Jakarta, CNN Indonesia -- Penyanyi legendaris Arab Saudi, Rashed al-Majed tak puas hanya memberikan satu nyanyian penutup kepada para penggemarnya di aula King Fahad Cultural Centre, Kamis (9/3) malam. Ia memberikan tiga lagu sebagai penutup konsernya, sampai penontonnya benar-benar terpuaskan.
Mengapa tidak? Mereka sudah menunggu-nunggu konser semacam itu selama tiga dekade.
Dunia hiburan di Arab seakan mati. Kelompok konservatif di sana melarang hal-hal semacam penyelenggaraan konser atau bioskop, yang memungkinkan pria dan wanita menyatu. Tapi malam itu, ada dua penyanyi legendaris yang menghibur. Majed membuka penampilan Mohammed Abdu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdu sendiri, mengutip AFP sudah tidak pernah menyanyi di Arab sejak 1988.
“Kami sangat merindukan mereka,” kata penggemar berusia 31 tahun, Jamal al-Onzi.
Tak heran jika konser mereka dihadiri dua ribu penonton, semuanya pria. Mereka membayar 500 hingga 2.500 riyal, atau sekitar Rp1,8 juta sampai hampir Rp9 juta untuk menonton. Dan gedung berkapasitas ribuan orang itu penuh. Tiket laris manis, langsung terjual habis.
“Kami ludes dalam 30 menit,” kata Habib Rahal dari Rotana Music, penyelenggara acara.
Para penonton menikmati bagaimana hiburan itu ‘merasuki’ mereka. Hampir semua tetap berbusana tradisional Arab, pakaian serba putih dan sorban kotak-kotak. Tapi mereka tak malu mengikuti irama lagu. Tangan dan kaki mereka bergerak, bahkan ada yang berdansa.
Sesekali mereka meneriakkan, “Rashed!” saat musik mencapai puncak.
Majed manggung selama sekitar 90 menit, sampai Abdu kemudian menggantikannya pada tengah malam. Berbeda dengan Majed yang lebih nge-pop, lagu-lagu yang dibawakan Abdu lebih patriotis, tradisional dan romantis. “Saya bisa merasakan kebahagiaan,” katanya.
Tua muda yang ada di kerumunan, ikut merasakan hal yang sama. Lagu-lagu Abdu memang tidak seusia Abdulaziz al-Shudayyid, yang lahir 21 tahun kemudian. Namun Shudayyid mengatakan, “Dia menyanyi untuk generasi saya. Saya tahu betul lagu ini dari hati.”
Setidaknya, itulah sekelumit hiburan yang bisa dinikmati masyarakat Riyadh dan sekitarnya di Arab. Kelompok konservatif setempat masih melarang bioskop dan ruang teater publik, juga alkohol. Mereka bahkan melarang pria dan wanita ada di satu restoran yang sama.
Namun belakangan, gerakan perlawanan mulai banyak terjadi. Oktober lalu, grup hip hop teatrikal dari New York tampil dan pria-wanita bertepuk tangan, berdamping-dampingan. Arab juga punya acara gulat, juga festival budaya pop Comic-Con pertama. Pekan depan, kompetisi truk Monster Jam, yang digagas di Amerika Serikat, juga dijadwalkan digelar di Riyadh.
Sebelumnya, Abdu yang disebut sebagai ‘Paul McCartney Arab’ tampil di Jeddah. Itu merupakan konser besar pertama dalam tujuh tahun terakhir di sana. Konser di Riyadh yang baru diadakan Kamis kemarin itu, adalah konser live pertama selama 25 tahun terakhir.
Ia dijadwalkan tampil September lalu, namun dibatalkan tanpa sebab.