Jakarta, CNN Indonesia -- Lucky Seven, toko rekaman fisik unik yang terletak di Stoke Newington Church Street, London, Inggris, terpaksa akan ditutup karena terus naiknya harga sewa. Itu disampaikan pemilik toko, Jason Gore, yang mengaku kesulitan untuk bertahan dan berniat menjualnya.
Dengan warna merah, kuning, dan biru mendominasi tembok depan toko, Lucky Seven memang terlihat cukup mentereng di antara deretan restoran dan kedai kopi di jalan perbelanjaan trendi di Stoke Newington Church Street. Pengunjung pun biasanya betah berjam-jam 'berburu' vinil di toko unik ini. Namun, dengan berat hati, Gore harus menjual tokonya tahun ini.
"Biaya sewa naik tiga kali lipat dari 2009, dan jika ini naik lagi, maka satu-satunya cara adalah dengan menutupnya," ujar Gore, mengutip
Hackney Gazette. "Saya memberi waktu hingga Agustus (2016) dan kemudian saya berpikir untuk berhenti," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gore telah melihat lebih banyak toko yang tutup ketimbang buka dalam masa tujuh tahun ia berdagang di Stoke Newington Church Street.
Maraknya koleksi vinil juga dianggap Gore sebagai pedang bermata dua. Menurutnya, meskipun masih ada permintaan dari pembeli, akan tetapi ia tidak bisa menjual produknya semudah sebelumnya.
"Harga telah naik dua kali lipat dalam empat tahun terakhir karena adanya kenaikan peminat. Ini sedikit seperti pedang bermata dua bagi saya," katanya.
Beberapa orang telah menunjukkan ketertarikan untuk membeli tokonya dan ingin tetap menjadikannya sebagai toko rekaman. Namun, keinginan itu tak bertahan lama.
"Saya sangat berharap ini bertahan sebagai sebuah toko rekaman fisik," ujar Gore, yang memulai buka kios di Spitafields Market pada 2001, ketika setiap orang 'menyingkirkan' koleksi vinilnya.
"Jika seseorang datang dengan mata segar dan sedikit modal, mereka bisa mengambilnya lebih dulu. Saya harap mereka tidak mengecatnya abu-abu," katanya.
Vinil laris Terlepas dari itu, era piringan hitam benar-benar kembali ke Inggris. Sepanjang 2016, penjualan vinil di sana terus meningkat, bahkan mencapai rekor yang tak terpecahkan selama bertahun-tahun.
Seperti diberitakan AFP, pencinta musik membeli sampai 3,2 juta kopi vinil tahun lalu. Menurut catatan yang dirilis Selasa (3/1), angka itu adalah yang tertinggi selama 25 tahun terakhir, atau sejak 1991.
Industri Rekaman Inggris (BPI) mendata, terjadi peningkatan penjualan sebesar 53 persen dibanding catatan 2015. Vinil yang paling banyak terjual sepanjang tahun lalu adalah rekaman David Bowie. Di antara 30 artis yang rekamannya paling laku, lima album adalah miliknya sendiri.
Itu bukan hanya membuktikan betapa banyak ia digemari pencinta musik. Pemburu album Bowie juga mereka yang terkejut atas kematiannya yang mendadak, akhir Januari lalu. Salah satu album Bowie,
Blackstar yang disebut-sebut ‘pesan terakhirnya’ merupakan rekaman vinil yang paling laris di 2016. Album itu dirilis dua hari setelah kematiannya.
Penjualan vinil memang meningkat setidaknya selama sembilan tahun belakangan di Inggris. Sekitar lima persen dari seluruh album rekaman yang terjual, menurut BPI, adalah vinil.
Dari daftar 10 besar album yang penjualan vinilnya terlaris sepanjang 2016, di antaranya yakni David Bowie:
Blackstar, Amy Winehouse:
Back To Black,
Guardians of the Galaxy Mix 1, Radiohead:
A Moon Shaped Pool, Fleetwood Mac:
Rumours, Stone Roses:
Stone Roses, Bob Marley:
Legend, The Beatles:
Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band, Prince:
Purple Rain, dan Nirvana:
Nevermind. (rah/rsa)