Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria dengan baju motif kotak-kotak dominan merah dan bertopi rimba itu asik duduk sembari mengecek ponselnya di sebuah sudut kafe di bilangan Jakarta Selatan. Ia tampak misterius dan menunggu seseorang datang.
"Halo, duduk Bro. Langsung pesan saja ya," kata pria itu dengan suara yang berat namun terasa hangat ketika kami menyapanya. Kesan misterius pun hilang. Pria itu adalah penyanyi legendaris di dunia musik Indonesia, Iwa Kusuma alias
Iwa K.
Iwa menyempatkan waktunya meladeni permintaan
CNNIndonesia.com untuk berbincang-bincang mengenai karier dia selama ini. Ia baru saja resmi menjalani karier yang tak terbilang singkat, 25 tahun. Ibarat pernikahan, itu sudah usia perak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iwa merayakan karier seperempat abad itu dengan sebuah
konser di The Pallas pada 4 April lalu. Penampilannya selama dua setengah jam bak mesin waktu yang membawa pengunjung kembali ke masa kejayaannya, era '90-an.
Baru merayakan karier 25 tahun ternyata tak membuat Iwa berleha-leha. Ia amat sibuk menggarap sejumlah proyek baru sebelum mengagendakan bertemu dengan kami. Ia begitu bersemangat berkarya bak musisi yang masih berusia 25 tahun. Padahal, ia kini bapak 47 tahun dengan dua anak.
Sembari menyalakan rokok dan makan kacang goreng di bawah lampu kafe yang temaram serta kebisingan pengunjung sore itu, dengan suaranya yang berat Iwa mulai membuka obrolan soal karier dan kehidupannya yang naik-turun bak
roller coaster.
Kecintaan Iwa terhadap musik rap diakui berawal ketika ia aktif
breakdance pada 1984. Musik hip hop yang identik sebagai pengiring
breakdance merasuki tubuh Iwa yang kala itu berusia 14 tahun.
Sejak itu Iwa rajin membeli kaset rilisan musisi hip hop. Ia tidak pernah ketinggalan membeli kaset The Sugarhill Gang, Run DMC, Public Enemy, LL Cool J, Afrika Bambaataa dan X Clan.
 Penampilan Iwa K saat menjadi pengisi The 90's Festival, 2015 silam. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
"Zaman itu media mengenal musik hanya kaset, piringan hitam mahal.
Tape gue sampai rusak karena sering
rewind buat dapetin lirik lagu musisi yang gue dengar, gue belajar menulis lirik dengan mendengarkan mereka," kata Iwa.
Iwa lalu percaya diri membentuk band dengan formasi hip hop ketika duduk di bangku SMA pada 1987. Ia mulai tampil dari satu panggung ke panggung lain. Kala itu, belum banyak formasi band yang membawakan musik hip hop. Pop sedang sangat digandrungi.
Keterbatasan pengetahuan musisi hip hop yang cuma datang melalui kaset memaksa Iwa untuk berkreasi dengan gaya sendiri ketika tampil.
Iwa terus mengasah kemampuan itu sampai ia memiliki gaya rap sendiri. Hingga kini, hip hop menjadi bagian hidupnya.
"Ya hip hop dalam hidup gue berjalan begitu saja. Temen gue bilang kalau di setiap urat saraf gue nongol rasa cinta ke hip hop. Gue suka hip hop dan gue eggak bisa jelasin kenapa," ujar Iwa sembari menghisap rokoknya.
Pada 1998, kata Iwa, ia bergabung dengan band bernama Guest Band. Guest Band merilis album
Ta'kan yang memiliki satu lagu dengan bagian rap berbahasa Inggris. Pada lagu inilah, Iwa menunjukkan kemampuan rap yang membawanya ke industri musik.
Pria kelahiran 25 Oktober 1970 itu semakin aktif bekarya. Ia banyak membuat lagu rap menggunakan bahasa Sunda, Jawa dan Ambon lantaran belum percaya diri menggunakan bahasa Indonesia. Ia takut lagu rap dengan bahasa Indonesia akan terasa
garing.
Siapa sangka pada 1992, Guest Band menantang Iwa untuk membuat lagu rap dengan bahasa Indonesia. Iwa menjawab tantangan itu, namun meminta waktu lebih untuk latihan agar maksimal.
"Setelah bikin lagu rap bahasa Indonesia, sampai akhirnya Musica Records mau merilis karya gua. Gua kaget saat itu karena mereka
mainstream. Setelah itu rilis album
Kuingin Kembali pada 1993, kemudian ada tur dan gua enggak menyangka bisa jadi begitu," kata Iwa.
[Gambas:Youtube]Perilisan
Kuingin Kembali punya perdebatan panjang antara Iwa dengan Musica. Iwa tak mau ada fotonya sama sekali dalam album, sementara Musica ingin menampilkan foto si penyanyi. Akhirnya, album itu hanya memuat satu foto Iwa di bagian dalam.
"Dulu, gue akhirnya serba kompromi yang penting rap diterima. Mulai dari
Kuingin Kembali yang aroma lebih pop, gue mau kenalin rap pelan-pelan," kata Iwa.
Iwa fokus mengusung musik rap sebagai bentuk kecintaan. Ia tidak memikirkan bernyanyi rap sebagai pekerjaan yang menghasilkan uang. Baru pada 2003, ia sadar bahwa musisi adalah pekerjaan yang bisa membiayai hidup.
Sebelum sadar musik rap dapat menghidupinya, Iwa mengalami sepuluh tahun pertama alias era '90-an sebagai bagian kejayaannya. Ia merilis album bertajuk
Topeng (1994),
Kramotak! (1996) dan
Mesin Imajinasi (1998).
Pada masa itu ia sempat menggelar konser tunggal di Jakarta dan tur ke berbagai kota Indonesia.
Ketenaran Iwa berlanjut sampai awal era milenium baru ketika merilis album
Vini Vidi Vunky (2002). Bersamaan dengan itu pula, ia menjadi pembawa acara olahraga selama beberapa tahun.
Alih-alih semakin sukses, justru pada masa itu karier bermusik Iwa sempat menurun walaupun ia sempat mendapatkan penghargaan sebagai Pembawa Acara Olaharaga Pria Terbaik versi Panasonic Awards pada 1998 hingga 2000.
"Dari gua pribadi, ibarat orang jalan capek mau istirahat dulu dan ada masalah internal hingga gua enggan bisa fokus musik. Di samping itu, [jadi] pembawa acara olahraga juga cukup menyita waktu gua," kata Iwa.
Ditemani asap rokok yang membumbung, Iwa melanjutkan, "Kalau dari segi musik, saat itu memang rap lagi turun. Setiap tren genre musik ada siklusnya, sekarang bagaimana kita berusaha membuat putaran siklus itu lebih besar."
[Gambas:Video CNN]Iwa membongkar rahasia membuat lirik rap khasnya dalam artikel 'Rahasia di Balik Sajak Iwa K.' (end)