Hikayat 90 Tahun Tangan-tangan Pengasuh Bahasa Indonesia

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Minggu, 28 Okt 2018 08:28 WIB
Tahun ini, bahasa Indonesia memasuki usia 90 tahun. Ada banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya kini bagaimana menghadapi era globalisasi.
Ilustrasi (Istockphoto/Yamtono_Sardi).
Kini di era milenial, setelah terbitnya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, lembaga bahasa ini memiliki nama resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Seperti namanya, Badan Bahasa memiliki tiga tugas utama: mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa Indonesia. Beberapa kegiatan dilakukan lembaga ini sebagai bukti mengembangkan bahasa Indonesia di tengah pesatnya perkembangan zaman, salah satunya menambah kosa kata baru Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI.

KBBI, sebagai cerminan perkembangan bahasa Indonesia, disebut Kepala Badan Bahasa Prof Dadang Sunendar telah mengalami penambahan kata yang cukup besar di era milenial. Ia menyebut setiap tahun ada 2.000 sampai 3.500 kata baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total kata yang saat ini telah tercatat mencapai 127 ribu dengan 130 ribu makna.

Belum lagi dengan pemutakhiran KBBI, terutama di versi online alias daring, yang kadang membuat akses publik ke 'kitab suci' bahasa Indonesia itu tersendat.

"Sejak dua tahun lalu merilis KBBI daring, mendapat sambutan positif. Sejauh ini ada 26 juta pencarian dan ada 25 ribu akun," kata Dadan saat bertemu CNNIndonesia.com di kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Menunggu Permintaan

Bila pengembangan diimplementasikan sebagai --salah satunya-- penambahan kosa kata, tugas pembinaan yang dimiliki Badan Bahasa bisa berbentuk penyuluhan ke sekolah, media massa, perusahaan swasta maupun negeri.

Namun Badan Bahasa mengakui hanya melakukan penyuluhan ke sekolah saat diminta. Alasannya, penyuluhan ke sekolah secara rutin merupakan kewenangan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dadang menyebut sebenarnya Badan Bahasa bisa mengundang guru untuk diberikan pembinaan bahasa Indonesia.

Namun hal itu terjadi ketika si guru mendapatkan nilai di bawah rata-rata saat Uji Kompetensi. Tentu kala dipanggil, mereka tak akan dijelaskan karena nilai yang buruk.

"Dalam pembinaan termasuk pengiriman ahli bahasa untuk beberapa kasus. Hampir setiap minggu ada, biasanya kami kirim ke kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemerintah daerah. Sekarang lagi menonjol dugaan tindak pidana ujaran kebencian," kata Dadang.


Sedangkan tugas melindungi diartikan masih untuk bahasa daerah. Perlindungan ini pun masih sebatas pencatatan bahasa daerah di Indonesia, dan sejumlah katanya diserap menjadi bagian bahasa Indonesia.

Di tengah era perkembangan global, bahasa Indonesia sebenarnya membutuhkan perlindungan lain. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa Indonesia yang mulai tergerus dengan bahasa asing oleh masyarakatnya sendiri.

Ambil contoh fenomena Anak Jaksel yang sempat heboh beberapa waktu lalu. Fenomena tersebut sejatinya merupakan gambaran porsi bahasa asing yang secara perlahan namun pasti mulai mendominasi kehidupan anak milenial.

Salah satu faktor yang membuat hal itu bisa terjadi adalah pengembangan bahasa Indonesia yang terbilang lama dan kurang informatif. Setidaknya butuh waktu enam bulan untuk satu kata baru masuk dalam KBBI, sementara bahasa asing baru terus masuk ke Indonesia.

Hal itu terjadi pada kata selfie dan netizen. Keduanya sudah membuat padanannya di KBBI, swafoto untuk selfie dan warganet untuk netizen. Namun karena proses cukup lama dan kurang informatif ketika sudah ada padanan, akhirnya masyarakat Indonesia lebih akrab dengan selfie dan netizen.



Munsyi alias guru bahasa Remy Sylado mengatakan enam bulan untuk memasukkan kata ke KBBI merupakan waktu yang relatif. Relatif lama dan relatif cepat. Ia mengakui bahasa Indonesia memang berkembang, tetapi hanya terbatas pada bahasa-bahasa yang sedang tren.

"Bahasa Indonesia bisa dibilang sebagai tawanan dari mode yang berkembang. Begitu lho," kata Remy saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon beberapa waktu lalu.

Suara sumbang soal pembinaan juga datang dari ujung tombak pengajaran bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia Cikal Kindergarten School Atik Agustini mengatakan sempat ada pelatihan dari Kemendikbud beberapa tahun lalu, tapi kegiatan itu tak lagi berlangsung lagi.

Padahal, ia mengakui guru-guru menginginkan dan senang bila ada pelatihan rutin dari pemerintah. Apalagi bagi Atik yang mengajar bahasa Indonesia di sekolah yang berkurikulum internasional seperti Cikal.

"Bukan masalah bisa atau enggak bisa, tapi alangkah baiknya kami dapat dari ahlinya supaya referensi juga tambah banyak. Kalau referensi makin banyak itu akan memperkaya guru," kata Atik.

Atik menjelaskan Cikal tidak memiliki metode khusus untuk pelajaran bahasa Indonesia. Semua guru selalu menyisipkan bahasa Indonesia pada semua kegiatan. Bahkan mereka harus menerjemahkan ucapan siswa yang berbicara dengan bahasa Inggris di kelas.

"Dalam sesi bahasa Indonesia, ada anak yang enggak mengerti dan dia tanya 'what are you talking about miss atik?', lalu saya jawab 'oh maksud kamu apa yang sedang aku bicarakan?'," kata Atik.

Polemik kegagapan Badan Bahasa dan berbahasa Indonesia di era milenial kali ini coba diangkat oleh CNNIndonesia.com dalam liputan khusus (Fokus) ini.

Fokus ini bukan untuk mencari kambing hitam, melainkan membuka pandangan bahwa meski memiliki lembaga resmi yang bertanggung jawab akan bahasa Indonesia, bahasa ini merupakan kesepakatan seluruh bangsa Indonesia sejak sembilan puluh tahun lalu dan menjadi tugas bersama. (end/vws)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER