Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia menjadi tuan rumah bagi The World of Ghibli Jakarta, yang disebut sebagai pameran karakter-karakter Studio Ghibli terbesar di dunia. Ini juga pertama kalinya Studio Ghibli memperbolehkan pamerannya difoto, berbeda dengan aturan di negara-negara lain.
Bukan tanpa alasan Indonesia dipilih jadi tempat penyelenggara pameran studio animasi terbesar asal Jepang itu. Salah satunya, Indonesia ternyata dianggap masih belum ‘tercerahkan’ soal Studio Ghibli. Ini salah satu jalan memperkenalkan Studio Ghibli.
"Faktanya di Indonesia eksposur tentang Studio Ghibli masih sangat sedikit. Tapi, kami percaya akan potensi pasar di Indonesia karena populasinya yang banyak," kata Presiden Direktur Studi Ghibli Jepang Koji Hoshino di Pacific Place Jakarta, Kamis (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui pameran The World of Ghibli, Hoshino ingin agar Studio Ghibli lebih dikenal anak-anak muda Indonesia. Untuk mendekatkan karakter-karakter Studio Ghibli dengan Indonesia, Hoshino menggaet para seniman muda lokal untuk membuat instalasi pamerannya.
 Ghibli memboyong karakter-karakternya ke Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Totoro, Robot Laputa, Neko Bus dan semua karakter yang dipamerkan di Ritz Carlton Pacific Place, 10 Agustus hingga 17 September ini dibuat perancang Indonesia. Para desainer itu kemudian menyerahkan rancangannya ke pengrajin untuk dibuat versi dua atau tiga dimensi.
Yonatan Bensohur misalnya, kebagian merancang Flappter dari film
Castle in the Sky (1986) dan Rizky A. Katamsi mendesain kastel berjalan dari film
Howl's Moving Castle (2004).
Rancangan itu kemudian diserahkan ke vendor yang dimiliki seniman Bob Saputra. Bob mengerjakan karakter-karakter Ghibli itu dalam kurun waktu sekitar satu bulan.
"Ini kombinasi kerja sama yang sangat kami hargai. Pembuatan kesenian dari tangan ini belum pernah kami lihat sebelumnya. Ini kolaborasi yang unik," tutur Hoshino.
 Totoro dan karakter-karakter Ghibli lainnya akan lebih dekat dengan Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Sayangnya, tidak semua instalasi siap di pameran hari pertama. Kendala teknis menyebabkan beberapa karakter masih dalam proses pengerjaan. Penyelenggara berjanji, pekan depan semua instalasi sudah bisa dinikmati pengunjung yang membeli tiket seharga Rp300 ribuan itu.
(rsa)