Potret Negatif Laut Dalam Album Perdana The Panturas

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Kamis, 22 Feb 2018 20:19 WIB
Band The Panturas merilis album perdana bertajuk 'Mabuk Laut.' Rekaman ini berisi lagu-lagu yang bercerita tentang potret negatif laut.
Band The Panturas merilis album perdana bertajuk 'Mabuk Laut.' (Dok. The Panturas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah dua tahun terbentuk, band The Panturas akhirnya merilis album perdana bertajuk Mabuk Laut. Band yang digawangi Abyan Zaki (vokal/gitar), Rizal Taufik (gitar), Surya Fikri alias Kuya (drum) dan Bagus Patrias (bass) ini merilis album di bawah naungan La Munai Records.

"Mabuk Laut itu berisi pengalaman kami berempat yang tak selalu menemukan hal positif ketika ke pantai atau laut. Kejadian yang ditemui kami tuangkan ke dalam beberapa lagu," kata Kuya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).

Kuya mencontohkan dengan lagu Fisherman Slut yang sebelumnya sudah dirilis sebagai lagu lepas pada Januari 2017. Tembang itu bercerita tentang pekerja seks komersial yang dibawa nelayan ketika melaut. Terkadang hal itu menyebabkan perdagangan manusia di tengah laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Youtube]


Adapun lagu Fish Bomb, papar Kuya, bercerita tentang nelayan yang menangkap ikan menggunakan bom. Alih-alih mendapat ikan, bom itu malah meledak di rumah nelayan dan menyebabkan kematian temannya.

Kuya menjelaskan, penggunaan bom dalam menangkap ikan dilarang oleh pemerintah dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dengan bom ikan, nelayan memang mendapat banyak ikan, tapi ekosistem laut akan rusak.

"Hal itu yang kami lihat. Di pantai dan laut sebenarnya bukan cuma senang-senang saja, tapi banyak masalah. Lewat album ini kami ingin orang-orang peduli dengan laut," katanya.


Selain dua lagu itu, album Mabuk Laut berisi lagu Tenggelamkan!, Gurita Kota, Arabian Playboy, Pergi Tanpa Pesan dan Sunshine.

Pergi Tanpa Pesan merupakan lagu Ellya Khadam yang dinyanyikan ulang oleh band beraliran surf rock asal Jatinangor ini.

[Gambas:Youtube]

Untuk saat ini, Mabuk Laut hanya dirilis dalam format fisik yang terdiri dari dua paket. Paket standar berisi CD dan paket bundling berisi CD, kaus dan poster.

"Lagu Gurita Kota kami udah rilis sebagai single. Album kami rilis fisik lebih dulu supaya pendengar cari tahu lagu kami. Rilis dalam bentuk digital mungkin bulan Maret mendatang," kata Kuya.

Pengerjaan kover album digarap oleh Toma & Kako yang terinspirasi dari budaya jalur lintas Pantai Utara. Sementara untuk desain pernak-pernik dibantu oleh Shunsuke Izumimoto.

[Gambas:Video CNN] (res)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER