Kisah 13 Hari Titiek Puspa Melawan Kanker

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Nov 2017 16:48 WIB
Jelang tahun 2011 Titiek Puspa divonis terkena kanker saat ia sudah menginjak usia senja, 73 tahun. Ia sampai pasrah untuk 'diambil' Tuhan.
Jelang tahun 2011 tak akan pernah dilupakan Titiek Puspa. Kala itu, ia divonis terkena kanker saat ia sudah menginjak usia senja, 73 tahun. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Di Singapura, Titiek kemudian mendaftarkan diri ke sebuah rumah sakit. Ia menjalani serangkaian proses perawatan kanker serviks. Mulai dari pemeriksaan, hingga kemoterapi selama 2,5 bulan, bolak-balik Jakarta-Singapura.

Proses kemoterapi ia jalani. Titiek tak menyangka prosesnya akan amat menyakitkan. Seluruh tubuhnya sakit luar biasa. Apalagi Titiek tak lagi muda.

"Sakit, aduh Tuhan. Saya sudah tidak kuat," batin Titiek sembari menahan sakit saat proses kemoterapi, di suatu hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Titiek Puspa, sosok yang tangguh dan telah menghadapi berbagai ujian hidup sejak ia masih anak-anak, tak kuasa menahan sakit proses kemoterapi demi melawan kanker. Ia merasa sudah berada di titik terendah dalam hidupnya.

"Tuhan, ambil saja aku. Terserah Engkau tempatkan aku di mana, pokoknya aku sudah tak kuat. Surga atau neraka, terserah," rintih Titiek dalam batin. Kalau pun ia harus mengakhiri 70 tahun lebih hidupnya akibat kanker, ia pasrah.

"Namun bila saya memang masih harus ada di dunia, tolong beri saya isyarat Tuhan," ujar Titiek memelas, berlinang air mata.

Kisah 13 Hari Titiek Puspa Melawan KankerRumah Sakit Mount Elizabeth Singapura, tempat Titiek Puspa dirawat untuk penyakit kanker. (AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN)
Tak terasa satu jam lebih Titiek menangis memasrahkan hidupnya untuk diambil Yang Maha Kuasa. Namun, seperti ketika akan ke Singapura, ia merasa tak perlu memperpanjang proses menyakitkan itu lagi.

"Petty, ambil tiket. Mama mau pulang besok, early morning, Jakarta," kata Titiek.

"Ma! Dokternya tiga lho," jawab Petty menyinggung syarat persetujuan yang mesti dibawa untuk keluar dari rumah sakit.

"Mau seratus, beli tiket!" tegas Titiek.

Ia pun tiba di Jakarta. Disambut dengan sejumlah saudara dan wartawan yang memberitakan kabar penyakit yang ia derita, Titiek tetap tersenyum. Dalam hatinya, ia tak tahu apa yang akan ia lakukan usai 'kabur' dari Singapura.

Hari demi hari berlalu. Titiek masih berusaha mengobati kankernya dengan berbagai cara. Hingga suatu kali, anaknya bercerita tentang temannya yang sembuh dari stroke melalui meditasi. "Mungkin ini bisa," batin Titiek.


Ia mencari nomor telepon tempat meditasi tersebut dan mendapatkannya. Tak pikir panjang, Titiek menelepon tempat tersebut. "Permisi Pak, saya ingin ikut meditasi," kata Titiek membuka percakapan telepon.

"Mesti daftar dulu Bu," balas suara dari seberang telepon.

"Ya ini makanya saya mau daftar," balas Titiek.

"Tapi Bu..." sela suara di seberang.

"Pokoknya tidak tapi-tapi, pokoknya besok saya datang," tegas Titiek.

Titiek pun datang ke tempat meditasi itu keesokan harinya. Dengan dandanan khasnya yang sederhana, ia datang dengan niat untuk sembuh. Ia bertekad mengikuti semua arahan untuk melawan kanker yang terus menggerogoti tubuhnya.

"Tuhan maafkan saya. Saya merusak sesuatu yang dahulu Kau berikan dengan indah, sehat, dan sempurna. Sekarang saya merusaknya. Saya ingin memperbaiki itu semua, tolong tuntun saya, tolong izinkan dan berkahi saya," batin Titiek setiap sebelum memulai meditasi.

Beragam gerakan ia lakukan sesuai arahan. Mulai dari duduk tanpa sandaran, melipat lidah, merapatkan bibir, dan bernafas lewat hidung sembari memejamkan mata. Titiek lakukan meditasi itu selama lima jam dalam sehari, selama 13 hari. Ia tak berani melanggar satu pantangan pun dan amat disiplin.


Usai 13 hari bermeditasi, Titiek merasakan tubuhnya mulai terasa lebih baik. Ia bisa merasa lebih nyaman. Ia pun menanyakan perihal itu ke guru meditasinya.

"Itu namanya sembuh. Kalau tak percaya, ya nanti lihat saja," kata gurunya.

Tak lantas percaya dan penasaran bagaimana kondisi kanker dalam tubuhnya. Ia pun memeriksakan diri ke dokter. Singapura adalah pilihan pertama Titiek.

Bak mukjizat, semua uji laboratorium dan medis menunjukkan ia sembuh dari kanker. Dokter di Singapura tak percaya, begitu pun Titiek. Namun, itulah yang terjadi.

"Begitu dicek, bagian kemoterapi bilang clean, bagian radioterapi bilang clean, bagian kebidanan juga clean. Dokter minta tiga bulan lagi cek, tambah lagi setengah tahun, clean clean," ungkap Titiek menebarkan raut bahagia, kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Dengan doa, isyarat itu tadi. Tahu-tahu minta tiket, tahu-tahu telepon. Nah itu lah, selalu lah komunikasi. Kebetulan dari kelas tiga SD sahabat saya Tuhan," kata Titiek.

Titiek Puspa kini sudah sembuh dan menginjak usia 80 tahun, ia pun membagikan pengalamannya dalam artikel Titiek Puspa Empat Dekade Menjaga Wasiat Ayah... (end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER