Cerita Burkha, Seksualitas dan Wanita yang Ditolak di India

CNN Indonesia
Selasa, 04 Apr 2017 16:53 WIB
Lipstick Under My Burkha menceritakan empat perempuan modern di India yang berusaha mencari jati diri dan kebebasan masing-masing.
Film India Lipstick Under My Burkha diterima di banyak festival dunia tapi ditolak di negeri sendiri. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sutradara Alankrita Shrivastava tidak menyangka filmnya akan mendapat penolakan dari negerinya sendiri. Cerita dalam film Lipstick Under My Burkha itu hanya tentang empat perempuan yang mencari kebebasan pribadi dan seksual. Dua India dan dua lagi muslim.

Tapi film itu ternyata ditolak oleh jaringan bioskop di India. Lembaga sensor setempat menyebut film itu terlalu ‘berorientasi perempuan,’ mengandung adegan seksual dan suara-suara yang mengarah ke pornografi. Padahal film India sendiri menampilkan goyangan yang kadang erotis, nyanyian yang seringkali menggoda, dan busana yang serba terbuka.

Tapi seperti mengutip LA Times, kekuatan konservatif mengatur seni dan ekspresi di sana.
Itu dimulai ketika Pahlaj Nihalani menduduki tampuk kepemimpinan Central Board of Film Certification. Pengangkatannya sesaat setelah partai bernapaskan Hindu menguasai pemerintahan India pada 2014. Nihalani menuai protes terkait sensor film tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, ia meminta film tentang ancaman obat-obatan di daerah Punjab, dipotong.

Kebijakan pemerintah lain yang membuat berang sineas termasuk ditempatkannya kelompok loyalis mengepalai sekolah-sekolah perfilman di India dan diperintahkannya publik untuk berdiri di bioskop saat mendengar lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum film diputar.

Soal perempuan, lembaga sensor punya pandangan tersendiri. Mereka biasanya tak keberatan dengan film yang menampilkan perempuan yang manis dan baik-baik. Tapi Lipstick Under My Burkha berisi lebih dari itu. Empat perempuan yang ada contoh para independen.
Ada seorang muslim yang menutup tubuhnya dengan burkha di rumah tapi di luar memberontak dengan mengutil lipstik dan busana. Ada pakar kecantikan Hindu dengan kehidupan seksual yang kuat tapi dipaksa menikah dan dijodohkan. Ada muslim lain, yang juga ibu tiga anak, tapi punya suami represif. Satu lagi janda 55 tahun yang mencoba mengulang hidupnya.

“Mereka hidup di kehidupan yang sesak dan ingin menghidupkannya sedikit, merasakan sedikit kebebasan. Film ini tentang hasrat rahasia mereka, mimpi rahasia mereka dan aksi pemberontakan untuk membantu mereka menemukan ruang bernapas,” tutur Shrivastava.

Film itu sejatinya telah mendapat penghargaan dari festival dunia, namun malah tak mendapat tempat di negerinya sendiri. Rabu (5/4) esok itu akan diputar dan menjadi pembuka dalam Indian Film Festival di Los Angeles. Shrivastava tak menyerah dengan filmnya.

[Gambas:Youtube]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER