India 'Rasuki' Film Indonesia Sejak Sebelum Merdeka

CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2017 09:00 WIB
Latar kemunculan sineas berdarah India di industri film Indonesia dimulai sejak awal 1920-an. Mereka dianggap mengerti gagasan film komersial dan menghibur.
Film Sundel Bolong pun dibuat oleh rumah produksi yang dimiliki keturunan India, Rapi Film. (Dok. Rapi Films)
Keberadaan para pemilik rumah produksi film keturunan India dianggap turut membangun perfilman Indonesia. Bahkan, muncul dan berkembangnya perfilman Indonesia juga didukung oleh keberadaan mereka.

"Jelas membangun, kalau dari segi apa, mereka memang pragmatis dan terkadang yang pragmatis dimusuhi. Tapi yang jelas, film Indonesia ada dengan adanya orang yang bekerja dengan cara pikir demikian, persolan nilai itu persoalan dialektis bersama," ujarnya.

Dia pun menyebut bahwa kehadiran mereka juga aktif dan signifikan memberikan sumbangsih dalam memperkenalkan film Indonesia ke dunia luar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada 1981, salah satu yang sangat aktif mengenalkan film indonesia adalah produser Raam Punjabi, kalau tidak salah, yang berhasil mengegolkan Jaka Sembung di Festival Film Cannes dan 13 negara ambil film itu," ujarnya.

"Memang yang gigih di pasar itu produser pragmatis ini, yang kebetulan India," imbuhnya.

Hikmat menyimpulkan, perlu ada dialog antara orang yang berpikir pragmatis dengan seniman murni, sehingga dapat berperan lebih jauh untuk membangun perfilman Indonesia.

Belajar dari Konsistensi dan Fokus

Ada nilai positif yang dapat dipelajari dari kesuksesan meraih pasar pecinta film Indonesia. Hikmat menyebut bahwa hal tersebut dapat dilakukan melalui model bisnis yang diterapkan pemilik rumah produksi besar itu.

"Saya kira bukan hanya pembangunan kapasitas, tapi kalau mau masuk pasar, kecerdasan untuk menemukan model bisnis yang bisa berkembang jadi model industri. Model bisnis sukses yang bisa diulang," katanya.

Dia mencontohkan kesuksesan Falcon Pictures yang didapat karena mau berinvestasi dengan nilai produksi dengan promosi yang sama besar.

"Kita definisikan berhasilnya itu, tapi kalau mau seperti itu mungkin lewat kesadaran marketing, riset produk yang masuk ke masyarakat. Perlu punya model bisnis tepat," katanya

"Kalau belum punya, masuk ke produknya bisa ngomong apa, cerita apa, dan bisa menyambung tidak [dengan masyarakat], bertemu dan menyambung dulu. Dari produk yang tidak ada dibikin menyambung, ya berarti si pembuat itu mengerti keinginan masyarakat, bisa dicapai dari riset, investasi riset, development, dan engagement terus," tutur Hikmat lebih lanjut.

Dia menggarisbawahi, seperti usaha lainnya, rumah produksi ini juga menerapkan formula di mana konsistensi dan fokus menjadi hal penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

"Dua pihak harus bagi ilmu, jadi kalau mau belajar dari kesuksesan dari mereka yang sedang sukses, mungkin dari fokus dan konsistensi, sederhananya dari tujuan mereka, saya kira. Seniman harus mampu menciptakan sistem yang sederhana juga, agar bisa jalan," kata Hikmat.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER