Jakarta, CNN Indonesia -- Ada satu film Indonesia yang lolos seleksi festival film internasional Cannes, Perancis, Mei nanti. Film karya Mouly Surya itu menceritakan kisah Marsha Timothy yang jadi janda dan harus melawan perampok.
Kabar ini dikatakan oleh sang sutradara, Mouly, dalam acara pertemuan bilateral Perancis dengan Indonesia di Jakarta, Rabu (29/3).
"Film ini mengisahkan tentang janda yang tinggal di puncak bukit, kemudian ada perampok yang menyerangnya. Itu premis filmnya," kata Mouly.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film yang diberi judul
Marlina the Murderer in Four Acts dan memilih Marsha Timothy menjadi pemeran utama itu telah lolos seleksi L'Atelier Cinéfondation Festival Film Cannes pada 11-22 Mei 2016.
Marsha akan memerankan Marlina, sosok janda yang tinggal sendirian di sebuah bukit di Sumba. Suatu kali, pria bernama Markus dan kelompotannya mencoba merampok Marlina.
Namun dengan penuh keberanian, Marlina membunuh Markus demi mempertahankan diri. Akan tetapi masalah belum selesai, Marlina ternyata dibayangi oleh sosok Markus yang kemudian mengubah hidupnya 180 derajat.
Mouly yang menilai Festival Film Cannes sebagai salah satu kiblat film terbesar dunia itu mengatakan bahwa melalui ajang tersebut para sineas Indonesia berpeluang menambah jejaring dengan insan perfilman dunia lainnya.
Marlina the Murderer in Four Acts dikisahkan Mouly adalah karya yang mendapatkan bantuan produksi dari Kementerian Komunikasi dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri Perancis melalui Pusat Perfilman dan Animasi Perancis (CNC) serta Institut Francais.
Bukan cuma itu, sutradara terbaik Jiffest dan Festival Film Indonesia 2008 itu juga mengaku proyek itu dibantu oleh produser asal Perancis, Isabelle Glachant.
"Saya kerjakan ini sudah dua tahun lamanya, melihat pasar film awalnya saya ke festival di Tokyo dan Busan," kata Mouly yang kemudian bertemu tidak sengaja dengan Glachant suatu hari dan mendapatkan ide dari produser tersebut.
Glachant, yang hadir dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan dia bangga dapat bekerja sama dengan sineas berbakat asal Indonesia itu.
"Kami cari sutradara yang berbakat, meski berlatar di Indonesia, tetap ini jadi film yang universal," kata Glachant.
"Ini soal berbagi hati untuk perempuan yang mencari keadilan. Tentu ada sentuhan Perancis. Kami beruntung ada pertukaran artistik di sini," lanjutnya.