, film That Sugar Film ini merupakan eksperimen dari sang sutradara Damon Gameau dengan apa yang terjadi bila ia mengkonsumsi makanan-makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Australia. Hasil akhirnya adalah gangguan di livernya.

Menurut Amelia, salah satu hal yang menarik dari That Sugar Film adalah bagaimana film itu dirancang untuk memberi edukasi terhadap gula dan bahayanya terhadap kesehatan. Film itu juga didukung dan akan dipresentasikan oleh Malinda Wink, Direktur Eksekutif Good Pitch Australia yang juga terlibat langsung dalam mendesain strategi dari film tersebut.

Among the Believers (3 Desember 2016 pukul 14.00 di Erasmus Huis Jakarta)

Film yang disutradarai Hemal Trivedi dan Mohammed Ali Naqvi dari Pakistan, diungkapkan Amelia menjadi refleksi pada gerakan 4 November yang mengingatkan titik-titik rapuh dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu toleransi akan keragaman yang selalu punya resiko untuk dikoyak, terutama dengan isu agama.

Film Among the Believers itu menurutnya, mengajak masyarakat untuk melihat Pakistan, dengan mayoritas penduduk Muslim yang moderat dan kelompok-kelompok Muslim radikal yang rela menjadi martir demi kebenaran yang mereka yakini. Film itu membawa ke akar fundamentalisme agama, dan membuat masyarakat untuk menyadari kompleksitasnya, tidak cepat menuduh, dan mendorong untuk memikirkan solusi-solusi alternatif akan radikalisme, sambil terkecam oleh urgensi masalahnya.

Film itu disebutkan mendapat akses khusus mewawancarai Maulana Abdul Aziz Ghazi, pemimpin Red Mosque yang memiliki jaringan luas madrasah pengajar jihad dan pentingnya mengorbankan diri demi Allah dan terciptanya bumi Islam yang murni.

Tidak hanya itu, film itu membawa penontonnya untuk menelusuri sejarah hubungan Amerika dan radikalisme Pakistan, serta suara kaum moderat Pakistan dalam debat ideologi yang terus berlanjut dengan banyak korban, tanpa terlihat ada titik harapan akan berhenti.

Menikmati Ragam Film Dokumenter di 'ScreenDocs Expanded' Potongan adegan dalam film Nokas, salah satu film dokumenter di ScreenDocs Expanded. (Foto: Dok.ScreenDosExpanded)
Nokas (3 Desember 2016 pukul 20.00 dan 4 Desember pukul 16.30 di Erasmus Huis Jakarta)

Film yang disutradarai Alberto Maia dari Kupang itu berceritakan tentang Nokas, pemuda 27 tahun asal Nusa Tenggara Timur yang sangat ingin menikahi kekasihnya, Ci, perempuan cantik yang bekerja di peternakan ayam. Cintanya terhalang tradisi pernikahan yang kompleks dan mahal di Timor dan dirinya hanya bekerja sebagai petani muda.

Tradisi yang awalnya bertujuan untuk memuliakan perempuan, kadang terlihat seperti transaksi bisnis Tradisi yang membuat kisah cinta Nokas dan Ci di ujung tanduk.

Borneo Case (3 Desember 2016 pukul 17.00 di Erasmus Huis)

Film ini berkisah tentang kerusakan 90 persen hutan di Sarawak dan investigasi tentang ke mana larinya keuntungan illegal dari proyek-proyek “pemanfaatan” itu.

Film yang disutradarai Dylan Williams dan Erik Pauser mengajak penontonnya untuk melihat perjuangan seorang jurnalis investigatif independen dalam menguak kasus kriminal terhadap lingkungan hidup yang melibatkan Kepala Menteri Negara Bagian Serawak di Malaysia.

Film itu turut mengisahkan perjuangan masyarakat asli hutan Serawak, yang tergusur dan terpinggirkan oleh kerusakan hutan.

Notes On Blindness (4 Desember 2016 pukul 19.00 di Erasmus Huis)

Akan menjadi penutup dalam gelaran acara Screendocs Expanded, film yang disutradarai Pete Middleton dan James Spinney itu mengangkat kisah seseorang yang sejak kehilangan penglihatannya, ia membuat catatan suara tentang kebutaannya. Ia mencatat bagaimana penglihatannya sedikit demi sedikit menghilang, bagaimana hidupnya berubah, dan bagaimana hidupnya yang baru sebagai seseorang yang kehilangan penglihatan mulai diperbarui.

Film itu disampaikan hendak memberi gambaran tentang apa itu disabilitas dan bagaimana seseorang hidup didalamnya, tanpa bersikap pesimis atau mengasihani.

Film itu akan dilengkapi dengan Virtual Reality – yang bila dipasang dapat membuat penontonnya merasakan langsung saat penglihatan seseorang yang buta.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER