Titiek Puspa Empat Dekade Menjaga Wasiat Ayah

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Nov 2017 17:27 WIB
Ayah Titiek Puspa meninggal dalam pelukannya pada 1973, ketika Titiek masih berusia 36 tahun. Sebelum meninggal, sang ayah menitipkan pesan menjaga keluarga.
Titiek Puspa memandang usia 80 tahun dengan lebih filosofis, baik untuk dirinya sendiri atau pun Indonesia. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Usia 80 tahun telah dilalui Titiek Puspa pada 1 November lalu. Berbeda dengan 10 tahun lalu saat ia melakukan konser besar, kali ini ia lebih memilih merayakannya dengan sederhana dan penuh filosofis.

Tawaran konser saja ia tolak. Pesta kecil yang digelar keluarganya pun dibatasi.

"Melihat suasana yang kurang bagus dan sebagainya, saya memutuskan di umur 80 tahun ini mengadakan Tour The Grave [ziarah ke makam]," tuturnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tour The Grave dilakukan Titiek dengan mengunjungi 10 makam pahlawan, seperti Jenderal Sudirman, Ki Hajar Dewantara, Bung Karno serta Bung Hatta.

Tak luput ia pun mengunjungi makam yang disebutnya sebagai pahlawan dalam dunia seni hiburan, seperti Ismail Marzuki, Bing Slamet, juga Benyamin.


"Saya bisa 80 tahun ini karena beliau-beliau, karena apa yang beliau kerjakan, hingga Indonesia seperti ini," kata Titiek.

"Saya datang untuk berdoa, mengucapkan terima kasih dan minta maaf, karena masih ada yang kurang mengerti arti kepahlawanan, arti memerdekakan, arti menyumbangkan jiwa raga, darah, air mata dan nyawa," ungkap Titiek.

Bagi Titiek, ziarah ke makam yang ia lakukan sejak akhir Oktober hingga Hari Pahlawan pada 10 November membuat hidupnya terasa lebih damai.

Ia mengibaratkan itu seperti sehabis mandi dengan sesuatu yang segar, indah, dan wangi.

Tidak hanya memberikan penghormatan bagi para pahlawan yang telah tiada, Titiek juga mengajak para anak muda untuk melakukan hal-hal positif. Baik dalam menyalurkan energi, bersikap empati, berfantasi atau berkreasi.

"Waktu tidak bisa diulang, anak-anak muda sekarang sudah banyak yang berlomba untuk membuat suatu kebaikan. Bagi yang belum, ayo sekarang, jangan sampai terlambat, jangan sampai menyesal," pesannya.

Titiek Puspa banyak memberikan kontribusi, salah satunya kepada anak-anak melalui Duta Cinta. Titiek Puspa banyak memberikan kontribusi, salah satunya kepada anak-anak melalui grup musik Duta Cinta. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Dalam perjalanan hidupnya sendiri, Titiek telah begitu banyak berkontribusi untuk dunia hiburan Indonesia. Karya-karyanya masih menjadi hit hingga kini.

Namun di balik itu, ia juga merupakan seorang pahlawan bagi keluarganya. Pasca ditinggalkan kedua orang tua, Titiek berperan sebagai kepala keluarga.

Dia banting tulang untuk adik-adiknya, pekerjaan apa pun ia terima untuk memenuhi kebutuhan finansial.

"Jadi [ketika] ibu enggak ada, adik-adik sama saya. Rumah kecil, ricuh," kenangnya sembari mengungkap mencari cara agar kericuhan di rumahnya dapat reda.

Dia pun memilih untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan menyampaikan aturan yang ia buat. Ia menerapkan peraturan kewajiban menghormati satu sama lain.

"Yang penting kalian sekolah, ini [saya] cari uang. Kalau ada yang penting, selama kamar masih nyala, ketok kapan saja, bicara," ungkapnya.

Untuk Titiek, hal itu bukanlah beban yang berat. Adik-adiknya pun mau mengikuti aturan itu. Terlebih posisi dia sebagai kepala keluarga memang permintaan sang ayah sebelum wafat pada tahun 1973.

[Gambas:Video CNN]

Titiek masih ingat betul soal pesan itu. Kala itu, sepulang ia menyanyi, Titiek langsung mengunjungi ayahnya, Tugeno Puspowidjojo di rumah sakit. Saat itu gilirannya. Ia dan keluarga memang gantian menemani Tugeno.

"Bapak saya angkat, saya tanya mana lagi yang sakit, katanya, 'Wis enggak usah dipikirin, udah enggak apa-apa. Saya mau minta maaf sama kamu, karena dulu saya larang kamu nyanyi tapi sekarang karena kamu nyanyi, kamu bisa urus adik-adik kamu. Jadi sekarang saya titip adik-adik kamu, ya saudara-saudaramu, terimakasih'," tuturnya mengenang pesan sang ayah sembari termenung.

"Lalu beliau jatuh di pelukan saya dan saya belum ngomong apa-apa. Makin kencang dak peluk, tahu-tahu sudah di rumah. Bapak pergi [meninggal dunia] dan saya pingsan," lanjutnya.

Permintaan sang ayah itu disebut Titiek telah merasuk ke jiwanya, dan membuatnya menyatukan keseluruh anggota keluarga hingga kini.

Lebih dari empat dekade sudah ia menjaga amanat itu.

Dia bahkan mendirikan Puspa Catering sebagai bisnis keluarga untuk menyatukan keluarga. "Perusahaan saya berikan pada keluarga, saya sudah cukup," ujarnya.

Titiek yang tumbuh sebagai anak keempat dari 12 bersaudara itu kini dikelilingi anggota keluarga yang jumlahnya mencapai lebih dari 130 orang, termasuk, anak, cucu, dan cicitnya.

Titiek Puspa kini memandang usianya lebih filosofis.Titiek Puspa kini memandang usianya lebih filosofis. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)

Potret keluarga besar Titiek pun ia pajang dalam ruang tamu kediamannya di Jakarta Selatan.

"Itu belum semuanya. Dan foto itu saat cicit saya masih dua, sekarang sudah enam," ujarnya sembari menunjukkan foto keluarga besar saat pergi tur ke daerah Lembang, Bandung.

"Tidak hafal semua, kalau cucu cicit masih ingat, kalau keponakan ya 'cah ayu sini, cah bagus'," ungkapnya sembari tertawa.

"Pokoknya kalau melihat itu [foto keluarga] bangga. Karena dulu, ibu-bapak saya miskin karena perang," tambahnya.

Kini Titiek Puspa menghabiskan usia senja dengan memandang semua yang telah ia raih, beragam orang yang telah ia semangati, dan lapisan generasi yang menikmati semua karyanya.

Ia akan tetap menjadi sosok Titiek Puspa--tak peduli sebesar atau selegendaris namanya--yang peduli, ceriwis, dan selalu mengundang tawa dan kebahagiaan bagi sekelilingnya. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER