Istiqomah Generasi Penerus Nasyid Kadang Tergoyah Rupiah

CNN Indonesia
Senin, 29 Mei 2017 13:37 WIB
Menjaga generasi penerus nasyid tidaklah mudah. Ada kegalauan antara mencari pundi keuntungan atau menuai pahala dari dakwah.
Kelompok nasyid yang baru harus bisa konsisten untuk berdakwah, tak sekadar cari rupiah. (Dok. Izzatul Islam)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bukti nasyid tetap mengakar pada generasi muda seperti pelajar dan mahasiswa dituturkan oleh Mohammad Jatiardi Fitriantoro. Ardi, sapaan akrabnya, bersama dengan tiga orang mahasiswa Universitas Indonesia pernah mengecap kehidupan mahasiswa sekaligus musisi nasyid.

Selain Ardi, grup yang mereka sebut dengan Voice of Ukhuwah itu berisi Bilal Mohammad, Septian Mochamad, dan Arman Jurais. Mereka berempat adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) angkatan 2011 hingga 2013.

Grup itu awalnya terbentuk secara tidak sengaja ketika saat mereka bergabung dengan lembaga dakwah fakultas (LDF) FEB UI, organisasi kemahasiswaan itu membutuhkan kelompok nasyid untuk mencairkan suasana sebuah acara. Waktu yang mepet tidak memungkinkan mengundang bintang tamu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya kami sendiri yang perform dan ternyata cocok, dan dilanjutkan sampai sekarang," kata Ardi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
‘Kecelakaan’ itu kemudian berlanjut menjadi lebih serius. Grup nasyid mereka pun kerap tampil di berbagai kegiatan hingga mengisi acara di sebuah stasiun televisi dan penampil di acara MTQ Mahasiswa Nasional.

Nasyid yang awalnya dilakukan secara sukarela untuk berdakwah pun berlanjut dengan mematok harga agar lebih profesional. Tak mahal, untuk penampilan durasi 20 hingga 30 menit mereka bisa mendapat bayaran sekitar Rp800 ribu. Mereka pun kerap mendapat pujian.

"Pas kami di lomba Pasanggiri nasyid, jurinya sempat bilang ke kami ini bisa bikin aliran baru namanya rapcoustic karena akustik dicampur dengan rap," ujar Ardi.

Dari lima lagu yang sudah diciptakan, semuanya menggabungkan musik nasyid dan rap. Misalnya, Senja di Kala Ramadan, Hari yang Indah, dan Rumah Ukhuwah.
Mereka beralasan pendekatan musik itu bertujuan agar tetap mengikuti perkembangan zaman dan tidak monoton, namun tetap dengan konten keislaman yang terjaga sehingga pesan akan lebih mudah tercapai untuk pemuda masa kini.

"Nah sebenarnya yang kami bawa misinya juga tetap dakwah, menyebarkan kebaikan. Kami dakwah tapi caranya dengan musik, karena orang dengar musiknya dulu baru paham maknanya, apa maksud dari lagunya apa," tutur Ardi.

"Senang sih karena berusaha menyampaikan satu misi kebaikan dakwah tapi dengan cara yang juga kami sukai dan cara yang orang-orang umum apalagi anak muda lebih menyukai juga." 

Karya mereka ternyata menarik minat kaum milenial. Unggahan grup tersebut ke media berbagi seperti Soundcloud dan YouTube sukses didengar anak muda. Rata-rata lagu itu sudah diputar sebanyak lebih dari 4 ribu kali. Lagu mereka bahkan sempat diputar di salah satu radio di Solo, Jawa Tengah.

Meski memiliki peluang yang cerah, grup nasyid tersebut harus terhenti lantaran kini masing-masing personel telah memiliki karier. Tiga personel telah berkarier di bidang ekonomi dan bisnis, dan sisanya masih menyelesaikan tugas akhir.
“Karena kebetulan kami lagi sama-sama kuliah jadi tidak terlalu maksimal saat itu. Tapi dengan usaha seperti itu dengan hasil sedemikian rupa kami sangat puas," ujar Ardi.

"Dari awal misinya menyebarkan kebaikan. Yang tidak ingin berenti itu ya menyebarkan karyanya sekalipun nanti misalnya sudah tidak banyak tampil lagi, yang kami harapkan karyanya teta[ ada. Setidaknya setahun sekali atau dua kali," tutur Ardi.

Berbicara dengan CNNIndonesia.com di waktu terpisah, Afwan Riyadi yang ikut mendirikan Izzatul Islam saat awal dekade '90-an, mengakui konsistensi menjadi musisi nasyid adalah tantangan terbesar yang dihadapi mereka yang bercita-cita menyenandungkan nasyid.

“Konsistensi itu jadi tantangan tim nasyid, bawa mental nasyid apakah mau mencari uang atau pahala, konsisten juga untuk tetap latihan, manggung, dan berkarya,” kata Afwan yang baru menggelar konser 20 tahun Izzatul Islam pada Januari lalu.

“Saya yakin nasyid muda masih terus ada, kalau ada lomba akan selalu ada grup baru, dan semakin ke sini memang semakin banyak walau terlihat mana yang niat untuk jadi musisi nasyid mana yang dadakan,” lanjutnya sembari tertawa.

“Namun saya senang melihat itu semua. Semoga terus istiqomah dan jangan mau menjadi bayang-bayang orang lain. Buat karya yang bisa jadi jati diri dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat.” katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER