Jakarta, CNN Indonesia -- Rumah produksi independen Malaysia, Apparat, bersama rumah produksi Indonesia, Cinesurya Pictures, merilis film
Interchange. Film bergenre thriller supernatural ini mengangkat fantasi magis di cerita rakyat suku Dayak.
Disutradarai Dain Iskandar Said, film ini dibintangi aktor-aktor dari kedua negara, seperti Nicholas Saputra, Prisia Nasution, Shaheizy Sam, Iedil Putra, Nadiya Nisaa, Alvin Wong, dan Chew Kin Wah.
"Film ini berawal dari keinginan untuk membuat film noir tentang detektif dan menggabungkannya dengan cerita mitologi Asia Tenggara dan keyakinan supernatural," ungkap Dain saat ditemui di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, mengangkat budaya yang jarang direpresentasikan oleh film-film lain sebelumnya akan sangat menarik, salah satunya kisah-kisah magis yang sering terdengar dari suku-suku pedalaman Nusantara.
"Lalu kami ambil cerita itu dan memasukkan konteks modern, ini memang karakter kota. Kami ingin mencontoh Korea Selatan yang pandai meletakkan dunia yang mereka bentuk dengan seni dan budaya mereka, lalu membentuknya menjadi sebuah genre tersendiri. Itu sangat menarik," tambah dia.
Interchange berkisah tentang seorang detektif Man (Sheheizy Sam) dan fotografer forensik Adam (Iedil Putra) yang menyelesaikan sebuah serial pembunuhan aneh. Dihantui oleh bayangan sebuah pembunuhan sadis yang ia saksikan sebelumnya, Adam beralih ke fotografi dan mengambil banyak foto tetangga di apartemen yang ia tinggali. Salah satunya perempuan asal Kalimantan bernama Iva (Prisia Nasution).
Adam mulai menyukai Iva, akan tetapi keterlibatannya dengan perempuan itu membawanya kepada misteri pembunuhan dan penganiayaan. Semakin dalam Adam masuk dunia mistis Iva dan sang detektif menginvestigasi kasus itu, ketiganya pun menemukan cenayang dan makhluk supernatural dari takhayul kuno yang berwujud manusia setengah burung rangkong gading bernama Belian (Nicholas Saputra).
Lebih jauh, Dain menjelaskan, film ini juga menyampaikan pesan metafora tentang bagaimana dalam dunia sekarang ini orang-orang seakan terperangkap dalam negatif kaca seperti yang ditampilkan dalam film ini.
"Kita terperangkap dalam gaya hidup di mana orang seringkali mengambil gambar [sebagai pembuktian], kalau tidak ada gambar, berarti tidak ada bukti bahwa kita telah mengalami sesuatu. Adam itu diperangkap di dunia fotografi dan Iva terperangkap di dalam sebuah foto," katanya.
Selain itu, Dain juga ingin menyinggung fenomena dunia modern saat ini yang orang-orangnya seakan tidak peduli dengan masyarakat asli, yang biasanya masih memilih tinggal di pedalaman. Orang-orang di kota, menurutnya, seringkali menganggap seolah warga pedalaman tidak ada atau tidak penting.
Interchange diputar secara perdana di Locarno Film Festival dan dilanjutkan dengan Toronto Film Festival tahun lalu. Untuk tahun ini, film ini tengah berkompetisi di Osaka Asian Film Festival dan Malaysia Film Festival.
Interchange telah ditayangkan di Malaysia pada akhir tahun lalu dan mendapatkan respons sangat baik, sementara di Indonesia baru akan diputar serentak mulai 2 Maret 2017.
(res/rah)