Pentas Drama Kehidupan Keluarga Putu Wijaya

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 26 Feb 2017 16:20 WIB
Putu Wijaya menampilkan monolog atas karyanya, Oh. Bedanya, kali ini ia tampil lengkap bersama keluarga: istri dan anak.
Monolog 'Oh' yang menampilkan sastrawan Putu Wijaya sekeluarga. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anak muda berambut ikal berteriak mencurahkan kegelisahan atas kehidupan yang ia rasakan kepada sang ayah, Putu Wijaya, yang duduk lemah di atas kursi roda.

Kadang sang anak menendang, membanting, namun juga mengeluh meminta kasih sayang.

Adegan tersebut merupakan bagian dari pementasan monolog bertajuk Oh karya Putu Wijaya. Oh merupakan salah satu karya Putu yang dikumpulkan dalam buku 100 Monolog.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pementasan yang berlangsung di Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (25/2) sore, peran utama yang biasanya dimainkan Putu diserahkan kepada sang anak, Taksu Wijaya.

Putu sendiri memerankan sosok ayah dan mantan pengacara andal yang juga pakar hukum. Tapi kini ia telah tergolek lemah di atas kursi roda saat usia senja.


Oh mengisahkan sebuah pergolakan batin dan persepsi atas kehidupan yang dialami seorang pengacara muda, andal, profesional, dan cinta tanah air yang dimainkan Taksu.

Suatu kali, Taksu datang kepada sang ayah untuk bercerita dan berkeluh kesah akan kehidupan yang ia alami.

Bukan sekadar keluhan, Taksu merasa ia dipermainkan oleh negara yang ia cintai.

Taksu, sebagai pengacara idealis yang mati-matian membela kebenaran, makin hari justru makin merasa kebenaran yang selama ini dibelanya adalah kesalahan.

"Pandangan kebenaran bisa berbeda di masyarakat, kebenaran itu tidak sama. Dan bisa jadi di balik kebenaran tersebut ada sesuatu," kata Putu, saat ditemui CNNIndonesia.com, usai pementasan, mengungkapkan makna yang ingin disampaikan dalam monolognya.


Penampilan monolog Taksu selama 48 menit tersebut berisi beragam masalah kompleks dari kehidupan yang terinspirasi dari berbagai situasi sosial Indonesia.

Meski bukan kisah baru, pagelaran Oh seolah menjadi 'sindiran' sekaligus pandangan Putu atas kondisi sosial-politik Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Namun lebih dari itu, Putu mencoba menyampaikan pesan yang lebih hakiki dari keluhan terkait kehidupan.

"Saya merasa ketika orang mengejar kebenaran malah justru salah, apa yang didapat kadang berbeda dengan apa yang diharapkan. Itu tragedi manusia," kata Putu.

"Jadi seperti yang dipesankan oleh si pengacara tua, ini kondisinya pengacara muda harus menerima. Mungkin yang diinginkan baru terjadi nanti, sehingga haruslah bersabar.”

Penampilan Taksu Wijaya bersama ayahnya di monolog 'Oh.'Foto: CNN Indonesia/Endro Priherdityo
Penampilan Taksu Wijaya bersama ayahnya di monolog 'Oh.'
Bersama Keluarga

Ada sebab lain yang melatari Putu memilih Oh untuk dipentaskan dari sekian banyak monolog karyanya. Menurut Putu, ini dikarenakan ia dapat tampil bersama keluarga sendiri.

"Monolog ini dipilih karena kami bisa main bertiga. Saya, istri dan anak," kata Putu. "Selain itu saya juga merasa ada masalah dengan hukum di Indonesia.”

Jarang-jarang Putu, yang dikenal sebagai sastrawan besar, tampil bersama keluarga.

"Anak zaman sekarang kan susah diajak diskusi, dia [Taksu] lebih sibuk dengan sekolahnya. Jadi satu-satunya cara komunikasi ya saya latih dia di pementasan ini dan saya juga menilai ia berbakat," Putu berbicara soal aksi anaknya.


Memerankan peran utama dalam karya sang ayah ternyata jadi tantangan bagi Taksu.

Meski sudah pernah ikut bergabung dengan tim yang memerankan karakter berdasarkan karya sang ayah, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara ini baru pertama kali menjadi pemeran utama.

Selama dua bulan persiapan, ia menerima berbagai arahan dan diskusi serta motivasi dari sang ayah agar ia dapat memerankan dengan baik.

Hasilnya, Taksu mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton Sabtu lalu. Ia juga mendapatkan banyak ucapan selamat dari anggota Teater Mandiri yang juga teman sang ayah.

"Ayah banyak memberikan motivasi," kata Taksu, saat ditemui CNNIndonesia.com. "Banyak memberikan arahan seperti hafalan, latihan tempo, dan membantu mengintepretasi monolog."


Pagelaran monolog Oh ini rencananya akan kembali diputar pada 11 April mendatang di Cirebon, dan pada Mei di Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Tapi mungkin nanti akan ada sedikit yang dimodifikasi agar tetap segar,” kata Taksu. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER