Jakarta, CNN Indonesia -- Terasa ada yang berbeda ketika melihat sekelompok anak-anak siswa sebuah sekolah dasar di Jakarta Selatan berkumpul usai pulang sekolah, beberapa waktu lalu. Mereka asyik dengan gawai masing-masing. Sesekali mereka melihat kepunyaan temannya. Ternyata mereka sedang bermain gim online
Mobile Legends.
Kenangan di masa kecil mendadak muncul. Sebagai bagian dari Generasi '90-an, anak-anak di masa itu tidak mengenal
Mobile Legends. Jangankan ML -singkatan
Mobile Legends-, tangan anak-anak generasi itu bahkan belum menyentuh telepon genggam. Mereka hanya mengenal telepon rumah atau telepon umum yang membutuhkan koin Rp100 atau Rp500 untuk bisa menghubungi seseorang.
Perkembangan teknologi sejak masuk era milenium baru rupanya menggeser pola bermain anak-anak saat ini. Dahulu, generasi Y atau '90-an biasa bermain berbagai permainan tradisional sepulang sekolah, entah di jalanan kampung atau kompleks perumahan, halaman sekolah atau rumah, atau di tanah lapang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lupakan ganti baju, makan siang, atau omelan Emak di rumah, apalagi PR dari guru di kelas. Yang diingat anak-anak kala itu hanya kesenangan saat adu cepat dengan penjaga ketika bermain petak umpet atau tap jongkok, berusaha melompat setinggi-tingginya kala bermain lompat karet, atau memikirkan strategi menolong kawan yang ditawan saat bermain bebentengan.
Mereka yang tumbuh di era tersebut yakin itu adalah momen terindah dalam hidup, sebelum beranjak tumbuh dan menemui berbagai drama kehidupan serta tuntutan sebagai 'orang dewasa'. Di bagian Indonesia mana pun, kala itu, terlihat anak-anak asyik bermain
permainan tradisional.
Tanpa sadar, permainan tradisional yang dulu dikenal kini sudah jarang menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak modern. Bahkan, dalam beberapa kasus, anak-anak yang lahir pasca milenium tidak mengenal kegiatan di luar ruangan.
Hal ini ternyata juga disadari oleh salah satu pemerhati dan peneliti permainan tradisional, Mohamad Zaini Alif. Zaini, sapaannya, adalah salah satu dari sedikit pihak yang memutuskan memperhatikan lebih serius terkait permainan tradisional di Indonesia.
Ia bahkan mendirikan Komunitas Hong pada 2005 lalu. Komunitas ini berusaha mengenalkan kembali permainan tradisional ke anak-anak, sang pemain juga pemilik sesungguhnya dari tradisi ini. Zaini mengatakan ia terjun karena kegelisahan yang sama dan keinginan menjaga kenangan indah dari masa lalu.
 Pemerhati dan peneliti permainan tradisional, Mohamad Zaini Alif. (CNN Indonesia/Yoko Yonata Purba) |
"
Nah, dari sana saya makin menggelora. Saya seperti 'ini harus disampaikan,' dan makin lama makin menggali tentang permainan tradisional. Sampai saya masuk S2, saya mencari perubahan dan perkembangan permainan tradisional di Indonesia seperti apa, berubahnya di mana, perkembangannya seperti apa," kata Zaini kala berbincang dengan
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Zaini bahkan kini dijuluki 'doktor' permainan tradisional. Selain karena memang dia telah lulus dari program doktoral yang mengkaji permainan tradisional, Zaini dianggap sebagai pihak yang membantu menjaga dan mengenalkan kembali tradisi yang diketahui telah ada di Indonesia sejak peradaban kuno itu.
Bahkan, kata Zaini yang merujuk teori sejarawan Belanda Johan Huizinga dalam bukunya
Homo Ludens (1938), permainan tradisional adalah puncak dari segala hasil kebudayaan. Ia pun mengaku menemukan nyaris 2.600 permainan tradisional menyebar di seluruh daerah di Indonesia.
"Jadi asal-usul perwujudan kebudayaan itu dari permainan tradisional. Dari permainan, dari konsep bermain di anak-anak itu sendiri. Anak-anak memiliki konteks bermain, orang dewasa memiliki konteks bermain, kemudian jadilah budaya-budaya itu muncul," kata Zaini.
Pencarian Zaini akan esensi permainan tradisional membawanya lebih jauh lagi. Ia menemukan adanya kesamaan permainan tradisional antara satu daerah dengan yang lainnya adalah tanda bahwa Indonesia berasal dari satu keturunan.
"Untuk menunjukkan satu keturunan yang sama meskipun kita berbeda negara, agama, budaya, itu dengan permainan tradisional," kata Zaini.
"Dalam permainan tradisional, saya ingin memperlihatkan bahwa dalam keragaman adalah kesatuan. Kalau ada beragam permainan tetapi memiliki esensi nilai yang sama, maka kita satu keturunan yang sama," lanjutnya.
Esensi permainan tradisional faktanya bukan hanya menyimpan identitas asal-muasal bangsa Indonesia. Pemerhati anak Seto Mulyadi yang biasa disapa Kak Seto juga konsisten mengampanyekan pentingnya anak-anak bermain permainan tradisional karena manfaatnya.
 Pemerhati sekaligus psikolog anak, Seto Mulyadi. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
"Permainan tradisional punya aturan-aturan yang harus diikuti dengan jujur, kalau kalah ya harus ganti dia yang mengejar dan sebaliknya begitu. Jadi itu ada nilai-nilai moral, kejujuran, keberanian mengakui kekalahan, tidak memaksakan kehendaknya," kata Kak Seto.
Kak Seto pun berharap bahwa permainan tradisional menjadi perhatian pemerintah dengan cara memasukkannya ke dalam kurikulum sehingga dapat dikenalkan kepada anak-anak.
"Sudah saatnya dipopulerkan kembali, karena dengan demikian anak-anak akan mengembangkan karakter yang positif, bisa bekerjasama, menghargai perbedaan, tidak individualistis, mengembangkan kejujuran dan seterusnya," kata Kak Seto.
Di sisi lain, F Sri Lestari Yati, Kasubdit Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan pihaknya telah mensosialisasikan pengetahuan permainan tradisional ke tenaga pendidik melalui program muatan lokal berbasis daerah.
Sosialisasi tersebut juga diklaim Kemendikbud sebagai upaya memajukan kebudayaan Indonesia sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Permainan tradisional merupakan satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan oleh Pemerintah Indonesia.
"Mereka [tenaga pendidik] sebenarnya kekurangan bahan [ajar]. Mereka berpatok dari pusat, dengan adanya implementasi ini dapat memperkaya mereka," kata Sri Lestari.
"Sampai saat ini pengajaran aja dulu, karena mereka tidak ada inovasi. Kami ajarkan ke mereka kalau di daerah mereka ada juga yang bisa diajarin [permainan tradisional]," lanjutnya.
Berbagai upaya memang sudah mulai dilakukan sejumlah pihak untuk menjaga keberadaan permainan tradisional sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, namun semua akan bergantung kepada masyarakat sebagai pemilik dan pewaris kebudayaan itu sendiri.
CNNIndonesia.com menyadari masih banyak yang belum terungkap dari upaya menjaga permainan tradisional tetap bisa bertahan di tengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia.
Namun melalui fokus '
Menjaga Permainan Tradisional Indonesia' ini, semoga dapat sedikit mengingatkan kembali harta warisan leluhur yang mestinya tetap terjaga dan lestari tanpa harus terlindas perkembangan tekonologi serta kebudayaan modern.
(end)