Jakarta, CNN Indonesia -- Mudah disukai dan menarik. Dua karakter langka itu ada dalam diri Kho Tjeng Lie, alias Andreas Leo Suripto, alias Ateng. Menurut komedian muda Ernest Prakasa, dua faktor itu membuat Ateng menjadi penampil panggung yang lengkap.
Ernest sendiri mengikuti film-film Ateng, yang berjaya sekitar 1970 hingga 1980-an.
“Menonton panggungnya juga, yang dia pakai make up segala, Ria Jenaka ya,” ujar Ernest menyebut acara Ateng di TVRI, saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui telepon, Jumat (5/5). Dalam acara itu, Ateng yang bertubuh tambun dan kontet berperan jadi Bagong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ateng memang tidak hanya populer berkat grup lawak Kwartet Jaya. Pelawak yang meninggal 14 tahun lalu, 6 Mei 2003 itu juga membintangi acara televisi sampai film-film layar lebar.
Ernest terkesan dengan kemampuan serba bisa Ateng.
"Ini bukan sesuatu yang bisa dipelajari, [tapi] memang bawaan. Bakat orang-orang tertentu yang kalau orang lihat bawaannya suka, simpati, bukan karena tinggi badannya saja tapi karena gesture-nya, wajahnya, raut muka dan cara ngomongnya," tutur Ernest memuji.
"Ateng termasuk komedian yang punya daya tarik tinggi sekali dan itu bakat yang jarang dimiliki komedian," lanjut komedian yang juga mulai merambah dunia film itu.
 Ateng dan Bing Slamet pernah tergabung dalam grup lawak Kwartet Jaya. (Dok. Rudy Mulyadi (Repro)) |
Meski mengagumi Ateng, bukan gaya ‘sang Bagong’ yang dianutnya.
"Kalau belajar dari lawakannya dia itu sulit, soalnya format lawakannya berbeda. Bukan kayak Srimulat, jadi tidak ada monolognya, sementara saya pribadi harus monolog. Jadi saya tidak bisa belajar secara ilmu dengan yang dia praktikkan di panggung," ujarnya.
Komedian Beretnis ChinaErnest sebenarnya punya kesamaan lain dengan Ateng. Keduanya sama-sama komedian beretnis China. Ernest melihat, meski di zaman Ateng berjaya kondisi belum seterbuka sekarang, ia tidak dibedakan dengan komedi beretnis lain. Tidak ada lebih disukai atau diistimewakan.
"Selama ini saya tidak membeda-bedakan [karena] dia China jadi keren. [Kalau] lucu [ya] lucu, enggak ya enggak. Saya tidak memandang komedian dari rasnya, jadi walaupun dia China tidak ada yang istimewa dengan pelawak-pelawak lainnya," katanya menegaskan.
Tapi Ernest menyadari bahwa adanya etnis China sekarang—termasuk di dunia hiburan—sudah dipandang lebih terbuka. Ia sendiri sudah tidak pernah mengalami diskriminasi saat berkarier di industri televisi maupun film. Kalau bisa membuat orang tertawa, bagus.
"Pasti lebih terbuka, sekarang eranya sudah beda dengan ’80-’90-an, zaman orde baru. Profesi apa pun mulai dari politik, kesenian, untuk etnis China lebih terbuka luas.”
Pria 35 tahun itu bahkan kini lebih berani membahas kehidupannya sebagai etnis China dalam komedi yang dia bawakan, termasuk mengutarakannya lewat film. Materinya lebih personal.
“Kita harus jujur, materi yang personal, sangat diri sendiri, yang kita rasakan, resahkan. Itu [soal kehidupan sebagai etnis China] menjadi materi awal, di dua tiga tahun pertama, lama-lama ya habis juga," kata Ernest yang juga membuat film
Ngenest dan
Cek Toko Sebelah."Mediumnya bukan hanya stand up, tapi kayak
Cek Toko Sebelah itu bisa sebagai medium untuk mengutarakan pernak-pernik keluarga etnis China," tutur dia lebih lanjut.
Tidak dipungkiri, menurut Ernest, di masa lalu hal itu cukup sensitif. Etnis China cukup merasa terintimidasi. Jangankan bisa mengutarakan kehidupan mereka lewat komedi, sekadar merayakan Imlek pun tidak bisa. Fakta demikian terjadi di banyak aspek kehidupan.
"Sekarang sudah lebih bebas banget, dulu lebih berhati-hati. Bahkan Orde Baru ‘mengavlingkan’ orang China itu bisnis dagang, tidak ke aspek-aspek lain, jadi lebih dibatasi. Sekarang sudah tidak, bila masih berbisnis itu warisan. Tapi ke ranah lain industri kreatif, film komedi fesyen, nyanyi, sekarang sudah marak, gampang mencari komedian, aktor, publik figur yang Chinese," ujarnya menjabarkan.
Karena itu, Ernest menyemangati pemuda China untuk mengeksplorasi bidang apa pun yang mereka inginkan. Seperti Ateng mengeksplorasi semua bakatnya di dunia hiburan.
“Sekat itu sudah tak relevan lagi, apapun yang kamu inginkan, ya lakukanlah,” ujar Ernest.