Menikmati Karya Ismail Marzuki Rasa Jazz Masa Kini

Resty Armenia | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Des 2016 12:45 WIB
Shadow Puppet dan Harvey Malaihollo menampilkan lagu-lagu klasik Indonesia dalam format jazz masa kini di acara Old Town Jazz Series di Kota Tua.
Shadow Puppet dan Harvey Malaihollo menampilkan lagu-lagu klasik Indonesia dalam format jazz masa kini di acara Old Town Jazz Series di Kota Tua. (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagaimana jika karya-karya lawas komposer terkenal yang digubah pada 1950-an hingga 1970 'dihidupkan' kembali dengan aransemen musik jazz modern?

Jawabannya ada di acara Old Town Jazz Series yang menghadirkan Shadow Puppet dan Harvey Malaihollo. Acara yang diselenggarakan oleh Konsorsium Kota Tua Jakarta di Gedung Van Vleuten & Cox, Kota Tua, pada Jumat (16/12) malam, ini bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat.

Dalam Old Town Jazz Series edisi perdana ini, suara-suara dari masa lampau kembali dihadirkan. Masyarakat diajak menikmati lagu-lagu klasik Indonesia yang dibawakan dalam format jazz masa kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shadow Puppets—yang digawangi Irsa Destiwi dan Robert Mulyarahardja—plus Harvey Malaihollo adalah kolaborasi antara kualitas vokal yang matang, dengan energi muda yang seakan tak pernah berhenti mencari kemungkinan baru dalam menafsirkan lagu-lagu klasik Indonesia.

Lewat aransemen mereka, sekitar dua ratusan penonton diajak menyimak karya Ismail Marzuki, Sam Saimun, Bing Slamet, Muchtar Embut, dan lain-lain yang dibawakan dalam nuansa musik jazz modern.

Harvey memulai penampilannya dengan lagu Nurlela karya Bing Slamet. Lagu dengan tempo dinamis itu terbukti mampu menghidupkan suasana. Penonton terlihat seakan-akan tidak percaya lagu selawas itu bisa diaransemen menjadi sangat indah, dan pada saat yang sama, mereka sangat menikmati.

Penampilan Harvey berlanjut dengan karya klasik Ismail Marzuki, Bujang dan Dara. Lagi-lagi penonton tersihir dengan kemampuan Shadow Puppets dan Harvey menjadikan lagu lawas ini sangat enak didengar dengan sentuhan musik jazz.

"Meskipun kedua lagu ini tua, bukan berarti tidak menarik," ujar Harvey di sela-sela penampilannya.

Deretan tembang berikutnya yang ditampilkan secara berturut-turut adalah Kasih Tak Terbalas karya Sam Saimun, Dara, Irama Hidup, Siapa Namanya, Dia, dan Ilhamku.

Biduk Kasihku karya Mochtar Embut dipilih sebagai tembang penutup. Menurut Harvey, lirik dan melodi lagu cinta ini sangat menyatu.

Hadir Tiap Dua Bulan

Chairman Old Town Jazz Series Eddy Sambuaga menargetkan acara ini digelar di kawasan Kota Tua setiap dua bulan sekali. Ia menuturkan, Konsorsium Kota Tua Jakarta bertujuan untuk lebih menghidupkan kawasan Kota Tua Jakarta, yang notabene merupakan salah satu ikon wisata Ibu Kota.

"Kami melihat di Kota Tua ini masih kurang aktivitas, jadi Old Town Jazz Series ini merupakan salah satu aktivitas yang bisa kami lakukan untuk lebih menghidupkan kawasan," ujarnya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com selepas acara.

Eddy mengungkapkan, tema-tema berbeda akan dihadirkan dalam setiap edisi Old Town Jazz Series. Untuk edisi perdana ini, acara ini memang mengambil tema tembang-tembang klasik karya sastrawan terkenal pada 1950 hingga 1970.

"Tema edisi depan nanti tunggu saja dua bulan lagi. Ada kejutan tentunya," kata Eddy.

Eddy memastikan bahwa edisi selanjutnya akan tetap digelar di kawasan Kota Tua, meski belum tentu di tempat atau gedung yang sama. Ia pun mengatakan, nantinya tidak menutup kemungkinan bagi pihaknya untuk menggelar acara-acara lain.

"Tidak harus musik, bisa juga olahraga. Misalnya, kami menyelenggarakan yoga setiap Sabtu pekan pertama tiap bulan. Selain itu, ada pameran-pameran seni, dan untuk musik, ya acara Old Town Jazz Series ini," ujarnya.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER