Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan
Harvey Weinstein, The Weinstein Company menyatakan kebangkrutannya. Itu terjadi setelah mantan pemimpinnya, Weinstein dihadapkan kasus pelecehan dan kekerasan seksual.
Perusahaan yang kerap memberi dukungan pada produksi film dan tayangan televisi Hollywood ini mengajukan dokumen kebangkrutan di pengadilan Delaware, Senin (19/3). Tercatat mereka memiliki utang US$500 juta hingga US$1 miliar (Rp6,8 triliun hingga 13,4 triliun).
Mereka juga memiliki aset dalam jumlah yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan itu kini sedang berjuang mencari investor yang bisa membiayai operasional ke depannya. Sebelumnya, grup investor yang dipimpin oleh mantan administrasi resmi Obama, Maria Contreras-Sweet sempat mendekati The Weinstein Company dan hendak membelinya.
Namun, kelompok itu mengurungkan niatnya awal bulan ini karena melihat The Weinstein Company punya lebih banyak utang dari yang tertulis dalam kesepakatan mereka sebelumnya.
Perusahaan itu kemudian menyatakan punya calon investor lain, perusahaan swasta Lantern Capital Partners yang akan mengakuisisi seluruh asetnya. Penawaran dari mereka disebut-sebut lebih tinggi dari investor lain dalam lelang yang diawasi pengadilan.
"Dewan memilih Lantern sebagai bagian karena komitmen Lantern untuk menjaga aset dan karyawan sebagai kelangsungan usaha," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Lions Gate Entertainment Corp telah mengajukan penawaran. Namun mereka hanya mau membeli beberapa aset The Weinstein Company, seperti perusahaan film Miramax.
Sejauh ini, mengutip
Reuters, baik penawaran dari Lantern Capital maupun Lions Gate Entertainment merupakan dua yang terbaik. Namun, belum jelas mana yang akan berhasil.
The Weinstein Company bangkrut setelah lebih dari 70 perempuan menuding pendiri perusahaan tersebut, Harvey Weinstein yang juga salah satu pria paling berpengaruh di Hollywood, melakukan pelecehan seksual. Korbannya termasuk artis ternama seperti Angelina Jolie.
Weinstein membantah pernah melakukan hubungan seks tanpa persetujuan dengan siapa pun.
Diluncurkan pada Oktober 2005, perusahaan itu memproduksi dan mendistribusikan film hit yang secara kritis diakui termasuk
The King's Speech dan
Silver Linings Playbook, serta serial televisi seperti kompetisi di bidang fesyen yang berlangsung lama,
Project Runway.
Dengan bangkrutnya perusahaan itu, seluruh kesepakatan yang digunakan Weinstein 'membungkam' korban-korban pelecehan seksualnya, pun dinyatakan tidak berlaku lagi.
(rsa)