Bandung, CNN Indonesia -- Gelaran LaLaLa Fest edisi kedua pada Sabtu (10/3) di Orchid Forest Lembang, Jawa Barat, jauh lebih baik dari edisi pertama pada 2016 lalu. Lalu lintas tidak terlalu macet dan tak ada hujan besar yang membuat panitia kelimpungan menyusun acara seperti tahun lalu.
Kegagalan LaLaLa Fest pertama tak menyurutkan antusiasme pengunjung tahun ini.
Acara mulai memanas sejak pukul 15.30 WIB saat Ten 2 Five tampil di panggung utama, Navajo Stage. Pengunjung sudah memadati area panggung sebelum Ten 2 Five tampil. Penantian meraka pun terbayar lunas dengan penampilan apik band yang terbentuk pada 2004 ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Penonton LaLaLa Fest tetap membludak meski tahun lalu banyak hambatan. (CNN Indonesia/Muhammad Alif) |
Setelah Ten 2 Five, giliran Rendy Pandugo naik panggung. Ia juga berhasil membius pengunjung untuk tetap duduk manis di bawah pohon pinus menikmati alunan lagu-lagu. Demikian pula penampilan Pusakata yang naik ke atas pentas setelah Rendy.
Semakin malam, panggung Navajo Stage semakin padat pengunjung. Terlebih ketika The Groove tampil membawakan lagu
Dahulu, Satu Mimpiku dan
Khayalan yang hit di era '90-an.
Tak hanya panggung utama, panggung pendukung yang diberi nama Ombre Stage juga ramai pengunjung. Musisi asal Australia, Wafia berhasil menyihir pengunjung untuk berjoget.
 The Groove berhasil membius penonton LaLaLa Fest 2018. (CNN Indonesia/Muhammad Alif) |
Penampilan itu disusul DJ Dipha Barus yang berkolaborasi dengan Kallula Harsynta Esterlita dan Nadin Amizah. Lagu
No One Can't Stop Us dan
All Good menjadi andalan penampilan Dipha malam itu.
Acara yang diklaim sebagai festival musik hutan internasional itu ditutup dengan penampilan Blonde di Navajo Stage. Sayang, itu seperti antiklimaks. Pengunjung lebih tertarik melihat penampilan Oh Wonder yang tampil sebelum Blonde ketimbang sang pamungkas.
Sebagian besar pengunjung yang meninggalkan panggung setelah Oh Wonder pun membuat penampilan Blonde tak banyak yang menonton. Padahal festival belum selesai.
Kemeriahan LaLaLa Fest tidak luput dari kekurangan, selain penutup yang aktiklimaks. Kamanan juga menjadi salah satu kekuarangan acara ini. Banyak pedagang asongan dan penonton tak bertiket dengan mudahnya masuk melalui pagar di samping area Navajo Stage.
Tentu saja itu mengganggu kenyamanan penonton lain yang masuk secara resmi. Terlebih, tidak ada respons yang sigap dari panitia terhadap orang yang 'membobol' acara.
Selain itu, kurangnya tempat sampah di area festival juga menjadi kekurangan yang fatal. Akibatnya, di akhir acara terlihat bekas makanan dan jas hujan penonton berserakan.
Padahal LaLaLa Fest dikonsepkan sebagai acara yang digelar di luar ruang. Artinya, seharusnya panitia siap dengan konsekuensi harus menjaga kebersihan hutan. Salah satu caranya tentu mencegah buang sampah sembarangan dengan menyediakan cukup tempat sampah.
(mal/rsa)