Jakarta, CNN Indonesia -- Rano Karno dan Yessi Gusman pernah menjadi pasangan fenomenal saat memerankan Galih dan Ratna dalam film
Gita Cinta dari SMA (1979). Kini, film yang disutradarai Arizal itu akan dibuat versi modernnya. Galih dan Ratna diperankan Refal Hadi dan Sheryl Sheinafia.
Namun Rano dan Yessi masih ikut andil dalam film yang disutradarai Lucky Kuswandi itu. Mereka ditampilkan secara khusus. Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/1) Lucky mengatakan, ia awalnya tidak berniat mengajak Rano maupun Yessi kembali terlibat.
Ia menyambangi mereka untuk bersilaturahmi, karena dirinya akan membuat ulang film yang ceritanya masih fokus pada dua sejoli remaja yang pernah mereka mainkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya mau silahturahmi ke Rano dan Yessi, untuk memberi tahu rencana ini dan minta persetujuan. Namun saat ketemu Bang Rano dia bilang, 'Saya tidak dikasih peran nih?’”
Lucky kemudian mengungkapkan bahwa dirinya memang ingin membuat film yang berbeda dari versi orisinalnya. Ia berpikir, tidak mungkin Rano maupun Yessi disertakan di film itu.
"Namun setelah diobrolin, menemukan titik terang bahwa itu akan dimunculkan dalam
scene.”
Rano dan Yessi, kata Lucky, akan dimunculkan di awal film sebagai bentuk persembahan khusus. Sayangnya, mereka tidak akan menampilkan kembali adegan atau akting ikonisnya.
"Ada adegan saat rantai sepeda putus, itu dibuat. Tapi tidak jadi kami pakai, karena tribute akan ada di awal film, dengan adanya Rano dan Yessi. Setelahnya film itu akan
move on sepenuhnya," ujar Lucky menerangkan. Judul filmnya saja beda, kini Galih dan Ratna.
Film itu menceritakan kehidupan dalam transisi. Terdapat dua remaja yang tidak siap untuk dewasa. Mereka dituntut banyak oleh lingkungan, tanpa memedulikan apa yang menjadi keinginan mereka sendiri. Mereka pun hanya memiliki satu sama lain, untuk diam-diam saling menyemangati dan mengejar mimpi.
"Abu-abu sebuah warna transisi antara hitam dan putih. Sebuah warna yang bisa diartikan sebagai 'penantian.’ Menanti perjalanan baru yang ujung akhirnya pun tidak diketahui," kata Lucky.
Menurutnya, itu juga menjadi refleksi remaja SMA. "Mereka dipaksa mengenakan warna abu-abu. Sebuah masa membingungkan, berada antara remaja dan dewasa. Sebuah proses pencarian jati diri," ujar sutradara yang pernah mengarahkan film
Selamat Pagi, Malam itu.
[Gambas:Youtube] (rsa)